Brilio.net - Karyawan zaman sekarang punya banyak banget dilema yang bikin pusing, terutama soal membagi waktu kerja dan waktu santai. Salah satu yang sering bikin bete, pas atasan tiba-tiba nge-chat diluar jam kerja, seolah-olah waktu istirahat jadi nggak ada batasnya. Hal kayak gini nggak cuma ganggu waktu rebahan, tapi juga bisa bikin stres makin numpuk.

Teknologi yang makin canggih kadang malah bikin dilema makin ribet. Chat dan email yang bisa diakses kapan aja bikin karyawan merasa harus selalu siap sedia, padahal pengennya bisa lepas dari urusan kantor pas di rumah. Jadinya, susah banget buat menjaga batasan antara kerjaan dan kehidupan pribadi.

Nggak cuma soal dihubungi diluar jam kerja, masih ada banyak dilema lain yang sering bikin karyawan zaman sekarang galau. Dari tuntutan buat selalu produktif sampai tekanan harus bisa multitasking alias jobdesk-nya apa malah diminta kerjain ini itu, ada aja yang bikin kerjaan jadi tambah rumit.

Nah, berikut ini 9 dilema karyawan zaman now yang mungkin related sama kamu, yuk simak selengkapnya di bawah ini! Brilio.net lansir dari berbagai sumber, Jumat (1/11).

Dilema karyawan zaman now.

Dilema karyawan zaman now  2024 freepik.com

foto: freepik.com/wayhomestudio

1. Selalu terhubung dengan pekerjaan.

Di era digital, karyawan sering kali merasa harus selalu siap terhubung dengan pekerjaan, bahkan di luar jam kerja. Chat yang mudah diakses membuat atasan ataupun rekan kerja bisa menghubungi kapan saja.

Hal ini menimbulkan tekanan untuk selalu responsif, yang seringkali mengganggu waktu istirahat. Akibatnya, batasan antara pekerjaan maupun kehidupan pribadi jadi kabur, bahkan bisa memicu stres pun mudah muncul.

2. Tekanan untuk selalu produktif.

Karyawan zaman now dihadapkan dengan ekspektasi untuk selalu produktif. Berbagai alat maupun teknologi yang tersedia memudahkan pemantauan kinerja, membuat karyawan merasa harus terus menerus menunjukkan hasil.

Tuntutan ini bisa menyebabkan burnout, karena mereka merasa tidak ada waktu untuk beristirahat atau sekadar bersantai. Banyak yang merasa harus sempurna bahkan terkadang ada pula yang mengabaikan kesejahteraan mental demi memenuhi ekspektasi tersebut.

3. Kesulitan menjaga keseimbangan kerja-hidup.

Keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi menjadi tantangan besar bagi banyak karyawan. Banyak yang merasa terpaksa bekerja lembur atau membawa pulang pekerjaan untuk memenuhi deadline.

Di sisi lain, ada juga tekanan untuk tetap terlibat dalam kehidupan sosial maupun keluarga. Hal ini menyebabkan banyak karyawan merasa terjebak antara tuntutan pekerjaan maupun kebutuhan pribadi, sehingga sulit menemukan waktu untuk diri sendiri.

4. Kehilangan motivasi dan kreativitas.

Dalam lingkungan kerja yang serba cepat dan penuh tekanan, banyak karyawan yang mengalami kehilangan motivasi maupun kreativitas. Rutinitas kerja yang monoton sekaligus tuntutan untuk selalu mengikuti arus bisa membuat semangat kerja menurun.

Karyawan mungkin merasa terjebak dalam pekerjaan tanpa ada kesempatan untuk mengeksplorasi ide-ide baru. Akibatnya, performa kerja bisa menurun hingga rasa puas dalam bekerja menjadi berkurang.

5. Kekhawatiran akan keamanan pekerjaan.

Di tengah perubahan cepat dalam dunia kerja, kekhawatiran akan keamanan pekerjaan semakin meningkat. Banyak karyawan merasa terancam oleh otomatisasi maupun teknologi yang bisa menggantikan tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan manusia. Belum lagi kemungkinan layoff yang kerap terjadi tanpa alasan yang jelas.

Ketidakpastian mengenai masa depan pekerjaan membuat banyak orang merasa cemas, dan ini bisa berdampak pada produktivitas maupun kesehatan mental para pekerjaan. Terlebih, karyawan zaman now harus beradaptasi lalu terus belajar untuk tetap relevan, yang bisa menjadi beban tambahan di tengah semua tantangan lainnya.

6. Tuntutan untuk beradaptasi dengan cepat.

Di era yang selalu berubah, karyawan diharapkan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi hingga cara kerja. Pelatihan dan pengembangan keterampilan menjadi penting, tetapi seringkali tidak ada cukup waktu untuk mempelajari hal-hal baru di tengah kesibukan pekerjaan. Rasa tertekan ini bisa mengganggu kepercayaan diri, terutama bagi pekerja yang merasa kesulitan mengikuti perkembangan terbaru.

7. Kurangnya dukungan mental dan emosional.

Meskipun banyak perusahaan mulai menyadari pentingnya kesehatan mental, masih banyak karyawan yang merasa kurang mendapat dukungan. Lingkungan kerja yang kompetitif sering kali membuat karyawan merasa sendirian dalam menghadapi tekanan.

Apalagi tanpa adanya ruang untuk berbagi masalah atau mencari dukungan, si pekerja bisa merasa terisolasi, yang pada akhirnya berdampak negatif pada kesehatan mental sekaligus produktivitasnya.

8. Keinginan untuk fleksibilitas kerja.

Banyak karyawan yang mencari fleksibilitas dalam jadwal kerja mereka, baik itu untuk bekerja dari rumah atau mengatur jam kerja yang sesuai dengan kebutuhan pribadi. Namun, tidak semua perusahaan menawarkan kebijakan ini, dan karyawan sering kali merasa terjebak dalam jam kerja yang kaku. Tuntutan untuk tetap hadir secara fisik di kantor sering kali berkonflik dengan kebutuhan untuk mengatur waktu dengan lebih fleksibel, sehingga bisa menimbulkan frustrasi.

9. Kurangnya peluang untuk pengembangan karier.

Di tengah tekanan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan sehari-hari, banyak karyawan yang merasa terjebak dalam posisi tanpa ada jalan untuk berkembang. Keterbatasan kesempatan untuk naik jabatan maupun mengembangkan keterampilan baru bisa membuat karyawan merasa stagnan. Hal ini bisa berdampak pada motivasi hingga semangat kerja, yang membuat mereka merasa tidak dihargai serta kehilangan arah dalam karier.