Terbantu media sosial
Namun, perkiraannya salah. Bukannya laris, di awal jualan, pasangan suami istri ini justru banyak merugi. Titik balik jualannya terjadi satu tahun kemudian, di tahun 2008 ketika pelanggan membeli wedang tahu kemudian memposting foto atau video ke media sosial mereka. Era media sosial yang kian masif itulah membuat banyak orang melirik usahanya.
foto: Brilio.net/Ferra Listianti
Orang-orang pun semakin familiar dengan wedang tahu Bu Kardi. Hal ini diakui Faya (26), seorang karyawan di Jogja yang mengetahui minuman wedang tahu dari laman media sosial TikTok. "Ini awalnya karena temanku suka beli di situ. Terus juga belakangan di TikTok rame tuh pada jajan wedang tahu yg di Asem Gede," katanya.
foto: Brilio.net/Ferra Listianti
Baru pertama kali merasakan, menurutnya cita rasa wedang tahu Bu Kardi cukup unik di lidahnya. Tidak begitu manis namun kuah jahe terasa begitu kuat. "Enak sih, suka kuahnya ya khas wedang jahe pada umumnya, tapi di luar ekspektasi pas nyoba. Selama ini ngebayanginnya pasti bakalan mirip sama bubur sumsum, tapi ternyata beda jauh ya," imbuh Faya.
Jika dulu cukup sulit menjual wedang tahu, kini jualannya selalu habis. Bahkan, sebelum tengah hari jualannya ludes. Saat brilio.net mendatangi kiosnya pukul 09.30 WIB, belum ada satu jam, wedang tahu Bu Kardi sudah habis.
Diungkapkan, dalam sehari ia bisa menjual 200-300 porsi. "Saya libur hari Senin. Kalau hari Selasa-Jumat saya membawa tiga panci sekitar 200 mangkuk, kalau hari Sabtu-Minggu bisa 250 sampai 300 mangkuk atau lebih," ujarnya.
Sudah berjualan selama 16 tahun, trik yang selalu ia lakukan sebagai penjual agar pembeli tertarik untuk datang kembali yakni dengan mengetahui keinginan dari pelanggannya. Entah menginginkan kuah sedikit ataupun kembang tahu berwarna putih susu yang ditambah. Sehingga, dengan begitu pembeli akan merasa nyaman untuk membeli.
Bukan hanya itu saja, ia juga menawarkan harga yang terhitung ramah kantong, sehingga jauh dari kesan minuman dengan harga mencekik. Untuk satu porsi, bisa dibeli dengan harga Rp 8.000.
Recommended By Editor
- Awalnya cuma bikin racikan untuk anak dan cucu yang sakit, warung jamu ini eksis hingga 1,5 abad
- Legendaris! Mie kopyok Mbah Wahji, kuliner mie yang yang sudah mulai langka
- Rahasia di balik tak tergantikannya tenaga sapi menghasilkan mi lethek legendaris
- Mencicipi kesegaran es kacang hijau legendaris Jogja, tempat jajannya Rano Karno
- Kipo, makanan khas Yogyakarta yang disukai sejak zaman Sultan Agung hingga kaum milenial
- Jadah manten, camilan Kotagede favorit Sri Sultan Hamengkubuwono VII