Macam-macam hadits dan contohnya
foto: freepik.com
Berdasarkan tingkat keaslian
1. Hadits shahih
Hadits sahih adalah tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits. Hadits shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Sanadnya bersambung. Sanad ialah rantai periwayat hadits.
- Diriwayatkan oleh para penutur/rawi yang adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya. Rawi adalah masing-masing orang yang menyampaikan hadits tersebut (contoh: Bukhari, Musaddad, Yahya, Syu'bah, Qatadah dan Anas).
- Pada saat menerima hadits, masing-masing rawi telah cukup umur (baligh) dan beragama Islam.
- Matannya tidak bertentangan serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yang mencacatkan hadits.
2. Hadits hasan
Jika hadits yang tersebut sanadnya bersambung, tetapi ada sedikit kelemahan pada rawi(-rawi)nya. Misalnya diriwayatkan oleh rawi yang adil namun tidak sempurna ingatannya. Namun matannya tidak syadz atau cacat.
3. Hadits dhaif.
Hadits dhaif adalah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa hadits mauquf, maqthu, mursal, muallaq, mudallas, munqathi atau mudlal), atau diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, atau mengandung kejanggalan atau cacat.
4. Hadits maudlu
Hadits jenis ini adalah hadits yang dicurigai palsu atau karangan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang dikenal sebagai pendusta.
foto: freepik.com
Berdasarkan ujung sanad
1. Hadits muttasil
Hadits muttasil adalah suatu hadits yang sanadnya (rantai perawi) bersambung secara keseluruhan, tanpa ada perawi yang terlewatkan atau putus. Dalam hadits muttasil, setiap perawi yang menyampaikan hadits dapat mengidentifikasi sumber dari mana dia menerima hadits tersebut. Sehingga rantai perawi dapat dilacak secara kontinu hingga kepada Rasulullah SAW.
2. Hadits munqati'
Hadits munqati' adalah hadits yang sanadnya terputus atau tidak bersambung secara langsung, baik karena adanya perawi yang hilang atau karena terdapat perawi yang tidak dikenal di tengah-tengah sanad. Sebagai hasilnya, tidak mungkin melacak rangkaian perawi secara kontinu hingga Rasulullah SAW.
3. Hadits mu'allaq
Hadits mu'allaq adalah hadits yang mempunyai sanad terputus. Di mana, bagian awal atau akhir sanadnya tidak disebutkan secara lengkap. Melainkan, hadits ini langsung merujuk kepada Rasulullah SAW. Kesulitan melacak seluruh sanad menimbulkan ketidakpastian pada keaslian hadits mu'allaq.
4. Hadits mursal.
Hadits mursal adalah hadits yang sanadnya terputus pada tingkat Tabi'in. Yakni, perawi yang meriwayatkan langsung dari Rasulullah SAW tanpa menyebutkan perantara sahabat. Kelemahan hadits mursal terletak pada ketidakjelasan dan ketidakpastian status para perawi di tingkat sahabat. Sehingga menimbulkan keraguan terhadap keabsahan informasi. Meskipun memiliki tingkat kelemahan, hadits mursal dapat diterima jika keadaan tertentu membenarkannya atau jika mendapat dukungan dari hadits-hadits lain yang lebih kuat secara sanad dan matan.
foto: freepik.com
Berdasarkan keutuhan rantai sanad
1. Hadits musnad
Hadits musnad adalah suatu hadits yang memiliki sanad (rantai perawi) yang bersambung dan lengkap. Yaitu, dari periwayat terakhir hingga kepada Rasulullah SAW tanpa putus. Hadits musnad biasanya disusun berdasarkan nama perawi secara alfabetis. Sehingga memudahkan pencarian dan verifikasi keabsahan hadits. Kumpulan hadits musnad yang terkenal adalah Musnad Imam Ahmad bin Hanbal. Hadits musnad dianggap memiliki tingkat kekuatan yang tinggi dalam rangkaian sanadnya, sehingga dihormati sebagai sumber hukum yang dapat diandalkan dalam tradisi ilmu hadits dalam Islam.
2. Hadits muttasil
Hadits muttasil adalah hadits dengan sanad (rantai perawi) yang bersambung dan lengkap dari awal hingga akhir, tanpa ada perawi yang terputus. Keberlanjutan dan kejelasan sanad ini memberikan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap keabsahan hadits. Hadits muttasil dianggap lebih kuat karena dapat dipertanggungjawabkan setiap perawi dalam melaporkan hadits tersebut.
