Brilio.net - Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), gangguan hormonal yang sering dialami oleh remaja wanita dan dapat memengaruhi kesehatan jangka panjang mereka. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada siklus menstruasi yang tidak teratur, tetapi juga dapat menyebabkan masalah kesuburan, gangguan metabolisme, hingga peningkatan risiko diabetes tipe 2 di kemudian hari.
Menurut data Kementerian Kesehatan, gangguan hormonal ini palin sering terjadi pada wanita remaja maupun wanita usia subur di dunia. Angka kejadian PCOS sendiri bervariasi antara 1,8% dan 15% tergantung pada etnis, latar belakang, hingga kriteria diagnostik yang digunakan.
Adapun beberapa gejala yang kerap dialami oleh penderita PCOS, seperti tidak menstruasi selama 3 bulan padahal sebelumnya sudah menstruasi, siklus menstruasi yang tidak teratur (oligomenorea), jarak antara menstruasi kurang dari 3 minggu atau menstruasi terjadi lebih dari 7 hari.
Selain gangguan menstruasi, kenaikan hormon androgen pada penyakit PCOS dapat menimbulkan jerawat parah hingga tumbuhnya kumis, jenggot, bahkan bulu dada pada wanita (hirsutisme). Meski begitu, gejala PCOS sering kali terabaikan karena dianggap sebagai masalah hormonal biasa.
Oleh sebab itu, penting bagi remaja wanita untuk mengenali tanda-tanda PCOS sejak dini serta memahami bagaimana cara mencegah lalu mengelola kondisi ini agar dampaknya tidak semakin parah. Nah, berikut ini ulasan lengkap dampak PCOS serta cara mencegahnya, brilio.net sadur dari berbagai sumber, Selasa (1/10)
Dampak polycystic Ovary Syndrome (PCOS) pada wanita.
1. Gangguan menstruasi
Salah satu dampak paling umum dari PCOS yakni gangguan pada siklus menstruasi. Wanita dengan PCOS sering mengalami menstruasi yang tidak teratur atau bahkan tidak menstruasi sama sekali (amenorea). Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon, terutama hormon androgen yang berlebihan.
Kondisi ini memengaruhi ovulasi, hingga menstruasi menjadi jarang/tidak teratur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hampir 70% wanita dengan PCOS mengalami gangguan siklus menstruasi, yang dapat berdampak pada kesuburan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rotterdam ESHRE/ASRM menunjukkan bahwa ketidakteraturan menstruasi menjadi salah satu kriteria utama untuk diagnosis PCOS, selain adanya kista pada ovarium dan hiperandrogenisme. Kondisi ini dapat mengganggu kesuburan, karena ovulasi tidak terjadi secara teratur, yang mengurangi peluang terjadinya pembuahan.
2. Masalah kesuburan
Wanita dengan PCOS sering kali menghadapi masalah dalam hal kesuburan. PCOS menyebabkan gangguan ovulasi, yaitu proses pelepasan sel telur dari ovarium. Gangguan ini dapat mengakibatkan sulitnya seorang wanita untuk hamil secara alami. Penelitian menunjukkan bahwa PCOS yakni salah satu penyebab utama infertilitas pada wanita. Sebanyak 70-80% wanita yang mengalami infertilitas akibat ovulasi yang tidak teratur atau tidak terjadi sama sekali didiagnosis menderita PCOS.
Dalam beberapa kasus, wanita dengan PCOS masih dapat mengalami ovulasi namun tidak teratur. Kondisi ini membuat proses perencanaan kehamilan menjadi lebih sulit karena sulit memprediksi waktu ovulasi yang tepat. Namun, perawatan seperti terapi hormon, obat-obatan, maupun prosedur medis tertentu dapat membantu meningkatkan peluang kehamilan.
3. Peningkatan risiko komplikasi kehamilan
Bagi wanita dengan PCOS yang berhasil hamil, risiko komplikasi kehamilan cenderung lebih tinggi. Sebuah meta-analisis yang dilakukan oleh Qin et al. (2013) lalu dipublikasikan dalam Human Reproduction Update menemukan bahwa wanita dengan PCOS memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami diabetes gestasional, hipertensi kehamilan, preeklamsia, hingga kelahiran prematur.
Risiko keguguran juga meningkat, dengan beberapa studi menunjukkan tingkat keguguran hingga tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Komplikasi ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan ibu, tetapi juga dapat berdampak pada perkembangan janin maupun kesehatan bayi setelah lahir. Pemantauan ketat serta manajemen yang tepat selama kehamilan sangat penting untuk meminimalkan risiko-risiko ini.
4. Peningkatan risiko diabetes tipe 2
Dampak lain dari PCOS yang cukup serius adalah meningkatnya risiko diabetes tipe 2. PCOS sering dikaitkan dengan resistensi insulin, di mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif untuk mengatur kadar gula darah. Kondisi ini menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah, yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2 jika tidak dikelola dengan baik.
Penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism menunjukkan bahwa wanita dengan PCOS memiliki risiko dua hingga empat kali lebih tinggi untuk mengembangkan diabetes tipe 2 dibandingkan wanita tanpa PCOS. Faktor lain seperti obesitas, yang sering dikaitkan dengan PCOS, juga memperburuk kondisi ini. Oleh karena itu, penting bagi wanita dengan PCOS untuk menjaga pola makan sehat dan berolahraga secara teratur guna mengurangi risiko diabetes.
5. Gangguan psikologis
PCOS tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan mental. Wanita dengan PCOS lebih rentan mengalami depresi, kecemasan, hingga gangguan emosional lainnya. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari masalah hormon, perubahan fisik yang dialami, hingga tekanan sosial akibat gejala yang dialami seperti jerawat, peningkatan berat badan, atau pertumbuhan rambut berlebih (hirsutisme).
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Affective Disorders menemukan bahwa wanita dengan PCOS memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan depresi dan kecemasan dibandingkan wanita tanpa PCOS. Selain itu, tekanan psikologis akibat kesulitan memiliki anak maupun stigma sosial juga dapat memengaruhi kesehatan mental mereka. Karena itu, penanganan PCOS tidak hanya memerlukan intervensi medis, tetapi juga dukungan psikologis agar dampak mental yang dialami dapat diatasi dengan baik.
6. Penyakit jantung dan pembuluh darah
PCOS juga berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Wanita dengan PCOS sering kali memiliki kadar kolesterol yang tidak normal, tekanan darah tinggi, hingga faktor-faktor risiko lain yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular. Resistensi insulin dan obesitas yang sering ditemukan pada wanita dengan PCOS juga berkontribusi pada peningkatan risiko ini.
Penelitian yang diterbitkan dalam American Heart Journal menunjukkan bahwa wanita dengan PCOS berisiko lebih tinggi mengalami penyakit jantung koroner maupun stroke dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki kondisi ini. Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk menjalani gaya hidup sehat yang melibatkan pola makan seimbang, aktivitas fisik rutin, sekaligus pemantauan kesehatan secara teratur guna mencegah perkembangan penyakit jantung di kemudian hari.
7. Masalah kulit dan penampilan fisik
PCOS juga dapat berdampak pada kondisi kulit dan penampilan fisik. Beberapa wanita dengan PCOS mengalami masalah jerawat yang parah, terutama di area wajah, punggung, maupun dada. Selain itu, mereka juga dapat mengalami pertumbuhan rambut yang berlebihan di wajah, dada, atau bagian tubuh lainnya (hirsutisme) akibat peningkatan hormon androgen.
Masalah lain yang sering dihadapi yakni rambut rontok maupun kebotakan di bagian kepala (alopecia androgenik), yang sering kali menyerupai pola kebotakan pada pria. Masalah penampilan fisik ini bisa menurunkan rasa percaya diri dan menimbulkan stres, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita dengan PCOS.
8. Kanker endometrium
Dalam beberapa kasus, PCOS juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker endometrium. Hal ini terkait dengan ketidakteraturan menstruasi dan anovulasi (tidak terjadinya ovulasi), yang menyebabkan penebalan lapisan rahim secara terus-menerus. Jika lapisan rahim tidak dilepaskan secara teratur melalui menstruasi, ada risiko sel-sel abnormal berkembang di dalam rahim, yang dapat menyebabkan kanker.
Penelitian dari The Lancet Oncology menunjukkan bahwa wanita dengan PCOS memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker endometrium dibandingkan wanita yang memiliki siklus menstruasi teratur. Meski risiko kanker ini tidak terlalu tinggi, tetap penting bagi wanita dengan PCOS untuk memonitor kesehatan mereka secara berkala maupun melakukan pemeriksaan medis sesuai anjuran dokter.
Cara mencegah polycystic Ovary Syndrome (PCOS)
1. Kenjaga pola makan sehat
Salah satu cara terbaik untuk mencegah PCOS ialah dengan menjaga pola makan yang sehat dan seimbang. Mengonsumsi makanan yang rendah indeks glikemik, seperti biji-bijian utuh, sayuran hijau, buah-buahan, maupun protein tanpa lemak, dapat membantu mengatur kadar gula darah dan meningkatkan sensitivitas insulin.
Diet yang kaya serat maupun rendah karbohidrat olahan juga dapat membantu mengendalikan berat badan, yang merupakan faktor penting dalam pencegahan PCOS. Riset dari Journal of Human Nutrition and Dietetics menunjukkan bahwa diet rendah indeks glikemik tidak hanya membantu mengurangi resistensi insulin tetapi juga membantu mengurangi gejala PCOS. Makanan yang dianjurkan meliputi kacang-kacangan, sayuran hijau, dan sumber protein tanpa lemak seperti ikan atau ayam.
