Brilio.net - Perundungan (bullying) menjadi salah satu masalah serius yang sering dialami anak-anak, baik di lingkungan sekolah maupun dalam pergaulan. Dampaknya tidak hanya terasa secara fisik, tetapi juga bisa merusak kepercayaan diri hingga kesehatan mental. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mempersiapkan anak menghadapi situasi ini dengan mengajarkan keterampilan membela diri sejak dini.
Bagaimana tidak, berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ada sekitar 3.800 kasus perundungan sepanjang tahun 2023 yang terjadi di lembaga pendidikan. Sementara pada 2024, melansir dari Kemenkes tercatat ada 234 laporan masuk terkait perundungan sampai 23 Agustus 2024.
Belum lama ini, seorang siswa SDN Jayamukti meninggal dunia akibat bullying pada Senin (25/11) di RSUD Ciereng. Siswa inisial ARO diduga jadi korban perundungan kakak kelasnya dengan inisial M, D, dan O. Awalnya ARO mengeluh sakit kepala dan perut hingga muntah-muntah lalu dilarikan ke rumah sakit.
Selama enam hari dirawat di ruang perawatan intensif, kondisi ARO tidak kunjung membaik. Sebelum menghembuskan napas terakhir, ARO sempat ditanya tentang keadaannya, dan ia mengeluhkan sakit kepala serta nyeri di perut. Dalam penjelasannya, ARO mengungkapkan bahwa ia telah dijedotin dan ditendang oleh kakak kelasnya. Berdasarkan keterangan tersebut, polisi pun melakukan penyelidikan untuk mengungkap penyebab kematian bocah berusia 9 tahun itu.
Menilik peristiwa naas tersebut, tentu jadi perhatian orang tua untuk lebih mawas dalam mendidik anak, termasuk mengajari anak cara membela diri. Bukan berarti mendorong si kecil untuk melakukan kekerasan. Sebaliknya, hal ini bertujuan untuk memberi anak keberanian dan strategi yang tepat untuk melindungi dirinya tanpa harus mencederai orang lain. Anak yang memiliki kemampuan ini cenderung lebih percaya diri serta mampu menghadapi situasi sulit dengan bijak.
Melatih anak agar bisa membela diri juga membantunya belajar bagaimana menghadapi konflik secara sehat. Selain itu, anak akan lebih memahami kapan harus meminta bantuan orang dewasa saat situasi semakin membahayakan. Dengan pembekalan yang tepat, anak tidak hanya mampu melindungi dirinya sendiri, tetapi juga membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi teman-temannya.
Lantas bagaimana cara mengajari anak membela diri saat menghadapi perundungan sejak dini? Supaya nggak penasaran yuk simak ulasan lengkap di bawah ini yang dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Selasa (26/11).
Cara mengajari anak membela diri saat menghadapi perundungan sejak dini.
1. Membangun kepercayaan diri
Kepercayaan diri merupakan fondasi utama dalam menghadapi perundungan. Orangtua perlu secara konsisten memberikan penguatan psikologis pada anak melalui pujian dan apresiasi positif. Penelitian psikologi anak dari Harvard University menunjukkan anak dengan kepercayaan diri tinggi 70% lebih mampu mengatasi situasi perundungan dibandingkan anak dengan kepercayaan diri rendah.
Strategi membangun kepercayaan diri meliputi:
- Memberikan pujian tulus
- Mendorong anak mengekspresikan perasaan
- Mengajarkan cara berbicara dengan percaya diri
- Mendukung minat dan bakat anak
2. Teknik komunikasi asertif
Mengajarkan komunikasi asertif jadi cara efektif melawan perundungan. Anak perlu belajar mengungkapkan perasaan lalu menolak perlakuan tidak pantas dengan tegas namun sopan. Metode ini membantu anak menunjukkan batasan diri tanpa menggunakan kekerasan.