3. Hadits muttasil jayyid
Hadits jayyid adalah hadits yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi dalam ilmu hadits. Untuk dianggap jayyid, hadits harus memenuhi standar kriteria yang melibatkan keberlanjutan sanad (rantai perawi), integritas perawi, dan kesesuaian matan (teks) dengan prinsip-prinsip Islam. Hadits jayyid memiliki perawi-perawi yang terpercaya, dan sanadnya tidak mengandung cacat atau kelemahan yang signifikan.
Berdasarkan jumlah penutur
1. Hadits mutawatir
Hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi di setiap tingkat sanadnya hingga mencapai tingkat keyakinan mutlak. Keberlanjutan dan banyaknya perawi membuat kebenaran hadits ini meyakinkan dan tidak dapat diragukan. Hadits mutawatir memiliki tingkat kekuatan yang sangat tinggi dalam ajaran Islam, dan dianggap sebagai sumber hukum yang pasti dan dapat diandalkan.
2. Hadits ahad
Hadits ahad adalah hadits yang tidak mencapai tingkat mutawatir, yakni diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang tidak mencapai ambang kepastian yang diakui oleh ulama. Hadits ini dapat terdiri dari kategori mashhur (terkenal), aziz (langka), atau gharib (asing). Tingkat kekuatan dan keabsahan hadits ahad bervariasi tergantung pada jumlah dan kualitas perawi, serta kecocokan dengan prinsip-prinsip Islam.
Contoh hadits:
- Hadits shahih: "Tidak beriman salah seorang di antara kalian, hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)
- Hadits hasan: "Barangsiapa menunjuki kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya." (HR. Muslim)
- Hadits dhaif: "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan junub, lalu tidak bermimpi, maka ia tidak diwajibkan mandi." (HR. Tirmidzi)
- Hadits mutawatir: "Tidak ada seorang pun di antara kalian kecuali dia akan masuk surga atau neraka." (HR. Bukhari dan Muslim)
Fungsi hadits sebagai pedoman Islam
foto: freepik.com
Hadits merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Qur'an. Fungsi hadits sebagai pedoman kedua ajaran Islam adalah untuk menjelaskan, memperjelas dan menguatkan ajaran yang terdapat di dalam Al-Qur'an. Hadits juga berfungsi sebagai sumber hukum Islam yang memberikan petunjuk dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Al-Qur'an dan hadits saling terkait karena keduanya sama-sama memuat ajaran dan petunjuk hidup yang menjadi pedoman bagi umat Islam. Al-Qur'an merupakan kitab suci yang diturunkan langsung kepada Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu dari Allah. Sedangkan hadits merupakan catatan dari ucapan, perbuatan, dan ketetapan beliau yang menjadi tuntunan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Kedua sumber ajaran ini saling melengkapi dan memperkuat satu sama lain dalam memberikan petunjuk hidup bagi umat Islam. Kehadiran hadits memberikan kepastian hukum Islam dalam menjelaskan ajaran-ajaran yang terdapat dalam Al-Qur'an.
Dengan demikian, hadits memiliki fungsi yang sangat penting sebagai pedoman kedua ajaran Islam setelah Al-Qur'an. Kedua sumber ajaran ini bekerja sama dalam memberikan pedoman hidup bagi umat Islam serta menjaga kelestarian dan kepastian hukum Islam.
Recommended By Editor
- Pengertian hadits dalam bahasa, ketahui unsur-unsur dan fungsinya
- Keistimewaan perempuan dalam pandangan Islam beserta haditsnya
- Ghadab artinya, pahami penyebab, dan cara menghindarinya
- 15 Manfaat berdoa dalam kehidupan sehari-hari, jadi sumber kekuatan lahir dan batin
- 9 Tujuan menikah dalam Islam yang perlu kamu tahu, pahami makna & tanggung jawab membina rumah tangga
- Masjid kembaran Masjid Raya Baiturrahman Aceh di Bantul, simbol persaudaraan warga NAD dan DIY
- Pengertian mazhab dalam Islam, pahami hukum dan jenis-jenisnya
- Pengertian infaq dalam Islam beserta jenis-jenis dan dasar hukumnya