2. Rutin berolahraga
Aktivitas fisik rutin berperan besar dalam mengelola berat badan dan sensitivitas insulin, dua faktor yang berhubungan erat dengan PCOS. Berolahraga secara teratur dapat membantu meningkatkan metabolisme tubuh maupun menjaga kadar hormon yang lebih seimbang.
Jenis olahraga yang direkomendasikan meliputi latihan kardio seperti berlari, berjalan, bersepeda, hingga berenang, serta latihan kekuatan untuk meningkatkan massa otot dan membantu tubuh mengatur gula darah dengan lebih efektif.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Clinical Endocrinology menyebutkan bahwa wanita yang berolahraga secara rutin selama 150 menit per minggu dapat mengalami perbaikan signifikan dalam gejala PCOS, termasuk penurunan resistensi insulin serta berat badan yang lebih stabil.
3. Menjaga berat badan ideal
Berat badan berlebih atau obesitas merupakan salah satu faktor yang memperburuk kondisi PCOS. Penurunan berat badan bahkan hanya 5-10% sudah dapat secara signifikan mengurangi gejala PCOS yang berpotensi meningkatkan ovulasi, serta menurunkan kadar hormon androgen yang berlebihan.
Menjaga berat badan ideal melalui diet sehat hingga olahraga dapat membantu mengatur kadar hormon secara lebih baik yang mencegah komplikasi jangka panjang seperti diabetes tipe 2 maupun penyakit jantung.
4. Mengurangi stres
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh yang memperburuk gejala PCOS. Saat tubuh mengalami stres, produksi hormon kortisol meningkat, yang dapat memperparah resistensi insulin sekaligus menyebabkan peningkatan kadar hormon androgen. Oleh karena itu, penting bagi wanita untuk menerapkan teknik manajemen stres, seperti meditasi, yoga, atau aktivitas relaksasi lainnya.
Penelitian dari Journal of Psychosomatic Obstetrics & Gynecology menyarankan bahwa teknik pengurangan stres seperti meditasi dan yoga dapat membantu menurunkan kadar kortisol maupun meningkatkan kesehatan mental wanita dengan PCOS. Mengurangi stres juga dapat berdampak positif pada siklus menstruasi serta kesehatan reproduksi secara keseluruhan.
5. Menghindari makanan olahan dan gula berlebih
Makanan olahan, terutama yang tinggi gula hingga lemak jenuh, dapat memperburuk resistensi insulin yang memicu peningkatan berat badan. Wanita dengan PCOS disarankan untuk menghindari konsumsi gula berlebih sekaligus makanan olahan seperti roti putih, camilan manis, hingga minuman bersoda, karena makanan ini dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat.
Sebaliknya, memilih makanan yang lebih alami serta rendah gula dapat membantu mengontrol kadar gula darah lalu mencegah gejala PCOS yang lebih parah. Berdasarkan studi dalam European Journal of Clinical Nutrition menemukan bahwa konsumsi makanan olahan yang berlebihan berkaitan dengan peningkatan risiko resistensi insulin serta peradangan dalam tubuh, yang pada akhirnya dapat memperparah kondisi PCOS. Menghindari makanan seperti ini menjadi langkah penting untuk mengurangi risiko jangka panjang.
6. Konsultasi medis secara rutin
Karena PCOS ialah kondisi yang kompleks, penting untuk melakukan pemeriksaan medis secara rutin agar gejala bisa dideteksi sejak dini yang kemudian bisa ditangani dengan tepat.
Wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan PCOS atau gejala seperti menstruasi tidak teratur serta jerawat yang parah disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli endokrinologi.
Pemeriksaan dan diagnosis dini dapat membantu mencegah komplikasi jangka panjang sekaligus memberikan penanganan yang lebih efektif.
Recommended By Editor
- 7 Ide menu makan siang ala rumahan, lezat, tidak bikin bosan dan mudah dibuat
- Sering merasa ngantuk? Kenali penyebab dan cara mengatasinya
- 9 Resep makanan tradisional Indonesia, enak, sederhana, dan mudah dibuat di rumah
- Jangan dikucek, begini cara mengatasi mata kelilipan debu yang benar
- 10 Resep masakan Jepang yang enak dan mudah dibuat di rumah
- Ampuh melindungi dari flu burung, ini 7 manfaat dan efek samping Tamiflu
- Kasus ISPA di Indonesia meningkat, ini 7 cara sederhana menjaga kesehatan pernapasan
- Apa itu multiple sclerosis? Kenali gejala, diagnosis, dan perawatan yang tepat
- Mengenal manfaat Silent Walking, menemukan kedamaian dan kesehatan dalam keheningan
- Kenali 7 pemicu kanker usus besar di usia muda, lengkap dengan cara mencegahnya