Brilio.net - Kondisi ekonomi Indonesia saat ini menghadapi tantangan serius, terutama dengan isu menurunnya daya beli masyarakat. Berbagai indikator menunjukkan pelemahan ekonomi, terlihat dari penurunan produk domestik bruto (PDB) dan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang terus terkontraksi. Deflasi selama lima bulan berturut-turut hingga meningkatnya pemutusan hubungan kerja (PHK) semakin memperparah situasi ini.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2024 tercatat hanya 5,05% secara year on year (yoy), angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya dan tahun lalu. Sementara itu, PMI manufaktur Indonesia mengalami kontraksi beruntun, dengan angka 49,2 pada September 2024, lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya. Data ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur di tanah air menghadapi kondisi yang sangat tidak menguntungkan.

Terlebih, deflasi yang kembali melanda Indonesia selama lima bulan berturut-turut antara Mei hingga September 2024, menjadi pengingat akan situasi serupa pada tahun 1998/1999. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 menunjukkan penurunan sebesar 0,12% secara bulanan. Sementara itu, meningkatnya jumlah PHK yang tercatat mencapai 52.993 tenaga kerja pada September 2024, menambah beban ekonomi yang sudah berat.

Melihat kondisi yang demikian, tak sedikit yang penasaran perbedaan antara deflasi dan inflasi sekaligus pengaruh kedua kondisi tersebut bagi Indonesia. Supaya lebih memahaminya, yuk simak ulasan lengkapnya yang dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Jumat (4/10).

Perbedaan deflasi dan inflasi

Perbedaan deflasi dan inflasi serta pengaruhnya pada perekonomian Indonesia © 2024 freepik.com

foto: freepik.com

Deflasi dan inflasi merupakan dua kondisi ekonomi yang sering dibahas, tetapi keduanya memiliki arti yang sangat berbeda. Memahami perbedaan ini sangat penting, terutama untuk melihat dampaknya terhadap daya beli masyarakat, investasi, hingga kebijakan moneter yang diterapkan oleh pemerintah. Adapun perbedaan antara deflasi dan inflasi, sebagai berikut:

- Segi pengertian

Inflasi merupakan kondisi di mana harga barang dan jasa secara umum meningkat dalam periode waktu tertentu. Ini berarti uang yang dimiliki masyarakat akan memiliki daya beli yang lebih rendah. Misalnya, jika inflasi mencapai 5% dalam setahun, maka barang yang sebelumnya berharga Rp100.000 akan menjadi Rp105.000 pada tahun berikutnya. Inflasi dapat terjadi akibat beberapa faktor, seperti peningkatan permintaan, kenaikan biaya produksi, hingga kebijakan moneter yang longgar.

Sebaliknya, deflasi ialah kebalikan dari inflasi, di mana harga barang maupun jasa secara umum menurun. Dalam situasi ini, daya beli masyarakat meningkat karena mereka dapat membeli lebih banyak barang dengan jumlah uang yang sama. Namun, deflasi sering kali dianggap berbahaya bagi perekonomian, karena dapat menyebabkan penurunan permintaan, pengurangan investasi, sekaligus peningkatan tingkat pengangguran.

- Segi penyebab

Inflasi biasanya dipicu oleh permintaan yang lebih tinggi daripada penawaran. Ketika masyarakat memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan, tetapi pasokan barang dan jasa terbatas, harga akan meningkat. Selain itu, inflasi juga dapat disebabkan oleh kenaikan biaya produksi, misalnya akibat lonjakan harga bahan baku atau upah tenaga kerja yang lebih tinggi. Dalam beberapa kasus, inflasi dapat dipicu oleh kebijakan moneter yang longgar, di mana bank sentral mencetak lebih banyak uang untuk merangsang perekonomian.

Deflasi, di sisi lain, dapat disebabkan oleh penurunan permintaan agregat. Ketika masyarakat mengurangi pengeluaran mereka, baik karena ketidakpastian ekonomi atau meningkatnya pengangguran, maka penawaran barang dan jasa akan melebihi permintaan, menyebabkan harga menurun. Deflasi juga bisa terjadi akibat penurunan biaya produksi, yang membuat perusahaan mampu menawarkan harga yang lebih rendah untuk menarik konsumen. Di beberapa negara, deflasi dapat terjadi sebagai akibat dari kebijakan moneter yang ketat, di mana bank sentral mengurangi jumlah uang yang beredar.

- Dampaknya

Inflasi dapat berdampak positif dan negatif pada perekonomian. Di satu sisi, inflasi moderat sering dianggap sebagai tanda pertumbuhan ekonomi yang sehat, karena mencerminkan peningkatan permintaan. Namun, inflasi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi, mengurangi daya beli masyarakat, hingga menciptakan ketidakpastian yang menghambat investasi. Selain itu, inflasi juga dapat merugikan mereka yang memiliki tabungan tetap, karena nilai uang yang disimpan akan berkurang seiring meningkatnya harga.

