Brilio.net - Tawuran remaja masih menjadi masalah yang sering terjadi di berbagai daerah. Misalnya saja kasus tawuran di awal 2024 lalu yang sempat ramai di media sosial yang melibatkan segerombolan remaja bersenjata tajam saling serang di Flyover Pasar Rebo. Nggak cuma itu, belum lama ini ada pelajar SMKN 4 Semarang yang tewas ditembak polisi diduga saat tawuran.
Fenomena ini tidak hanya merugikan lingkungan, tetapi juga membawa dampak buruk bagi masa depan pelaku. Oleh karena itu sebagai orang tua, ada peran penting yang harus dilakukan untuk mencegah anak terlibat dalam aksi negatif ini. Pasalnya pola asuh sekaligus komunikasi yang baik antara orang tua dan anak menjadi kunci utama dalam menghadapi persoalan ini.
Anak-anak yang merasa didengarkan lalu dipahami cenderung lebih mudah diajak untuk menghindari lingkungan yang tidak sehat. Membangun hubungan yang hangat dengan anak bisa menjadi tameng kuat melawan pengaruh buruk dari luar.
Peran orang tua juga mencakup pengawasan terhadap aktivitasnya hingga pergaulan anak. Mengawasi bukan berarti membatasi, tetapi memastikan anak berada di lingkungan yang positif. Dengan begitu, risiko terjerumus ke dalam perilaku yang merugikan, seperti tawuran, bisa diminimalkan sejak dini.
Berikut ini peran orang tua dalam mencegah anak terlibat tawuran, brilio.net lansir dari berbagai sumber, Selasa (26/11).
Peran orang tua dalam mencegah anak terlibat tawuran
1. Memahami kebutuhan emosi anak
Orang tua perlu memahami bahwa emosi anak, terutama di usia remaja, sering kali tidak stabil. Rasa marah, kecewa, atau tidak diterima bisa memicu mereka mencari pelampiasan, termasuk tawuran. Dengan memberikan perhatian lalu mendengarkan cerita anak, orang tua bisa menjadi tempat anak mencurahkan emosi. Hal ini membantu anak merasa dimengerti serta tidak perlu mencari pembuktian diri di luar, terutama dengan cara yang salah.
2. Mengawasi pergaulan anak
Lingkungan maupun teman-teman sangat memengaruhi perilaku remaja. Orang tua perlu mengenal siapa saja teman dekat anak bahkan lingkungan tempat mereka sering beraktivitas. Pengawasan ini bukan untuk mengekang, melainkan memastikan anak tidak berada dalam kelompok yang rawan terlibat tindakan negatif seperti tawuran. Mengajak anak berdiskusi tentang dampak buruk dari pergaulan yang salah juga bisa membuka pikirannya.
3. Memberikan teladan yang baik
Anak-anak cenderung meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Jika orang tua menunjukkan sikap yang sabar sekaligus mampu menyelesaikan konflik tanpa kekerasan, anak pun akan belajar dari hal tersebut. Memberikan contoh positif dalam menyelesaikan masalah adalah cara efektif untuk mengajarkan anak bagaimana menghadapi situasi sulit tanpa melibatkan emosi yang berlebihan.
4. Membangun komunikasi yang terbuka
Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak menjadi dasar penting dalam mencegah tawuran. Membiarkan anak berbicara tentang perasaannya tanpa rasa takut akan hukuman membuatnya lebih nyaman membuka diri. Ketika komunikasi terbuka terjalin, orang tua bisa lebih cepat mendeteksi jika ada masalah yang dialami anak serta mencari solusi bersama.
5. Mengajarkan nilai empati dan toleransi
Mengajarkan anak untuk memahami perasaan orang lain sekaligus menghargai perbedaan dapat membantu mencegah mereka terlibat dalam konflik. Anak yang memiliki empati biasanya akan berpikir dua kali sebelum menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun verbal. Nilai-nilai ini bisa ditanamkan melalui diskusi, cerita, atau bahkan contoh dalam kehidupan sehari-hari.
6. Mendukung kegiatan positif
Remaja memiliki energi yang besar, jika tidak diarahkan dengan benar, energi itu bisa tersalurkan pada hal-hal negatif. Orang tua bisa mendorong anak untuk aktif dalam kegiatan olahraga, seni, atau komunitas yang bermanfaat. Dengan begitu, anak akan memiliki fokus dan lingkungan positif yang menjauhkan mereka dari tawuran.
7. Mendidik tentang dampak buruk tawuran
Orang tua perlu mengedukasi anak tentang risiko yang mungkin terjadi jika sang buah hati terlibat tawuran. Jelaskan bahwa tindakan ini bisa membawa konsekuensi serius, seperti luka fisik, masalah hukum, hingga merusak masa depan. Penjelasan ini penting untuk memberikan pemahaman kepada anak agar berpikir panjang sebelum terlibat dalam konflik fisik.
8. Menjaga hubungan harmonis dalam keluarga
Keharmonisan keluarga sangat berpengaruh pada perilaku anak. Jika anak merasa rumah menjadi tempat yang aman dan penuh kasih, biasanya mereka cenderung tidak mencari pelarian di luar. Orang tua perlu menciptakan suasana rumah yang nyaman sekaligus saling mendukung, sehingga anak merasa dihargai bahkan tidak tergoda untuk mencari perhatian dengan cara yang salah.
Recommended By Editor
- Sudah jatuh tertimpa tangga, gaji guru honorer dipangkas per orang Rp 1 juta cuma untuk maju Pilkada
- Memangnya program makan siang gratis beneran bisa mencegah stunting? Begini penjelasan pakar kesehatan
- Janji Mendikdasmen Abdul Mu’ti di Hari Guru, dari sertifikasi sampai jaminan keamanan untuk pengajar
- Boro-boro dikasih surat, Peter Carey belum menerima respons apapun dari UGM usai kasus plagiat
- Restorative Justice untuk guru bukan cuma wacana, jangan sampai ada pengajar yang takut bekerja
- Ratusan ribu guru belum berpendidikan D4 atau S1, tak penuhi kualifikasi jadi sulit dapat sertifikasi?