Brilio.net - Limfoma hodgkin merupakan salah satu jenis kanker getah bening yang dapat memengaruhi kesehatan secara signifikan. Limfoma hodgkin terjadi ketika sel darah putih jenis limfosit B berkembang secara tidak terkontrol dan menyebar ke berbagai bagian tubuh melalui sistem limfatik. Selain itu, jumlah limfosit B yang berlebihan akan terakumulasi di kelenjar getah bening.
Limfosit B berfungsi sebagai penghasil antibodi untuk melawan infeksi. Namun, pada limfoma hodgkin, kemampuan sel darah putih ini untuk memproduksi antibodi berkurang meskipun jumlah limfosit B sangat tinggi. Akibatnya, individu yang menderita limfoma hodgkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi.
Pada unggahan TikTok @iaszz4, seorang pria bernama Ias yang berasal dari Jakarta menggambarkan perjuangannya melawan kanker ini. Di usianya yang ke-35 tahun, Ias mengaku telah menderita limfoma hodgkin sejak berusia 28 tahun. Pada 2026, Ias sempat merasakan sakit punggung. Ia sempat mengira gejala tersebut disebabkan oleh saraf kejepit, akibat kebiasaan berolahraga angkat beban yang sering dilakukannya.
Awalnya, Ias menjalani berbagai pengobatan konvensional untuk mengatasi sakit punggungnya. Namun, alih-alih membaik, kondisi Ias justru semakin memburuk. Selain sakit punggung, ia juga mulai mengalami gejala lain seperti berkeringat di malam hari, batuk, hingga demam yang terjadi hampir setiap hari.
Kekhawatiran akan kondisi kesehatannya mendorong Ias untuk menjalani pemeriksaan MRI, tetapi hasilnya belum menunjukkan adanya sel kanker. Ia bahkan sempat dicurigai mengidap tuberkulosis. Karena rasa ingin tahunya, membuatnya melanjutkan pemeriksaan lebih lanjut seperti biopsi dan PET CT Scan. Hasil pemeriksaan tersebut akhirnya mengungkapkan bahwa Ias menderita limfoma hodgkin.
Berkaca dari peristiwa yang dialami Ias ini, maka tidak ada salahnya kamu mengetahui soal penyakit limfoma hodgkin. Baik gejala, penyebab, dan cara mencegahnya, dilansir brilio.net dari berbagai sumber pada Jumat (27/9).
Gejala limfoma hodgkin.
foto: freepik.com
Gejala spesifik limfoma hodgkin dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Namun, ada beberapa tanda yang sering muncul hingga perlu diwaspadai. Adapun beberapa ulasan gejala spesifik limfoma hodgkin:
1. Pembengkakan kelenjar getah bening.
Pembengkakan kelenjar getah bening menjadi gejala awal yang paling umum. Kelenjar ini dapat membesar di area:
- Leher: Kelenjar getah bening di leher dapat membengkak, sering kali tidak menimbulkan rasa sakit. Pembengkakan ini bisa terasa keras saat diraba.
- Ketiak: Pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak juga umum, yang dapat mempengaruhi mobilitas lengan lalu menyebabkan ketidaknyamanan saat mengangkat tangan.
- Pangkal paha: Pembengkakan di area pangkal paha dapat menyebabkan rasa tidak nyaman saat berjalan atau duduk.
Pembengkakan ini biasanya tidak disertai dengan gejala infeksi, seperti kemerahan atau nyeri, yang sering terjadi pada kondisi lain.
2. Gejala sistemik.
Gejala sistemik muncul sebagai respons tubuh terhadap pertumbuhan sel kanker yang bisa mencakup, diantaranya:
- Demam: Penderita limfoma hodgkin mungkin mengalami demam ringan yang berulang, seringkali lebih dari 38 derajat Celsius. Demam ini tidak selalu diikuti dengan gejala infeksi lainnya.
- Berkeringat di malam hari: Berkeringat berlebihan saat tidur dapat menyebabkan baju maupun sprei menjadi basah. Hal ini menjadi tanda yang umum dan sering kali menyulitkan penderita untuk tidur nyenyak.
- Penurunan berat badan: Penurunan berat badan yang signifikan tanpa alasan yang jelas (biasanya lebih dari 10% dari berat badan dalam 6 bulan) bisa menjadi tanda serius. Penderita mungkin tidak melakukan perubahan pola makan atau aktivitas yang signifikan.
3. Gejala yang berkaitan dengan organ tertentu.
Keterlibatan limfoma hodgkin dapat memengaruhi organ dan jaringan tertentu, menyebabkan gejala tambahan, misalnya:
- Gatal-gatal: Rasa gatal yang tidak dapat dijelaskan bisa terjadi, meskipun tidak ada ruam atau iritasi kulit. Gatal ini sering kali lebih buruk di malam hari.
- Nyeri: Rasa nyeri dapat terjadi di area yang terlibat oleh kanker, seperti punggung atau perut. Nyeri ini dapat bervariasi dari ringan hingga berat lalu bisa berlangsung lama.
- Batuk dan sesak napas: Jika kelenjar getah bening di dada membengkak, penderita mungkin mengalami batuk yang persisten bahkan kesulitan bernapas. Ini terjadi karena tekanan pada saluran udara.