Cara melatih komunikasi asertif:
- Ajari anak berbicara dengan nada tegas
- Praktikkan kalimat penolakan seperti katakan tidak pada hal-hal tidak baik
- Ajarkan kontak mata saat berbicara
- Latih bahasa tubuh yang kuat
3. Mengenali tanda-tanda perundungan
Pemahaman dini tentang berbagai bentuk perundungan sangat penting. Beri anak penjelasan sederhana tentang tindakan yang dianggap sebagai bentuk intimidasi, seperti ejekan, ancaman, atau kekerasan fisik. Dengan mengenali situasi seperti ini, anak dapat lebih waspada dan mengetahui kapan mereka harus mengambil tindakan.
Bentuk perundungan yang perlu dikenali:
- Kekerasan fisik
- Ucapan kasar
- Pengucilan sosial
- Perundungan digital
- Intimidasi psikologis
4. Teknik pengalihan dan negosiasi
Mengajarkan anak strategi mengalihkan situasi berbahaya tanpa konfrontasi langsung merupakan keterampilan penting. Anak perlu belajar merespon perundungan dengan cerdas, misalnya dengan humor atau mengalihkan situasi. Kemampuan ini membantu mengurangi risiko eskalasi kekerasan.
Teknik pengalihan meliputi:
- Menggunakan humor
- Mengalihkan perhatian
- Bersikap tenang
- Mencari dukungan orang dewasa
5. Bekali anak dengan keterampilan bela diri dasar
Mengikuti kelas bela diri, seperti karate atau taekwondo, dapat menjadi cara yang baik untuk membekali anak dengan kemampuan melindungi diri secara fisik. Selain itu, latihan ini juga membantu meningkatkan rasa percaya diri sekaligus kedisiplinan anak. Manfaat utamanya bukan untuk berkelahi, melainkan membentuk karakter kuat. Adapun manfaatnya:
- Meningkatkan kepercayaan diri
- Melatih kontrol emosi
- Mengembangkan kebugaran
- Membangun sikap hormat
6. Bangun lingkungan pertemanan yang positif
Dorong anak untuk menjalin hubungan dengan teman-teman yang suportif. Lingkungan pertemanan yang baik dapat membantu anak merasa lebih aman serta terlindungi. Teman-teman yang peduli juga cenderung akan saling mendukung jika salah satu darinya menghadapi perundungan. Cara membangun jaringan:
- Kenalkan konsep pertemanan sehat
- Ajarkan memilih teman
- Dorong komunikasi dengan guru
- Bangun kepercayaan dengan orangtua
7. Manajemen emosi
Kontrol emosi menjadi kunci utama menghadapi perundungan. Anak perlu diajari mengenali, memahami, serta mengelola emosinya dengan baik. Kemampuan ini mencegah mereka bertindak impulsif atau malah menjadi pelaku perundungan. Adapun teknik manajemen emosi seperti:
- Praktik pernapasan
- Terapi curhat
- Menulis jurnal
- Meditasi sederhana
8. Beri anak dukungan emosional di rumah
Orang tua jadi tempat pertama anak mencari perlindungan. Pastikan anak merasa didengar sekaligus dihargai setiap kali mereka menceritakan pengalaman tidak menyenangkan. Dengan dukungan emosional yang kuat dari keluarga, anak akan lebih siap menghadapi situasi sulit di luar rumah.
9. Pengasuhan yang responsif
Fondasi terkuat melawan perundungan adalah hubungan orangtua-anak yang hangat dan terbuka. Anak yang merasa aman sekaligus dicintai akan lebih percaya diri menghadapi tantangan. Komunikasi terbuka menjadi kunci utama mencegah dampak perundungan. Adapun cara pengasuhan responsif:
- Dengarkan anak tanpa menghakimi
- Berikan rasa aman
- Tunjukkan empati
- Bangun kepercayaan
Recommended By Editor
- 5 Fakta siswa SD di Subang meninggal akibat perundungan, tragis
- Jalan pintas Gibran atasi perundungan siswa dan kriminalisasi guru
- Faktor penyebab bullying di pesantren, bukan hanya karena salah pergaulan
- Ibu dokter Aulia Risma buka suara, akui almarhumah setor Rp 225 juta selama PPDS
- Ungkap permohonan maaf, ini pengakuan lengkap Dekan FK Undip ada tindak perundungan di lingkungan PPDS
- Viral siswa SD jadi korban perundungan dipaksa makan roti isi duri oleh teman sebayanya, bikin miris