Brilio.net - Kurikulum Merdeka telah menjadi bagian penting dalam sistem pendidikan di Indonesia. Sistem ini dari hasil inovasi pendidikan yang sudah diimplementasikan di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Kurikulum Merdeka bertujuan untuk memberikan fleksibilitas kepada guru dan siswa untuk merancang pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, kurikulum ini menekankan pada kemandirian setiap siswa maupun guru sebagai fasilitator.

Salah satu aspek yang nggak kalah penting dalam Kurikulum Merdeka yakni penilaian. Misalnya pada 2004 pendidikan di Indonesia berbasis pada Kurikulum Berbasis Kompetensi sehingga penilaiannya pun berorientasi pada hasil belajar atau ujian.

Begitu pula pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang berfokus pada kompetensi guru yang mampu mengembangkan silabus dan penilaian sesuai dengan kondisi sekolah maupun daerah.

Sementara pada kurikulum 2013 (K-13) menekankan pada aspek penilaian seperti pengetahuan, keterampilan dan aspek perilaku. Pada kurikulum ini guru diharapkan mampu mendorong siswa untuk melakukan observasi mandiri terhadap materi yang dipelajari.

Berbeda dari ketiga kurikulum tadi, Kurikulum Merdeka aspek penilaian siswa berfokus pada pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila yang terdiri atas beberapa nilai sendiri. Salah satu konsep penilaian dalam kurikulum merdeka yakni asesmen dan sumatif. Lantas apa itu dua konsep ini?

Yuk simak ulasan lengkap konsep asesmen formatif dan sumatif dalam Kurikulum Merdeka, yang disadur brilio.net dari berbagai sumber, Senin (9/9).

Sistem penilaian dalam Kurikulum Merdeka.

Konsep asesmen formatif dan sumatif dalam Kurikulum Merdeka © 2024 freepik.com

Konsep asesmen formatif dan sumatif dalam Kurikulum Merdeka
freepik.com

Sistem penilaian dalam Kurikulum Merdeka dirancang untuk memberikan evaluasi yang lebih holistik dan menyeluruh terhadap perkembangan siswa, tidak hanya berdasarkan hasil ujian semata, tetapi juga dengan mempertimbangkan aspek-aspek lain dari proses pembelajaran. Adapun beberapa sistem penilaian dalam Kurikulum Merdeka, diantaranya:

1. Penilaian berbasis kompetensi

Dalam Kurikulum Merdeka, penilaian difokuskan pada pengukuran kompetensi siswa, yaitu kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa dalam berbagai aspek. Penilaian ini mencakup pemahaman konsep, penerapan pengetahuan, serta kemampuan praktis. Dengan pendekatan ini, siswa dinilai berdasarkan pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan, bukan hanya dari hasil ujian atau tes akademis.

2. Penilaian formatif dan sumatif

Penilaian dalam Kurikulum Merdeka melibatkan dua jenis penilaian, yaitu formatif dan sumatif. Penilaian formatif dilakukan secara terus-menerus selama proses pembelajaran untuk memberikan umpan balik kepada siswa maupun guru tentang kemajuan siswa.

Hal ini dapat berupa tugas, kuis, atau kegiatan kelas yang membantu guru menilai pemahaman siswa dan memberikan dukungan yang diperlukan. Penilaian sumatif dilakukan pada akhir periode pembelajaran untuk menilai pencapaian kompetensi secara keseluruhan, seperti ujian akhir semester atau proyek besar.

3. Penilaian autentik

Penilaian autentik berfokus pada penilaian yang lebih realistis dan relevan dengan kehidupan nyata siswa. Ini melibatkan penilaian melalui proyek, portofolio, atau tugas yang mencerminkan penerapan pengetahuan dalam situasi nyata. Dengan penilaian autentik, siswa dapat menunjukkan bagaimana mereka menerapkan keterampilan serta pengetahuan dalam konteks yang relevan, bukan hanya dalam situasi tes standar.

4. Penilaian berbasis proyek

Salah satu elemen penting dalam Kurikulum Merdeka yakni penilaian berbasis proyek, di mana siswa dinilai berdasarkan partisipasi mereka dalam proyek-proyek yang melibatkan penyelidikan dan penyelesaian masalah.

Proyek ini dirancang untuk mendukung pencapaian profil pelajar Pancasila sekaligus memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi minat serta bakat mereka. Penilaian berbasis proyek menilai keterampilan siswa dalam merencanakan, melaksanakan, dan menyajikan hasil proyek mereka, serta kemampuan kolaborasi dan pemecahan masalah.

5. Penilaian diri dan penilaian teman

Penilaian diri dan penilaian teman adalah komponen penting dalam sistem penilaian Kurikulum Merdeka. Dalam penilaian diri, siswa melakukan refleksi terhadap kinerja mereka sendiri dan menilai kemajuan mereka berdasarkan kriteria yang ditetapkan.

Penilaian teman melibatkan siswa dalam memberikan umpan balik dan penilaian terhadap pekerjaan teman sekelas mereka. Kedua metode ini mempromosikan keterlibatan siswa dalam proses evaluasi dan membantu mereka mengembangkan kemampuan reflektif serta kemampuan memberikan umpan balik konstruktif.

6. Penilaian berkelanjutan

Penilaian dalam Kurikulum Merdeka bersifat berkelanjutan, artinya penilaian dilakukan secara teratur dan konsisten sepanjang periode pembelajaran.