4. Gejala lainnya.
Beberapa gejala tambahan yang juga dapat muncul meliputi:
- Kelelahan: Penderita sering merasa sangat lelah meskipun sudah cukup tidur. Kelelahan ini tidak hilang meskipun melakukan istirahat yang cukup.
- Mual atau kehilangan nafsu makan: Penderita dapat mengalami gangguan pencernaan yang menyebabkan rasa mual maupun kehilangan nafsu makanan.
Penyebab limfoma hodgkin.
foto: freepik.com
Limfoma hodgkin ditandai oleh proliferasi abnormal sel-sel limfosit, terutama sel B dalam kelenjar getah bening. Ciri khas dari limfoma hodgkin ialah keberadaan sel Reed-Sternberg, sel kanker besar dengan dua atau lebih inti sel yang terlihat seperti mata burung hantu di bawah mikroskop.
Identifikasi sel Reed-Sternberg ini sangat penting dalam diagnosis Limfoma hodgkin. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Nature Reviews Cancer oleh Küppers et al. menjelaskan bahwa sel Reed-Sternberg berasal dari sel B germinal center yang mengalami mutasi genetik spesifik, terutama pada jalur NF-κB dan JAK-STAT, yang berkontribusi pada pertumbuhan serta kelangsungan hidup sel kanker.
Limfoma hodgkin terjadi akibat perubahan (mutasi) pada sel-sel limfosit B yang berperan dalam melawan infeksi. Mutasi ini menyebabkan sel-sel limfosit B berkembang secara abnormal dan tidak terkendali, sehingga berubah menjadi sel kanker.
Penyebab pasti dari mutasi pada sel-sel limfosit B masih belum diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami limfoma hodgkin:
1. Berusia di atas 20 tahun
2. Berjenis kelamin laki-laki
3. Memiliki keluarga yang menderita limfoma hodgkin
4. Terinfeksi virus Epstein-Barr
5. Memiliki daya tahan tubuh yang lemah, misalnya karena menderita HIV/AIDS atau mengonsumsi obat imunosupresan
Cara mencegah limfoma hodgkin.
foto: freepik.com
1. Menjaga sistem kekebalan tubuh supaya tidak mudah terserang virus.
Salah satu faktor risiko utama untuk limfoma hodgkin yakni infeksi virus tertentu, seperti virus Epstein-Barr (EBV). Untuk mengurangi risiko, penting untuk menjaga sistem kekebalan tubuh yang kuat, dapat dilakukan dengan:
- Menjaga kebersihan pribadi, seperti mencuci tangan secara rutin.
- Hindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi virus, terutama selama musim flu atau wabah penyakit.
Penelitian menunjukkan bahwa infeksi virus dapat berkontribusi pada perkembangan limfoma hodgkin. Sebuah studi dalam Journal of Clinical Oncology mengaitkan infeksi EBV dengan risiko tinggi untuk jenis kanker ini, sehingga menjaga kebersihan dan kesehatan dapat membantu mencegahnya.
2. Menjaga kesehatan secara umum.
Menjaga kesehatan secara keseluruhan dapat berkontribusi pada pencegahan limfoma hodgkin. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:
- Menerapkan pola makan sehat yang kaya akan buah, sayuran, dan biji-bijian.
- Berolahraga secara teratur untuk menjaga berat badan yang sehat.
- Menghindari konsumsi alkohol dan merokok, karena keduanya dapat meningkatkan risiko berbagai jenis kanker, termasuk limfoma.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention menunjukkan bahwa gaya hidup sehat dapat mengurangi risiko kanker secara signifikan.
3. Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.
Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dapat membantu mendeteksi perubahan pada tubuh yang mungkin menandakan masalah kesehatan. Jika ada gejala yang mencurigakan, seperti pembengkakan kelenjar getah bening, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Deteksi dini dapat meningkatkan kemungkinan pengobatan yang lebih efektif jika terjadi limfoma hodgkin.
4. Edukasi diri terkait risiko kanker limfoma hodgkin.
Meningkatkan pengetahuan tentang limfoma hodgkin dan faktor risikonya sangat penting. Dengan memahami tanda maupun gejala serta faktor risiko yang terkait, kamu bisa mawas diri sehingga fokus pada menjaga kesehatan tubuh. Pasalnya pendidikan tentang pentingnya gaya hidup sehat sekaligus menghindari risiko infeksi juga menjadi langkah awal untuk membantu dalam pencegahan.
Recommended By Editor
- Sejumlah wilayah Indonesia mulai masuk musim hujan, ini 8 tips jaga tubuh agar tak gampang sakit
- Ibu pengganti berisiko tinggi alami komplikasi kehamilan, ini 7 cara mencegahnya agar hamil tetap aman
- Contoh teks laporan hasil observasi tentang taman sekolah: Keindahan dalam lingkungan pendidikan
- Macam-macam bahan makanan fungsional yang bermanfaat untuk kesehatan
- Mengapa pria cenderung terkena penyakit lebih sering dibandingkan wanita? Ini penjelasannya
- Ampuh melindungi dari flu burung, ini 7 manfaat dan efek samping Tamiflu
- Kesemutan bisa jadi pertanda kekurangan vitamin, kenali penyebab dan cara mengatasinya