Brilio.net - Dikenal sebagai kota dengan destinasi kuliner terfavorit, daerah istimewa dengan 273 juta jiwa penduduk bernama Yogyakarta ini, memiliki segudang ragam kuliner unik yang mampu membuat siapa saja rela merogoh kocek untuk dapat menikmatinya. Tidak hanya kuliner-kuliner inovatif ala masa kini, daerah kesultanan ini juga terkenal sebagai kota dengan kuliner warisan yang terjaga apik.
Salah satu yang menarik perhatian adalah Es Kacang IjoSido Semi yang sudah berdiri selama tiga generasi. Terletak di Prenggan, Kotagede, untuk menemui es kacang hijau (ijo) klasik yang satu ini butuh kejelian karena perlu menemukan dan melewati gang Masjid Perak yang cukup sempit.
Namun, semua perjalanan 'blusukan' itu dapat terbayar sesaat setelah tenda dengan spanduk hijau 'Putu Sido Semi' terjangkau oleh pandangan. Berdiri di depan Pendahapa Kanjengan, lapak es kacang hijau tertua di Yogyakarta ini memiliki area makan yang luas.
foto: doc.aulia
Semangkuk es kacang hijau yang dibandrol Rp 9.000 ini menyajikan es kacang hijau dengan toping ketan putih yang diguyur santan segar dan gula. Sajian yang cukup mengeyangkan untuk sebuah es ini terasa begitu pas rasanya untuk hari-hari yang panas.
foto:doc.aulia
"Saya Anang, generasi ketiga dari Sido Semi," sambut pria tambun bertopi merah yang dikenal sebagai owner sekaligus pedagang yang melayani langsung para pelanggan, saat ditemui brilio.net, Minggu (14/5). Tenda "Bakso & Kacang Ijo Putu Sido Semi" terlihat tidak memiliki karyawan lain, hanya Anang dan istri yang wara-wiri ramah melayani pelanggan.
Anang bercerita, warung es klasik Sido Semi yang berdiri sejak 1950 ini dulunya tidak berada di tempat tersebut, melainkan di sebelah selatan Masjid Mataram. "Itu rumah biasa kalau masuk nanti duduk dan tempat duduknya itu kalau di Jawa namanya lincak. Itu kita juga sediakan kipas," terangnya. Kemudian, sejak 2016 warung itu pindah ke lokasi sekarang ini.
Setelah nyaris 7 dekade berlalu, Anang mengaku, selain tempat, menu yang kini ada dalam tendanya pun tidak lagi sama. "Kita menunya lebih banyak di sana (tempat awal berdiri), kata dia. Penjelasan Anang mengingatkan brilio.net pada potret menu lama yang beredar di internet, seperti sarsaparila, es cokelat hingga limun. Namun, semua itu kini tak lagi dapat dijumpai di tenda itu.
foto: doc.aulia
Walaupun begitu, es kacang hijau khas Sido Semi tidak pernah kehilangan konsumen. Dia tetap menjadi jawaranya. Bahkan, saat brilio.net di sana 4 jam sebelum warung tutup, es kacang hijau legendaris Sido Semi sudah ludes. "Ya mba kalau es, pasti habis," ungkap Anang.
Di balik larisnya es kacang hijau ini, Anang mengaku, sama sekali tidak melakukan perubahan atau inovasi terhadap resep yang diwariskan padanya. Semua tetap sama, ia dan istri masih tetap menggunakan santan kelapa asli tanpa dimasak sebagai kuah.
Santan asli yang segar nan gurih pun menjadi cita rasa khas milik es kacang ijo 7 dekade ini.
Nama-nama besar seperti Butet Kartaredjasa, mendiang Djaduk Ferianto, Wiranto, hingga Rano Karno pernah mencicipi sajian ini. "Rano Karno kalau syuting kan mampir karena suka minjem kursi di rumah," kisah Anang.
foto: doc.aulia
Selain nama-nama besar, warung Sido Semi memiliki pelanggan peranakan yang datang setelah dikenalkan oleh para kerabat. Menurut Anang, ia tidak pernah melakukan usaha promosi apapun.
Kedatangan beberapa pelanggan yang murni mencari dan datang karena dulu mereka pernah mengenal Sido Semi dan ingin kembali bernostalgia.
Perjalanan bisnis yang telah berjalan nyaris lebih dari 70 tahun ini tentu tidak berjalan mulus. Anang sempat tidak ingin melanjutkan resep es legendaris keluarga dan memutuskan hanya untuk membuka angkringan.
Namun, tak disangka satu, dua pelanggan yang mengenal dirinya meminta agar es kacang ijo andalan Sido Semi kembali dihadirkan. Dengan itu, Anang memupuk kembali tekad unuk mengembalikan nama Sido Semi. Berawal dari "Warung Sido Semi Mbok Mul" menjadi "Warung Es & Bakso Putu Sido Semi"
Tempat yang tidak hanya menyediakan es kacang ijo ini pun menjadi destinasi kuliner unik Jogja. Warung ini buka pukul 10.00 hingga 17.00, kecuali Senin karena libur.
Reporter: mg/Aulia Shifa
Recommended By Editor
- Kipo, makanan khas Yogyakarta yang disukai sejak zaman Sultan Agung hingga kaum milenial
- Jadah manten, camilan Kotagede favorit Sri Sultan Hamengkubuwono VII
- Menikmati Banjar & Ukel, camilan tradisional peninggalan Mataram Kuno
- Ndalem Poenakawan: Wajah kantor Wali Kota Yogyakarta pertama kini
- 11 Cara membuat kreasi gudeg Jogja ala rumahan, enak dan sederhana
- 9 Tempat makan di Jogja ini bikin kenyang dengan harga Rp 10 ribu