Brilio.net - Pergantian pemerintahan membuka banyak peluang perbaikan pada sektor-sektor vital. Termasuk sektor pendidikan yang pada masa pemerintahan sebelumnya selalu banjir kritikan. Terobosan pendidikan yang dilakukan mantan menteri Nadiem Makarim banyak dihujani protes dari masyarakat. Terutama soal penghapusan UN, kriteria kenaikan kelas, hingga zonasi. Kini, pemerintahan baru Prabowo Subianto telah menunjuk Abdul Mu’ti sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) untuk menuntaskan berbagai polemik dalam dunia pendidikan.
Salah satu yang menjadi perhatian Presiden Prabowo Subianto adalah pembelajaran matematika bagi anak usia dini. Hal ini disampaikan oleh Mendikdasmen usai bertemu dengan Presiden Prabowo guna membahas tentang kerja apa saja yang harus dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.
“Beliau mengatakan untuk meningkatkan kualitas belajar matematika, dan bagaimana metode pembelajarannya diperbaiki. Termasuk di dalamnya ya nanti (ada) pelatihan guru matematika,” ungkap Abdul Mu’ti kepada awak pers, seperti dikutip brilio.net, Jumat (25/10).
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah ini menjelaskan bahwa Prabowo memiliki ambisi untuk meningkatkan kualitas sains dan teknologi, di mana Matematika menjadi salah satu bidang pentingnya.
"Kalau kita bicara sains teknologi kan salah satunya Matematika, dan tadi ada tawaran bagaimana pelajaran Matematika di tingkat SD, kelas 1-4 dan mungkin mengenalkan Matematika untuk anak-anak di tingkat TK," jelas Abdul Mu'ti.
foto: freepik.com
Kekhawatiran Prabowo soal pendidikan ini mungkin ditengarai oleh banyaknya kasus tak bisa membaca atau berhitung yang dibagikan melalui laman media. Beberapa waktu lalu, publik menyoroti kasus tidak bisa membaca yang terjadi pada seorang anak SMP. Tak hanya itu, kasus tak bisa baca tulis hitung (calistung) juga acap terjadi pada anak-anak kelas 1 SD. Tak sedikit guru kelas 1 yang membagikan cerita soal kesulitan siswa dalam bidang calistung.
Bukan tanpa alasan, kurikulum dalam pendidikan anak usia dini di Indonesia kebanyakan memang fokus pada sosial-emosional, bahasa dan dilakukan dengan pendekatan permainan. Fokus taman kanak-kanak memang masih untuk bermain dan membangun kecerdasan emosional. Karenanya, baca tulis hitung ini akan dipelajari saat sekolah dasar. Namun, dengan instruksi demikian oleh Presiden Prabowo, taman kanak-kanak diproyeksikan akan mengakomodir pengenalan pendidikan matematika.
Bagi anak dan orang tua, kira-kira matematika bagi anak TK adalah terobosan atau beban?
foto: freepik.com
Jika menilik kembali pada survei yang dilakukan Programme For International Student (PISA) 2018, kemampuan matematika anak Indonesia berada di peringkat 75 dari 81 negara. Artinya, siswa di sini termasuk yang sulit dalam menalar pembelajaran matematika. Pada survei PISA tahun 2022, Indonesia naik ke peringkat 69, namun hal ini belum menunjukkan adanya perbaikan signifikan.
Meskipun begitu, jika memang harus mengajarkan matematika pada usia dini, pendekatan belajar yang dilakukan harus didasarkan pada konsep permainan. Pasalnya, masa TK memang seharunya menitikberatkan pada permainan yang membangun aspek kognitif dan emosional.
Kurikulum TK di Indonesia dirancang untuk mendukung perkembangan holistik anak. Ini berarti bahwa kurikulum tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pengembangan karakter dan keterampilan sosial. Pembelajaran di TK dilakukan melalui pendekatan tematik dan kontekstual, yang memungkinkan anak untuk belajar dalam konteks yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh National Association for the Education of Young Children (NAEYC), menyatakan bahwa pembelajaran matematika di usia dini harus berfokus pada pengembangan pemahaman konsep, bukan pada hafalan atau latihan soal yang berlebihan (NAEYC, 2021). Dengan demikian, anak-anak dapat membangun fondasi yang kuat untuk pembelajaran matematika di masa depan.
Sementara itu, Prof. Dr. Edi Subkhan, pakar pendidikan dari Universitas Negeri Semarang, menyatakan bahwa anak usia dini memiliki kemampuan luar biasa dalam menyerap informasi, termasuk konsep dasar matematika. Namun, ia menekankan bahwa yang penting adalah bagaimana informasi tersebut disampaikan. Menurutnya, pendekatan berbasis pengalaman langsung, seperti menghitung mainan atau mengenali pola pada benda sehari-hari, lebih efektif daripada pengajaran yang terlalu teoritis.
Penting untuk diingat bahwa setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran matematika di TK harus fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak.
Dengan memahami prinsip-prinsip ini, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan matematika anak TK secara optimal. Melalui pendekatan yang tepat, anak-anak dapat mengembangkan keterampilan matematika mereka dengan cara yang menyenangkan dan bermakna.
Recommended By Editor
- Survei: Kemampuan Matematika siswa Indonesia duduki peringkat 69 dunia, masuk kategori terendah
- Masa kecil anak TK akan terenggut jika belajar Matematika, bagaimana sebaiknya sikap orang tua?
- Pandangan Wamen Stella Christie soal kenapa anak harus belajar, bisa jadi renungan bijak para ortu
- Benarkah dosen wajib punya gelar S3 untuk mengajar mahasiswa S1? Cek peraturannya di sini
- Kurikulum TK di 5 negara maju ini ternyata nggak ada Matematika, utamakan keterampilan sosial
- 7 Dampak negatif pelajaran matematika untuk anak TK, bisa menjadi beban mental anak