Brilio.net - Weton merupakan istilah dalam budaya Jawa yang mengacu pada sistem penanggalan tradisional. Sistem ini digunakan untuk menentukan hari baik dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pernikahan. Weton tidak hanya sekadar tanggal lahir, tetapi juga memiliki makna yang lebih dalam bagi masyarakat Jawa.

Dalam tradisi Jawa, weton diyakini dapat mempengaruhi nasib dan karakter seseorang. Perhitungan weton melibatkan kombinasi antara hari dalam kalender Gregorian dan hari pasaran dalam kalender Jawa. Hasil perhitungan ini kemudian diinterpretasikan untuk mendapatkan gambaran tentang sifat, keberuntungan, dan kecocokan seseorang dengan pasangannya.

Masyarakat Jawa tradisional sering menggunakan weton sebagai pertimbangan dalam menentukan hari pernikahan. Mereka percaya bahwa memilih hari yang tepat berdasarkan weton dapat membawa keharmonisan dan keberkahan dalam rumah tangga. Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa weton hanyalah salah satu aspek dalam pengambilan keputusan.

Selain untuk pernikahan, weton juga digunakan dalam berbagai ritual dan upacara adat Jawa. Misalnya, untuk menentukan hari yang baik dalam memulai usaha atau membangun rumah. Beberapa orang Jawa juga menggunakan weton sebagai pedoman dalam menjalani puasa khusus pada hari kelahiran mereka.

Meskipun di era modern ini banyak orang Jawa yang tidak lagi terlalu mempercayai weton, namun pengetahuan tentang cara menghitung weton tetap dilestarikan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan budaya leluhur. Pemahaman tentang weton juga dapat memberikan wawasan menarik tentang filosofi hidup masyarakat Jawa.

Berikut ini ulasan lengkapnya seperti dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (15/8).

Asal-usul weton Jawa.

cara menghitung weton © 2024 Pixabay

foto: Pixabay.com

Weton Jawa berakar dari sistem kalender kuno yang disebut Sapta Ratri, berarti tujuh malam. Sistem ini berasal dari zaman Hindia-Buddha dan terdiri dari tujuh putaran, masing-masing berkisar antara 4 hingga 15 hari. Perkembangan sistem ini kemudian melahirkan konsep wuku dan pasaran yang menjadi dasar perhitungan weton.

Wuku adalah sistem yang membagi tujuh hari dalam seminggu menjadi 30 bagian. Sementara itu, pasaran adalah sistem yang menggabungkan wuku dan tujuh putaran menjadi siklus 210 hari. Kombinasi antara wuku dan pasaran inilah yang kemudian membentuk sistem weton yang dikenal sekarang.

Elemen utama dalam weton Jawa terdiri dari hari (dina) dan pasaran. Terdapat tujuh hari dalam seminggu (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu) dan lima hari pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Setiap hari dan pasaran memiliki nilai numerik tersendiri yang disebut neptu.

Selain hari dan pasaran, weton Jawa juga melibatkan elemen-elemen lain seperti hastawara (dewa penjaga), sadwara (bintang penjaga), dan sangawara (binatang penjaga). Elemen-elemen ini turut berperan dalam interpretasi weton untuk menentukan karakter dan nasib seseorang.

Weton Jawa juga terkait dengan konsep wuku, yaitu 30 tanda zodiak Jawa yang berulang setiap bulan. Setiap wuku berhubungan dengan tumbuhan, binatang, atau elemen alam tertentu yang diyakini mempengaruhi kepribadian seseorang.

Cara menghitung weton Jawa untuk menikah.

cara menghitung weton © 2024 Pixabay

foto: Pixabay.com

Untuk menghitung weton Jawa dalam konteks pernikahan, langkah pertama adalah menentukan nilai neptu dari hari dan pasaran kelahiran masing-masing calon pengantin. Setiap hari memiliki nilai neptu tersendiri: Minggu (5), Senin (4), Selasa (3), Rabu (7), Kamis (8), Jumat (6), dan Sabtu (9).

Selanjutnya, tentukan nilai neptu dari hari pasaran: Kliwon (8), Legi (5), Pahing (9), Pon (7), dan Wage (4). Jumlahkan nilai neptu hari dan pasaran untuk masing-masing calon pengantin. Misalnya, jika seseorang lahir pada Sabtu Pon, maka nilai neptunya adalah 9 (Sabtu) + 7 (Pon) = 16.

Setelah mendapatkan nilai neptu masing-masing calon pengantin, jumlahkan keduanya. Hasil penjumlahan ini kemudian diinterpretasikan berdasarkan pedoman tradisional Jawa untuk menentukan tingkat kecocokan pasangan. Beberapa sumber tradisional membagi hasil penjumlahan ke dalam beberapa kategori seperti pegat, ratu, jodoh, topo, tinari, padu, sujanan, dan pesthi.

Penting untuk diingat bahwa interpretasi ini bervariasi tergantung pada sumber dan tradisi lokal. Beberapa perhitungan weton yang lebih kompleks juga melibatkan elemen-elemen tambahan seperti neptu tahun dan neptu bulan kelahiran. Oleh karena itu, disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli adat Jawa jika ingin mendapatkan interpretasi yang lebih mendalam.