Pendekatan ini memungkinkan guru untuk memantau perkembangan siswa secara terus-menerus serta membuat penyesuaian dalam proses pembelajaran jika diperlukan.

Penilaian berkelanjutan membantu memastikan bahwa siswa mendapatkan umpan balik yang diperlukan untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mereka secara berkelanjutan.

7. Penilaian berbasis kriteria

Penilaian berbasis kriteria berarti bahwa penilaian dilakukan dengan mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, bukan dibandingkan dengan hasil siswa lain.

Kriteria ini mencakup standar kompetensi yang harus dicapai siswa dengan indikator pencapaian yang jelas. Dengan pendekatan ini, penilaian menjadi lebih objektif dan adil, serta memberikan informasi yang lebih jelas tentang pencapaian sekaligus area yang perlu diperbaiki.

8. Penilaian formatif yang mendukung perbaikan

Penilaian formatif dalam Kurikulum Merdeka tidak hanya bertujuan untuk mengukur hasil belajar, tetapi juga untuk mendukung perbaikan dan perkembangan siswa. Umpan balik yang diberikan melalui penilaian formatif dirancang untuk membantu siswa memahami kekuatan maupun kelemahan mereka, serta memberikan saran hingga dukungan yang spesifik untuk perbaikan. Hal ini membantu siswa untuk terus-menerus meningkatkan keterampilan serta pemahaman sepanjang proses pembelajaran.

Konsep asesmen formatif dan sumatif

Konsep asesmen formatif dan sumatif dalam Kurikulum Merdeka © 2024 freepik.com

Konsep asesmen formatif dan sumatif dalam Kurikulum Merdeka
freepik.com

Asesmen, atau penilaian, merupakan bagian penting dari proses pendidikan yang bertujuan untuk mengukur pemahaman maupun kemajuan siswa. Ada dua jenis utama asesmen yang sering digunakan dalam sistem pendidikan: formatif dan sumatif. Meskipun keduanya bertujuan untuk menilai kemampuan siswa, keduanya memiliki tujuan serta karakteristik yang berbeda. Adapun ulasannya di bawah ini!

1. Asesmen Formatif

Asesmen formatif ialah jenis penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran untuk memberikan umpan balik yang berguna bagi siswa dan guru.

Tujuan utama asesmen formatif yakni untuk memperbaiki sekaligus meningkatkan proses belajar mengajar. Penilaian ini memungkinkan guru untuk memahami sejauh mana siswa telah memahami materi, sehingga dapat menyesuaikan pengajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.

Karakteristik:

Asesmen formatif biasanya bersifat kontinual dan sering dilakukan sepanjang periode pembelajaran. Penilaian ini bisa berupa kuis kecil, tugas rumah, diskusi kelas, atau aktivitas pembelajaran lainnya.

Hasil dari asesmen formatif digunakan untuk memberikan umpan balik yang langsung kepada siswa, membantu mereka mengenali kekuatan serta bagian pelajaran apa yang perlu ditingkatkan. Selain itu, guru dapat menggunakan hasil asesmen ini untuk memperbaiki strategi pengajaran dan menyusun rencana pembelajaran yang lebih efektif.

Contoh:
Ujian tengah semester yang tidak mempengaruhi nilai akhir, tugas mingguan, kuis online, atau observasi kelas.

2. Asesmen Sumatif

Asesmen sumatif, jenis penilaian yang dilakukan pada akhir suatu unit pembelajaran, semester, atau tahun ajaran untuk menilai pencapaian dan pemahaman siswa secara keseluruhan. Tujuan utama asesmen sumatif ialah untuk memberikan penilaian akhir tentang sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Karakteristik:

Asesmen sumatif biasanya dilakukan setelah periode pembelajaran yang signifikan dan berfungsi untuk memberikan penilaian akhir yang dapat memengaruhi nilai akhir siswa. Penilaian ini sering kali bersifat formal yang dapat mencakup ujian akhir, proyek besar, atau tugas akhir yang dirancang untuk menilai pemahaman siswa secara menyeluruh. Hasil dari asesmen sumatif digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan siswa serta memberikan nilai akhir yang mencerminkan pencapaian mereka.

Contoh:
Ujian akhir semester, tes akhir tahun, atau proyek besar yang memerlukan penelitian dan presentasi.

Perbedaan utama

1. Tujuan: Asesmen formatif bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran, sedangkan asesmen sumatif bertujuan untuk mengevaluasi pencapaian akhir.

2. Waktu pelaksanaan: Asesmen formatif dilakukan sepanjang proses pembelajaran, sementara asesmen sumatif dilakukan di akhir periode pembelajaran.

3. Fungsi umpan balik: Asesmen formatif memberikan umpan balik yang dapat digunakan untuk perbaikan segera, sedangkan asesmen sumatif memberikan penilaian akhir yang mempengaruhi nilai akhir siswa.

Berdasarkan ulasan tersebut dapat dilihat bahwa kedua jenis asesmen ini memainkan peran penting dalam proses pendidikan. Asesmen formatif membantu siswa dan guru untuk terus-menerus memperbaiki proses belajar, sementara asesmen sumatif memberikan gambaran akhir tentang pencapaian siswa.

Dengan memahami perbedaan maupun fungsi masing-masing, pendidik dapat mengoptimalkan penggunaan keduanya untuk mendukung pembelajaran yang efektif sekaligus evaluasi yang akurat.