Brilio.net - Orang tua mungkin sering kali lupa dan tak menyadari bahwa perannya sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Kadang-kladang, dalam praktik sehari-hari, masih ada orang tua yang membatasi atau mengekang anak secara berlebihan. Hal ini secara tidak sadar membatasi ruang gerak dan kebebasan anak untuk bereksplorasi serta belajar dari pengalaman. Padahal, perkara ini bisa berdampak pada perilaku dan psikologis anak dalam jangka panjang.

Dalam ilmu parenting, komunikasi dengan anak menjadi hal krusial bagi orang tua. Perlu adanya komunikasi terbuka, termasuk komunikasi soal apa yang diinginkan oleh anak. Orang tua harus mendengarkan dan membuka ruang diskusi untuk anak sehingga tidak muncul istilah mengekang.

“Komunikasi (orang tua dan anak) harus dua arah. Jadi memang harus ada mendengarkan penginnya anak itu seperti apa? Kalau ada yang kurang pas ya diarahkan,” kata Psikolog Klinis Choirunisa Nirahma ketika dihubungi brilio.net via Zoom, Rabu (25/9).

Oleh karena itu, penting untuk menerapkan pola asuh yang seimbang, di mana anak memiliki kebebasan yang terukur dan tetap mendapat arahan yang tepat. Parenting seimbang akan membantu anak tumbuh menjadi individu yang mandiri, percaya diri, dan mampu menghadapi berbagai tantangan hidup dengan baik.

Secara garis besar, dampak psikologis apabila orang tua yang terlalu mengekang anak di antaranya:

dampak psikologis terlalu mengekang anak © freepik.com

foto: freepik.com

1. Kurangnya kemandirian

Ketika anak terlalu dibatasi dalam pengambilan keputusan atau dilarang mencoba hal-hal baru, mereka cenderung tumbuh dengan rasa ketergantungan yang tinggi. Kurangnya kesempatan untuk belajar dari kesalahan membuat anak sulit mengembangkan kemandirian, bahkan hingga dewasa.

2. Rendahnya kepercayaan diri

Orang tua yang terlalu mengekang sering kali membuat anak merasa tidak mampu atau takut mengambil risiko. Akibatnya, anak menjadi ragu akan kemampuan dirinya sendiri dan merasa kurang percaya diri dalam menghadapi tantangan hidup.

3. Munculnya perilaku pemberontakan

Batasan yang terlalu ketat dan aturan yang berlebihan dapat memicu perlawanan dari anak. Rasa frustrasi karena kurangnya kebebasan dapat mendorong anak untuk memberontak, baik dalam bentuk perilaku menentang aturan, menyembunyikan perasaan, atau bahkan melakukan tindakan yang tidak diinginkan.

4. Masalah sosial dan emosional

Dampak orang tua terlalu mengekang anak juga terlihat dalam hubungan sosial mereka. Anak yang merasa tertekan biasanya mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dan membangun hubungan yang sehat dengan teman sebaya. Mereka juga lebih rentan terhadap masalah emosional seperti kecemasan dan depresi.

5. Kehilangan motivasi

Anak yang selalu diarahkan tanpa diberi ruang untuk memilih akan kehilangan inisiatif dan motivasi untuk melakukan sesuatu. Mereka bisa tumbuh menjadi individu yang hanya mengikuti perintah tanpa punya keinginan kuat untuk berusaha atau mencapai sesuatu secara mandiri.

Tips Parenting Seimbang.

dampak psikologis terlalu mengekang anak © freepik.com

foto: freepik.com

Untuk menghindari dampak negatif tersebut, orang tua perlu menerapkan pola asuh yang seimbang antara memberi arahan dan membiarkan anak bereksplorasi. Berikut beberapa tips untuk menjaga keseimbangan dalam parenting:

1. Berikan kebebasan yang terukur

Memberi ruang untuk anak bereksplorasi bukan berarti membiarkan mereka tanpa batas. Tetapkan aturan yang jelas, namun beri anak kesempatan untuk membuat pilihan dalam hal-hal sederhana sesuai usianya, seperti memilih pakaian, makanan, atau aktivitas yang ingin dilakukan.

2. Dorong anak mengambil keputusan

Ajak anak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan. Ini membantu mereka belajar memahami konsekuensi dari pilihan mereka sendiri, serta melatih kemandirian dan tanggung jawab sejak dini.

3. Jaga komunikasi terbuka

Anak butuh mendengar alasan di balik aturan yang dibuat. Jelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami mengapa sesuatu harus dilakukan atau dihindari. Ini akan membantu anak merasa dihargai dan lebih mudah menerima aturan tanpa merasa dikekang.

4. Hargai usaha, bukan hasil

Daripada fokus pada hasil yang dicapai, berikan apresiasi atas usaha yang sudah dilakukan. Ini membantu anak mengembangkan rasa percaya diri dan tidak takut untuk mencoba hal-hal baru tanpa takut gagal.

5. Ajarkan tanggung jawab secara bertahap

Latih anak untuk mengambil tanggung jawab sesuai dengan usianya. Berikan tugas-tugas kecil yang bisa mereka selesaikan sendiri. Dengan begitu, anak akan belajar bertanggung jawab dan mengembangkan kemandirian secara bertahap.

6. Tetapkan aturan yang fleksibel

Aturan penting untuk menjaga disiplin, namun pastikan aturan tersebut fleksibel dan bisa disesuaikan dengan kondisi. Orang tua perlu peka terhadap kebutuhan dan perasaan anak, sehingga aturan yang diterapkan tidak terasa mengekang atau memberatkan.