Meskipun perhitungan weton masih dihormati dalam budaya Jawa, banyak pasangan modern yang menggunakannya sebagai referensi tambahan, bukan sebagai penentu utama keputusan pernikahan. Faktor-faktor lain seperti kesiapan mental, finansial, dan kecocokan pribadi tetap menjadi pertimbangan utama dalam memutuskan untuk menikah.

Arti weton dalam karakter.

Dalam tradisi Jawa, weton tidak hanya digunakan untuk menentukan kecocokan pasangan, tetapi juga untuk menginterpretasikan watak dan karakter seseorang. Interpretasi ini didasarkan pada nilai neptu total dari hari dan pasaran kelahiran. Berikut adalah beberapa contoh interpretasi umum:

Nilai 7.

Individu dengan nilai weton 7 digambarkan memiliki jiwa petualang dan sulit berdiam diri di satu tempat dalam waktu lama. Mereka cenderung cepat bosan dan menyukai suasana baru. Namun, karakteristik ini juga dapat diartikan sebagai sifat pemalas dan kesulitan dalam berkomunikasi.

Nilai 8.

Orang dengan nilai weton 8 sering dikaitkan dengan sifat yang meledak-ledak, mirip dengan karakteristik api. Mereka cenderung mudah terlibat dalam pertengkaran di lingkungan sosialnya. Dalam istilah Jawa, weton 8 disebut sebagai 'lakune geni' atau yang berjalan seperti api.

Nilai 9.

Nilai weton 9 dikenal dengan istilah 'lakune angin', menggambarkan individu yang mudah terpengaruh oleh orang lain dan kurang memiliki pendirian yang kuat. Di sisi positif, mereka dianggap lincah dan konon memiliki kekebalan terhadap ilmu hitam.

Nilai 10.

Weton bernilai 10 menggambarkan individu yang cerdas dan pintar. Mereka juga dikenal memiliki kepribadian yang tidak mudah tersinggung dalam pergaulan sosial. Dalam bahasa Jawa, weton 10 dikenal dengan istilah 'pendito mbangun teki'.

Nilai 11.

Terakhir, nilai weton 11 disebut sebagai 'lakune setan'. Individu dengan weton ini dianggap kurang cocok menjadi pemimpin karena sifatnya yang berubah-ubah dan kesulitan dalam mengambil keputusan.

Arti weton untuk jodoh dan kehidupan menikah.

cara menghitung weton © 2024 Pixabay

foto: Pixabay.com

Selain menggambarkan watak dan karakter, weton juga digunakan untuk meramalkan jodoh dan kehidupan rumah tangga. Interpretasi ini didasarkan pada jumlah neptu gabungan dari kedua calon pasangan. Berikut adalah beberapa kategori umum dalam interpretasi weton untuk jodoh:

Pegat (jumlah neptu 1, 9, 10, 18, 19, 27, 28, 36).

Pegat dianggap sebagai kategori yang cukup berisiko. Pasangan dengan jumlah neptu ini diperkirakan akan menghadapi masalah rumah tangga yang cukup berat dan berisiko bercerai.

Ratu (jumlah neptu 2, 11, 20, 29).

Ratu dipercaya membawa keberuntungan dalam hal jodoh. Pasangan dalam kategori ini diperkirakan akan menjalani hubungan yang harmonis dan romantis.

Jodoh (jumlah neptu 3, 12, 21, 30).

Jodoh menggambarkan hubungan yang langgeng dan harmonis. Bagi yang belum berpasangan, kategori ini menandakan kemungkinan segera menemukan jodoh yang serius menuju pernikahan.

Topo (jumlah neptu 4, 13, 22, 31).

Topo mengindikasikan adanya tantangan di awal kehidupan rumah tangga. Namun, jika dapat diatasi dengan baik, pasangan dapat menjalani hubungan yang lebih baik ke depannya.

Tinari (jumlah neptu 5, 14, 23, 32).

Tinari menggambarkan kehidupan rumah tangga yang bahagia dan rezeki yang lancar. Pasangan dalam kategori ini diperkirakan akan memiliki kehidupan yang berkecukupan.

Padu (jumlah neptu 6, 15, 24, 33).

Padu mengindikasikan kemungkinan adanya banyak perbedaan pendapat dalam rumah tangga. Pasangan perlu berhati-hati agar perbedaan ini tidak berujung pada perpisahan.

Sujanan (jumlah neptu 7, 16, 25, 34).

Sujanan dianggap sebagai kategori yang perlu diwaspadai. Pasangan mungkin akan menghadapi berbagai hambatan, termasuk risiko perselingkuhan.

Pesthi (jumlah neptu 8, 17, 26, 35).

Pesthi menggambarkan kehidupan rumah tangga yang rukun dan harmonis. Pasangan dalam kategori ini diperkirakan akan menjalani hubungan yang aman dan tentram.

Penting untuk diingat bahwa interpretasi weton ini merupakan bagian dari tradisi dan kepercayaan Jawa. Dalam konteks modern, perhitungan weton sebaiknya tidak dijadikan sebagai satu-satunya penentu dalam mengambil keputusan pernikahan. Faktor-faktor lain seperti kematangan emosional, kesiapan finansial, dan kecocokan pribadi tetap harus menjadi pertimbangan utama.