Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka baru-baru ini melakukan kunjungan ke pos pengungsian di Desa Kobasoma, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Di sana, ia menjenguk seorang bayi bernama Agustinus Gibran Raka Tapung yang lahir pada Rabu, 13 November 2024, di Puskesmas Lewolaga.

Bayi yang lahir di tengah situasi sulit akibat erupsi Gunung Lewotobi ini, saat ini tinggal di pos pengungsian. Dalam kunjungannya, Wapres Gibran bertanya kepada orang tua bayi, "Beneran dikasih nama Gibran? Nama belakangnya apa?" Sang ibu, Katarina Kwuta, menjawab dengan bangga, "Agustinus Gibran Raka Tapung."

Di akun Instagramnya, Gibran berbagi kebahagiaan atas kelahiran bayi tersebut, menyatakan bahwa kelahiran Gibran membawa harapan baru bagi orang tua dan masyarakat sekitar.

"Adik Agustinus Gibran lahir membawa ketenangan bagi orangtua dan masyarakat sekitar. Harapan untuk generasi emas Indonesia," tulisnya, dikutip brilio.net dari akun Instagram @gibran_rakabuming, Sabtu (16/11). 

 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Gibran Rakabuming (@gibran_rakabuming)

Paulus Tapun, ayah dari bayi Gibran, mengungkapkan rasa syukurnya atas kunjungan Wapres, terutama dalam situasi yang sulit setelah bencana erupsi. Ia menyampaikan pesan Wapres untuk menjaga bayi Gibran dengan baik.

Katarina, ibunda bayi, juga merasa bahagia meskipun harus tinggal di posko pengungsian. Ia mengungkapkan, "Puji Tuhan, saya diberi anak laki-laki yang sehat." Meskipun awalnya cemas dengan kondisi kesehatan dirinya dan bayinya, proses persalinan berjalan lancar.

Setelah erupsi Gunung Lewotobi, keluarga Katarina terpaksa mengungsi ke beberapa lokasi, termasuk Desa Kobasoma. Di sana, mereka mendapatkan perhatian dari Wapres yang juga mengunjungi area trauma healing untuk anak-anak pengungsi. Wapres memberikan mainan dan menyapa anak-anak, termasuk Gratia yang sangat senang menerima hadiah dari Gibran.

Dalam rapat koordinasi setelah kunjungan, Wapres Gibran menekankan pentingnya perhatian khusus untuk kelompok rentan di lokasi pengungsian, seperti ibu hamil, lansia, dan anak-anak. Saat ini, tercatat lebih dari 13.000 pengungsi yang tersebar di berbagai posko, dan Kementerian Sosial sedang berupaya untuk rehabilitasi dan penyediaan kebutuhan logistik bagi mereka.