Brilio.net - Sengketa perbatasan di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN telah menjadi isu yang cukup menonjol dalam beberapa dekade terakhir. Dengan 10 negara anggota yang memiliki sejarah dan latar belakang politik yang beragam, tidak mengherankan jika beberapa di antaranya terlibat dalam perselisihan mengenai batas wilayah. Artikel ini akan membahas beberapa sengketa perbatasan utama di ASEAN dan dampaknya terhadap stabilitas regional.

1. Sengketa Laut China Selatan

Salah satu sengketa perbatasan paling terkenal di ASEAN adalah sengketa Laut China Selatan. Wilayah ini diklaim oleh beberapa negara, termasuk China, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei. Sengketa ini melibatkan klaim atas pulau-pulau kecil dan terumbu karang yang kaya akan sumber daya alam, seperti minyak dan gas. Selain itu, Laut China Selatan merupakan jalur perdagangan penting yang dilalui oleh kapal-kapal dari seluruh dunia.

Sengketa ini telah menyebabkan ketegangan diplomatik dan militer di kawasan tersebut. ASEAN berusaha untuk menyelesaikan konflik ini melalui dialog dan perundingan damai, meskipun hingga saat ini belum ada solusi permanen yang tercapai.

2. Sengketa Thailand-Kamboja

Sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja terutama berpusat di sekitar Kuil Preah Vihear. Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional memutuskan bahwa kuil tersebut berada di wilayah Kamboja, tetapi sengketa mengenai wilayah sekitarnya terus berlanjut. Ketegangan meningkat pada tahun 2008 ketika kedua negara mengerahkan pasukan militer di sekitar kuil, yang mengakibatkan bentrokan bersenjata.

Upaya mediasi oleh ASEAN dan pihak internasional lainnya telah dilakukan untuk meredakan ketegangan, dan kedua negara kini berusaha untuk menyelesaikan sengketa ini melalui dialog bilateral.

3. Sengketa Malaysia-Indonesia

Sengketa perbatasan antara Malaysia dan Indonesia sering kali melibatkan wilayah maritim, seperti di sekitar Pulau Sipadan dan Ligitan. Pada tahun 2002, Mahkamah Internasional memutuskan bahwa kedua pulau tersebut adalah bagian dari Malaysia. Namun, sengketa lain terkait batas maritim di Selat Malaka dan Laut Sulawesi masih menjadi isu yang belum sepenuhnya terselesaikan.

Kedua negara berkomitmen untuk menyelesaikan sengketa ini melalui perundingan damai dan telah membentuk komisi bersama untuk membahas batas maritim mereka.

4. Sengketa Myanmar-Bangladesh

Meskipun Bangladesh bukan anggota ASEAN, sengketa perbatasan dengan Myanmar memiliki implikasi bagi stabilitas regional. Sengketa ini terutama terkait dengan wilayah perbatasan darat dan maritim. Ketegangan meningkat dengan adanya krisis pengungsi Rohingya, yang menyebabkan hubungan diplomatik antara kedua negara menjadi tegang.

ASEAN telah berusaha untuk memainkan peran dalam memediasi konflik ini, meskipun tantangan politik dan kemanusiaan yang kompleks membuat penyelesaian sengketa ini menjadi sulit.

Dampak Sengketa Perbatasan di ASEAN

Sengketa perbatasan di ASEAN memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas dan keamanan regional. Ketegangan yang berkepanjangan dapat mengganggu hubungan diplomatik dan ekonomi antarnegara anggota. Selain itu, sengketa ini juga dapat mempengaruhi integrasi regional dan upaya ASEAN untuk membangun komunitas yang lebih kohesif.

Untuk mengatasi tantangan ini, ASEAN perlu memperkuat mekanisme penyelesaian sengketa dan mempromosikan dialog yang konstruktif di antara negara-negara anggotanya. Kerjasama regional yang lebih erat dan komitmen untuk menyelesaikan sengketa secara damai akan menjadi kunci untuk menjaga stabilitas dan kemakmuran di kawasan Asia Tenggara.

Dengan memahami dan mengelola sengketa perbatasan ini secara efektif, ASEAN dapat terus memainkan peran penting dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan yang dinamis ini.