Deflasi, meskipun terdengar baik karena peningkatan daya beli, sebenarnya dapat menimbulkan masalah serius. Ketika harga terus menurun, konsumen mungkin menunda pembelian dengan harapan harga akan semakin murah di masa mendatang, yang dapat menyebabkan penurunan permintaan maupun pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga bisa menyebabkan perusahaan mengurangi produksi, memotong biaya, sekaligus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), sehingga meningkatkan angka pengangguran. Dalam jangka panjang, deflasi dapat menciptakan spiral negatif yang merugikan perekonomian secara keseluruhan.

Pengaruh deflasi dan inflasi bagi perekonomian di Indonesia.

Perbedaan deflasi dan inflasi serta pengaruhnya pada perekonomian Indonesia © 2024 freepik.com

foto: freepik.com

- Pengaruh inflasi bagi perekonomian di Indonesia

Inflasi memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Meskipun inflasi pada tingkat rendah dapat mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang sehat, sedangkan inflasi yang tinggi hingga tidak terkendali dapat menyebabkan berbagai masalah yang merugikan.

Salah satu pengaruh utama inflasi yakni pengurangan daya beli masyarakat. Ketika harga barang maupun jasa meningkat, konsumen akan mampu membeli lebih sedikit dengan uang yang sama. Hal ini dapat menurunkan konsumsi, yang merupakan komponen utama dari pertumbuhan ekonomi.

Menurut data dari Bank Indonesia, inflasi yang tinggi dapat menyebabkan perubahan perilaku konsumsi masyarakat, di mana mereka cenderung mengurangi pengeluaran untuk barang-barang tidak penting lalu lebih memilih produk yang lebih murah.

Inflasi yang tinggi juga dapat mengganggu perencanaan investasi. Ketidakpastian mengenai harga di masa depan membuat perusahaan ragu untuk berinvestasi dalam proyek baru. Ketika perusahaan tidak yakin apakah mereka dapat menjual produk dengan harga yang menguntungkan, perusahaan mungkin menunda ataupun membatalkan rencana ekspansi. Hal ini berdampak negatif pada penciptaan lapangan kerja serta pertumbuhan ekonomi.

Lebih jauh, inflasi yang tinggi juga dapat memicu kebijakan moneter yang ketat dari Bank Indonesia. Dalam upaya untuk mengendalikan inflasi, bank sentral dapat menaikkan suku bunga, yang membuat biaya pinjaman menjadi lebih mahal.

Hal ini dapat menyebabkan penurunan dalam pinjaman untuk investasi dan konsumsi, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi. Sebuah studi oleh The International Monetary Fund (IMF) menunjukkan bahwa inflasi yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang sekaligus mempengaruhi stabilitas makroekonomi.

- Pengaruh deflasi bagi perekonomian di Indonesia

Deflasi, meskipun terlihat menguntungkan karena meningkatkan daya beli masyarakat, sebenarnya dapat membawa dampak yang lebih merugikan bagi perekonomian. Dalam situasi deflasi, harga barang dan jasa terus menurun, yang menyebabkan konsumen menunda pembelian dengan harapan mendapatkan harga yang lebih rendah di masa depan. Kebiasaan ini dapat menyebabkan penurunan permintaan yang signifikan.

Penurunan permintaan dapat mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan untuk menjual produknya. Ketika penjualan menurun, perusahaan mungkin terpaksa memotong biaya, yang sering kali melibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia mencatat bahwa selama periode deflasi, jumlah PHK meningkat secara signifikan, yang berkontribusi pada tingginya angka pengangguran. Hal ini menciptakan spiral negatif yang dapat memperburuk situasi ekonomi secara keseluruhan.

Selain itu, deflasi dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi. Dengan menurunnya harga, nilai utang dalam istilah riil meningkat, yang membebani debitur, baik individu maupun perusahaan. Ketika utang menjadi lebih sulit untuk dilunasi, ini dapat menyebabkan peningkatan gagal bayar hingga risiko sistemik bagi sektor keuangan. Sebuah studi oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa deflasi yang berkepanjangan dapat menyebabkan resesi yang dalam, seperti yang terjadi di Jepang pada tahun 1990-an.

Baik inflasi maupun deflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Inflasi yang tinggi dapat merugikan daya beli masyarakat maupun mengganggu investasi, sementara deflasi dapat menyebabkan penurunan permintaan serta ketidakstabilan ekonomi.

Pemahaman yang mendalam tentang dampak kedua fenomena ini sangat penting bagi pembuat kebijakan, pelaku pasar, dan masyarakat untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menghadapinya. Mengelola inflasi dan deflasi dengan bijak merupakan kunci untuk menjaga stabilitas perekonomian Indonesia di masa depan.