Brilio.net - Pemerintah Prancis melalui Menteri Pendidikan Prancis Nicole Belloubet mengumumkan akan segera menerapkan aturan larangan penggunaan ponsel di lingkungan sekolah, bagi siswa yang berusia di bawah 15 tahun. Pengujian larangan tersebut akan diberlakukan di 200 sekolah dan diselenggarakan usai tahun ajaran baru yang dimulai pada September 2024.

Sementara itu, pemberlakuan larangan penggunaan gawai di seluruh sekolah Prancis baru mulai diterapkan pada Januari 2025 mendatang. Meski begitu, menurut Nicole Belloubet, bukan berarti menolak manfaat sarana digital namun sebagai bentuk upaya menanggulangi anak-anak dari paparan layar gawai secara berlebihan

“Akan tetapi, dan saya tegaskan, itu tidak berarti saya menolak pemanfaatan pedagogis (sarana) digital,” ungkap Nicole Belloubet, disadur dari Antara News pada Senin (2/9)

Lebih jauh dijelaskan bahwa larangan membawa ponsel di sekolah bertujuan untuk memberikan anak-anak 'jeda digital'. Aturan tersebut bukan tanpa alasan, pasalnya rencana itu sudah dirancang sejak 2018, di mana Presiden Prancis Emmanuel Macron membentuk komisi yang bertugas meneliti dampak paparan layar pada anak-anak terhadap perkembangan dan kesehatan.

Salah satu laporan dari riset tersebut menemukan bahwa penggunaan ponsel dan teknologi secara berlebihan tidak hanya buruk untuk anak-anak tetapi masyarakat secara umum. Oleh karena itu, perlu pengaturan terkait kontrol penggunaan gawai pada anak-anak secara bertahap.

Ada pun tahapannya seperti tidak boleh memiliki ponsel sebelum usia minimal 11 tahun, telepon seluler tanpa akses internet antara usia 11-13 tahun, sampai telepon dengan internet, namun tidak ada akses ke media sosial sebelum usia 15 tahun.

Menilik aturan yang dikeluarkan tersebut, dapat dilihat bahwa penggunaan ponsel pada anak-anak tidak hanya memberikan dampak positif saja, tetapi ada pula risiko buruk yang perlu diwaspadai. Lantas apa saja kelebihan dan kekurangan penggunaan ponsel untuk anak-anak? Yuk, simak ulasan lengkapnya di bawah ini, brilio.net lansir dari berbagai sumber pada Senin (2/9).

Kelebihan dan kekurangan siswa tanpa membawa gadget ke sekolah.

Kelebihan & kekurangan siswa tanpa membawa gadget di sekolah © 2024 freepik.com

foto: freepik.com

- Kelebihan siswa tanpa gadget di sekolah.

1. Fokusnya lebih baik.

Tanpa adanya gadget, siswa cenderung dapat lebih fokus pada pelajaran dan aktivitas sekolah. Gadget sering menjadi sumber gangguan seperti media sosial, game, atau pesan yang dapat mengalihkan perhatian siswa dari materi pelajaran. Dengan tidak adanya gadget, siswa dapat lebih mudah berkonsentrasi pada pelajaran sekaligus berpartisipasi aktif dalam diskusi kelas.

2. Interaksi sosial yang lebih baik.

Tanpa gadget, siswa lebih cenderung berinteraksi secara langsung dengan teman-teman maupun guru. Hal ini berpengaruh baik pada keterampilan komunikasi sekaligus skill sosialnya, karena anak-anak harus berbicara langsung kemudian bekerja sama dalam kelompok tanpa bergantung pada pesan teks atau aplikasi. Interaksi tatap muka ini juga dapat memperkuat hubungan sosial hingga mengurangi rasa kesepian.

3. Mengurangi rasa kecemasan.

Tak jarang pula gadget menyebabkan stres maupun kecemasan, terutama karena tekanan media sosial atau ketergantungan pada notifikasi. Ketika siswa tidak membawa gadget ke sekolah, mereka dapat mengurangi faktor-faktor stres ini serta merasa lebih tenang. Mereka bisa lebih fokus pada kedamaian mental hingga menikmati waktu di sekolah tanpa gangguan digital.

