Brilio.net - Momen Maghrib kerap dikaitkan dengan berbagai larangan. Mulai dari larangan tidur saat maghrib, nggak boleh keluyuran, hingga anjuran tutup pintu rumah saat maghrib. Tak terkecuali larangan menggendong bayi.

Menggendong bayi keluar rumah saat Maghrib sering menjadi pantangan yang diwariskan turun-temurun. Banyak orang tua melarang hal ini dengan alasan agar bayi tidak diganggu makhluk halus. Kepercayaan ini cukup kuat, terutama di masyarakat yang masih memegang adat dan tradisi leluhur.

Bagaimana tidak, masyarakat percaya kalau menjelang maghrib jad saat makhluk halus lebih aktif, sehingga bisa mengikuti siapa saja yang berada di luar rumah. Oleh karena itu, orang tua zaman dulu kerap meminta keluarganya tetap berada di dalam rumah selama waktu tersebut.

Meski terdengar nggak masuk akal, banyak yang penasaran dengan kebenaran dari larangan ini. Bila ditelisik lebih dalam, ada makna filosofis dibaliknya. Zaman dahulu menjelang maghrib cenderung gelap dan udara di luar rumah pun cukup dingin.

Kondisi gelap sangat berbahaya bagi orang tua dan bayinya sebab kemungkinan bisa tersesat. Begitu pula udara di luar rumah saat malam yang cukup dingin sehingga dapat membahayakan si bayi. Oleh karena itu, untuk menjaga kepatuhan masyarakat maka perlu ada aturan yang berbau hal mistis.

Lalu, apa saja arti mitos menggendong bayi keluar rumah saat maghrib ini? Yuk simak ulasan lengkap yang brilio.net sadur dari berbagai sumber, Kamis (20/12)

Arti menggendong bayi keluar rumah saat Maghrib

Menggendong bayi keluar rumah saat Maghrib  2024 freepik.com

foto: freepik.com/teksomolika

1. Menjaga bayi dari gangguan makhluk halus

Mitos yang paling populer yakni bayi yang dibawa keluar rumah saat Maghrib bisa menarik perhatian makhluk halus. Waktu Maghrib dipercaya sebagai momen ketika makhluk tak kasat mata mulai berkeliaran.

Bayi, dengan auranya yang masih murni, dianggap lebih rentan terhadap gangguan tersebut. Larangan ini bertujuan untuk melindungi bayi dari hal-hal yang tidak diinginkan, terutama yang berhubungan dengan dunia mistis.

2. Menghindari udara dingin yang berbahaya bagi kesehatan

Selain alasan mistis, waktu Maghrib juga sering dikaitkan dengan perubahan suhu yang tiba-tiba menjadi lebih dingin. Udara dingin pada waktu ini dikhawatirkan dapat membuat bayi mudah terkena penyakit seperti flu atau masuk angin. Larangan ini sebenarnya lebih bernuansa praktis karena fokus pada menjaga kesehatan bayi yang sistem imunnya masih lemah.

Menggendong bayi keluar rumah saat Maghrib  2024 freepik.com

foto: freepik.com/freepik

3. Bayi dianggap lebih rentan terhadap pengaruh energi negatif

Energi negatif dipercaya lebih kuat pada waktu Maghrib, lalu bayi dianggap mudah menyerap energi tersebut. Dalam kepercayaan masyarakat kuno, membawa bayi keluar rumah saat waktu ini bisa memengaruhi perilaku bayi, seperti rewel hingga sulit tidur. Mitos ini mendorong orang tua untuk lebih berhati-hati dalam menjaga energi di sekitar bayi.

4. Waktu Maghrib adalah waktu istirahat untuk bayi

Maghrib sering dianggap sebagai waktu yang tepat untuk bayi mulai beristirahat. Membawa bayi keluar rumah saat waktu ini dianggap mengganggu pola tidur bahkan kenyamanan si kecil. Banyak orang tua yang percaya bahwa bayi membutuhkan ketenangan pada malam hari agar tumbuh kembangnya tidak terganggu.

Menggendong bayi keluar rumah saat Maghrib  2024 freepik.com

foto: freepik.com/freepik

5. Simbol penghormatan terhadap tradisi leluhur

Larangan membawa bayi keluar saat Maghrib juga bisa dilihat sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi hingga nasihat orang tua terdahulu. Meski tidak semua orang percaya pada sisi mistisnya, banyak yang tetap mematuhi aturan ini sebagai wujud rasa hormat terhadap adat dan budaya. Hal ini mencerminkan pentingnya menjaga nilai-nilai warisan leluhur dalam kehidupan sehari-hari.

6. Mengurangi risiko bayi terkejut oleh suara

Pada waktu Maghrib, suasana sekitar sering berubah menjadi lebih sepi dan gelap, yang bisa membuat bayi merasa tidak nyaman. Bayi yang terlalu sering terpapar suasana semacam ini dikhawatirkan menjadi lebih sensitif bahkan mudah takut. Mitos ini lebih mengarah pada perlindungan emosional bayi agar tetap merasa aman di lingkungannya.