Brilio.net - Bekerja di sebuah kantor pasti membawa berbagai pengalaman, baik positif maupun negatif. Setiap karyawan pernah merasakan masa-masa ketika bekerja terasa menyenangkan karena lingkungan kerja yang mendukung. Tapi, nggak sedikit juga yang harus menghadapi situasi yang bikin ngelus dada karena sikap atasan.

Sikap atasan ini, meskipun mungkin tidak selalu disadari, dapat memberikan dampak besar pada semangat kerja timnya. Kamu mungkin pernah berada di posisi di mana sikap atasan membuat hari-harimu di kantor lebih berat dari yang seharusnya. Mulai dari keputusan mendadak yang membingungkan hingga tuntutan yang berlebihan, semua hal ini sering kali terjadi di banyak tempat kerja.

Nggak heran jika banyak karyawan yang akhirnya merasa tidak dihargai atau bahkan stres karena tekanan yang muncul dari perilaku atasan. Dirankgum brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (17/10), berikut tujuh sikap atasan yang sering bikin karyawan menghela napas panjang sambil ngelus dada. Mungkin beberapa dari sikap ini pernah kamu alami, atau bahkan sedang terjadi di kantor kamu saat ini.

1. Memberi tugas mendadak tanpa batas waktu yang jelas.

sikap atasan nyebelin freepik.com

foto: freepik.com

Salah satu sikap yang paling sering bikin karyawan frustasi adalah ketika atasan memberikan tugas baru secara mendadak tanpa memberikan batas waktu yang jelas. Saat kamu sedang fokus mengerjakan sesuatu, tiba-tiba datang tugas tambahan yang butuh segera dikerjakan.

Yang bikin makin berat adalah ketika atasan tidak memberi tahu kapan tugas tersebut harus selesai, sehingga kamu harus menebak-nebak sendiri urgensinya. Padahal, menurut sebuah penelitian dari University of Southern California, ketidakpastian dalam pekerjaan dapat meningkatkan tingkat stres karyawan dan menurunkan produktivitas mereka .

2. Mengubah keputusan di detik terakhir.

Pernah nggak sih kamu sudah setengah jalan menyelesaikan tugas, tapi tiba-tiba atasan mengubah arahan secara drastis? Mengubah keputusan di detik terakhir tanpa penjelasan yang jelas sering membuat karyawan bingung dan merasa tidak dihargai. Perubahan mendadak ini juga bisa berdampak pada hasil pekerjaan, karena karyawan harus buru-buru menyesuaikan kembali tanpa cukup waktu untuk memikirkan cara terbaik menyelesaikan tugas. Berdasarkan survei dari American Psychological Association, kebingungan dan perubahan arah yang mendadak di lingkungan kerja seringkali menjadi pemicu burnout .

3. Terlalu sering micromanaging.

Ada kalanya atasan ingin memastikan semua pekerjaan berjalan dengan baik, tetapi kalau terlalu sering micromanaging, justru bisa bikin karyawan merasa tidak dipercaya. Sikap micromanaging, di mana atasan terlibat dalam setiap detail kecil pekerjaan karyawan, dapat membuat seseorang merasa tertekan dan tidak bebas untuk berkarya. Sebuah studi dari Harvard Business Review menemukan bahwa micromanaging secara berlebihan justru menurunkan kreativitas dan inisiatif karyawan .

4. Tidak memberi apresiasi atas usaha karyawan.

Sikap yang satu ini sering kali dirasakan oleh banyak karyawan. Meski sudah bekerja keras dan memberikan hasil yang baik, ada saja atasan yang tidak pernah memberikan apresiasi. Padahal, penghargaan sekecil apapun bisa memberikan dampak besar pada semangat kerja tim. Dalam laporan dari Gallup, karyawan yang merasa dihargai cenderung lebih termotivasi dan memiliki loyalitas lebih tinggi terhadap perusahaan.

5. Memberikan kritik di depan publik.

sikap atasan nyebelin freepik.com

foto: freepik.com

Mengoreksi pekerjaan memang bagian dari tanggung jawab atasan, tetapi memberikan kritik di depan umum bisa merusak rasa percaya diri karyawan. Kritik yang dilakukan di hadapan rekan kerja atau, lebih parah lagi, di hadapan klien, bisa membuat karyawan merasa dipermalukan.

Situasi ini tidak hanya mengurangi rasa percaya diri, tapi juga menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman. Menurut Forbes, memberikan kritik secara privat jauh lebih efektif dan membantu menjaga martabat karyawan .

6. Terlalu fokus pada hasil, bukan proses.

Atasan yang hanya peduli dengan hasil akhir tanpa memperhatikan proses yang dilalui oleh tim bisa membuat karyawan merasa seperti robot. Seringkali, mereka tidak peduli berapa banyak waktu dan energi yang sudah kamu curahkan, yang penting hanya hasil akhir.

Penelitian dari University of Melbourne menunjukkan, pendekatan yang terlalu berorientasi pada hasil tanpa mempertimbangkan kesejahteraan karyawan dapat memicu perasaan tidak puas dan menurunkan kualitas kerja.

7. Tidak konsisten dalam menegakkan aturan.

Sikap atasan yang inkonsisten dalam menegakkan aturan bisa membuat karyawan bingung dan frustasi. Misalnya, ketika atasan memberi toleransi lebih kepada beberapa karyawan tertentu sementara yang lain diperlakukan lebih ketat.

Sikap seperti ini bisa menciptakan ketidakadilan di lingkungan kerja dan membuat suasana menjadi tidak harmonis. Riset dari Stanford University menyebutkan bahwa ketidakadilan dalam penegakan aturan seringkali menjadi penyebab konflik di tempat kerja.