Brilio.net - Jatuh cinta bisa di mana saja, salah satunya di Kota New York. Itulah latar cerita dari film The Architecture of Love yang kini telah tayang di Netflix setelah turun dari layar bioskop. Cerita bermula saat Raia yang diperankan oleh Putri Marino harus menerima kisah pahit atas perselingkuhan suaminya. Ia pun berusaha untuk menenangkan diri dengan terbang ke New York sekaligus dalam rangka mengembalikan mood menulis novel kembali.

Di kota itu, Raia bertemu dengan pria bernama River yang diperankan oleh Nicholas Saputra. River, yang paham tentang arsitektur New York, mengajak Raia berkeliling, sambil menjelaskan secara detail apa yang ia ketahui. Tak hanya Raia yang terkesima, penonton pun bisa terbawa suasana, terhipnotis oleh narasi River yang mengalir, sekaligus menambah wawasan.

Seperti film adaptasi novel romantis lainnya, film ini juga menampilkan kutipan-kutipan menarik yang digemari pembaca. Bukan hanya aspek visual yang menonjol, tetapi pemilihan kata yang diucapkan oleh River dan Raia menjadi daya tarik tersendiri. 

“Berani untuk mencintai saja, sudah terasa begitu membebaskan.”

“Mencintai punya kuasa untuk menyembunyikan yang pahit-pahit, dan menampakkan yang manis-manis.”

“Cinta adalah anugerah dan patah hati adalah musibah, and that's a life.”

“Karena kenangan baru bikin kita bangkit bahagia.”

“Hati manusia bisa menampung begitu banyak cinta. Tanpa melupakan cinta yang pernah ada.”

Itulah beberapa kalimat dari percakapan Raia dan River di sepanjang film. Chemistry antara Nicholas Saputra dan Putri Marino layak diacungi jempol. Mereka tampil begitu alami dan tanpa paksaan. Akting keduanya membuktikan profesionalisme mereka sebagai aktor ternama, memenuhi ekspektasi penonton. Banyak adegan yang memancing gemuruh di bioskop, khususnya dari kaum hawa, karena pesona Nicholas Saputra sebagai River begitu memikat.

Film ini menyajikan kisah romansa dewasa dengan konflik yang lebih berat, meskipun klise dan mudah ditebak, tetap terasa realistis dan sering dialami orang dewasa. River dan Raia adalah dua individu yang terluka dan memilih melarikan diri dari kota yang penuh kenangan, baik manis maupun pahit, alih-alih membuka lembaran baru dengan berdamai dengan situasi.

Pilihan untuk kabur dari kenangan pahit adalah fase yang sering dialami oleh orang yang patah hati. Mereka mencoba melupakan masa lalu dengan berpindah ke tempat baru, di mana mereka bisa memulai hidup kembali. Namun, membuka hati untuk cinta baru tidak mudah, terutama dengan trauma masa lalu yang menyakitkan.

Film ini seolah ingin mengajak orang-orang yang masih terjebak dengan masa lalunya untuk belajar memaafkan dan melepaskan, serta membuka kesempatan baru untuk bahagia. Bagi mereka yang pernah terluka, jatuh cinta lagi bukanlah perkara mudah, karena ada ketakutan akan terluka kembali.

The Architecture of Love menyuguhkan romansa sederhana namun kompleks, yang berhasil memikat hati penonton dengan kisah romansa dewasa yang tidak lagi mementingkan diri sendiri. Sebuah tontonan yang membuat penonton terbawa suasana dan tak jarang merasa geregetan mengikuti perjalanan River dan Raia dalam mengobati luka-luka mereka.