4. Peningkatan keterampilan manajemen waktu.

Tanpa gadget, siswa mungkin lebih baik dalam mengelola waktu. Siswa tidak terjebak dalam aktivitas digital yang memakan waktu, seperti browsing internet atau bermain game. Sebaliknya, siswa kemungkinan besar akan menghabiskan waktunya dengan kegiatan produktif seperti membaca buku, belajar, ataupun berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.

5. Kreativitas yang lebih tinggi.

Ketika tidak ada akses ke gadget, siswa lebih cenderung menggunakan imajinasi dan kreativitas mereka dalam bermain maupun belajar. Bisa jadi, siswa lebih aktif dalam menggambar, menulis, atau bermain permainan yang melibatkan pemikiran kreatif. Hal ini dapat merangsang perkembangan kognitif sekaligus meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

6. Menjaga kesehatan fisik yang lebih baik.

Keterlibatan dengan gadget sering disertai dengan kebiasaan duduk yang lama, pada akhirnya dapat berdampak negatif ke kesehatan fisik seperti postur tubuh tidak ideal atau bahkan obesitas.

Tanpa gadget, siswa lebih aktif secara fisik karena cenderung terlibat dalam kegiatan fisik di luar ruangan yang memerlukan gerakan. Tentu hal ini dapat mendukung kesehatan tubuh yang lebih baik serta mengurangi risiko masalah kesehatan seperti obesitas maupun gangguan postur.

- Kekurangan siswa tanpa gadget di sekolah.

1. Akses terbatas ke sumber belajar digital.

Gadget sering digunakan sebagai alat untuk mengakses sumber belajar digital seperti e-book, aplikasi edukasi, hingga situs web pendidikan. Tanpa gadget, siswa mungkin kehilangan akses ke materi tambahan yang dapat memperkaya pengalaman belajarnya. Bisa jadi, hal semacam ini dapat membatasi aksesnya ke informasi yang terkini, serta mengurangi kemampuan untuk belajar secara mandiri.

2. Keterbatasan dalam komunikasi dengan teman dan keluarga.

Ponsel umumnya memfasilitasi komunikasi yang cepat dan mudah dengan teman maupun keluarga, terutama di luar jam sekolah. Ketika tidak ada gadget, siswa mungkin mengalami kesulitan untuk tetap terhubung dengan keluarganya, yang dapat berdampak pada dukungan sosial maupun emosional. Meski begitu, sebaiknya ajarkan anak untuk tidak bergantung pada ponsel.

3. Kurangnya kemampuan untuk mengelola teknologi.

Di era digital, keterampilan teknologi menjadi semakin penting. Tanpa akses ke gadget, siswa mungkin kurang berlatih dalam menggunakan perangkat maupun aplikasi yang relevan dengan pendidikan serta karier di masa depan.

Hal ini dapat membatasi kemampuan siswa untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi serta memengaruhi kesiapannya untuk menghadapi tuntutan dunia kerja yang semakin digital.

Walau demikian, ponsel bisa diberikan pada siswa ketika beranjak remaja sekitar 16 tahun lebih. Selain itu, orang tua juga bisa mengajarkan secara perlahan penggunaan teknologi agar anak tidak terlalu kudet.

4. Kesulitan mengakses informasi terkini.

Gadget memungkinkan siswa untuk mengakses berita maupun informasi terkini secara real-time. Ketika aktivitas siswa tanpa ponsel, besar kemungkinan kurang terinformasi tentang perkembangan terbaru dalam berbagai bidang, seperti sains, teknologi, dan peristiwa dunia.

Tetapi umumnya akses ke dunia luar bisa diberikan orang tua ketika di rumah dengan membacakan informasi terbaru kepada anak. Atau paling tidak, orang tua perlu mengontrol ketika anak menggunakan ponsel di luar sekolah.