Brilio.net - Saat kamu sedang nongkrong dengan teman-temanmu, mungkin kamu sering mendengar istilah anak skena. Apalagi jika kamu suka bergaul di komunitas musik, seni, atau budaya populer lainnya. Istilah ini kian populer dan sering muncul di berbagai unggahan media sosial. Namun, apa sebenarnya arti dari kata skena ini? Sebelum kamu salah paham atau salah mengartikan, ada baiknya kamu memahami arti sebenarnya dari istilah yang sering dipakai oleh anak muda ini.
Skena bukan sekadar istilah gaul yang muncul tiba-tiba. Bagi banyak orang, anak skena menggambarkan seseorang yang aktif dan terlibat dalam suatu komunitas atau subkultur tertentu. Biasanya, istilah ini digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang sangat bersemangat dalam mendalami musik, seni, atau bentuk ekspresi budaya lainnya. Sebelum kamu mulai menggunakan istilah ini, penting untuk benar-benar memahami maknanya agar tidak keliru dalam penggunaannya.
Belakangan ini, istilah skena kerap digunakan dengan lebih bebas dan cenderung mengalami pergeseran makna. Tidak jarang orang menggunakannya untuk menyebut siapa saja yang terlihat keren atau berbeda dari kebanyakan orang. Namun, pemahaman yang salah bisa membuat makna asli dari istilah ini hilang. Oleh karena itu, mari kita bahas lebih dalam apa sebenarnya yang dimaksud dengan skena, sejarahnya, serta bagaimana skena mempengaruhi budaya populer, terutama di dunia musik dan seni.
Jika kamu sering bergaul dengan komunitas yang sangat spesifik, seperti pecinta musik indie, penggemar seni rupa alternatif, atau pengikut tren streetwear, kamu mungkin telah menjadi bagian dari skena tanpa kamu sadari. Istilah ini memang sering muncul di tengah komunitas yang memiliki minat dan gaya hidup yang sama. Maka dari itu, dirangkum brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (29/8), kamu akan diajak membahas lebih jauh apa sebenarnya skena, agar kamu bisa mengidentifikasi dirimu dan komunitasmu dengan tepat.
Pengertian skena: Lebih dari sekadar gaya hidup
foto: Instagram/@terror.weekend
Secara umum, skena adalah kata serapan dari bahasa Inggris, scene, yang berarti pemandangan atau latar belakang. Namun, dalam konteks subkultur dan komunitas, skena merujuk pada kelompok orang yang memiliki minat yang sama, biasanya dalam bidang musik, seni, atau budaya populer lainnya. Anak skena adalah mereka yang tidak hanya menjadi penonton pasif tetapi juga ikut berpartisipasi aktif dalam komunitas tersebut .
Sejarah istilah skena sendiri tidak terlepas dari perkembangan subkultur di dunia Barat. Pada tahun 1970-an hingga 1980-an, istilah scene mulai banyak digunakan di kalangan komunitas musik punk dan rock di Inggris dan Amerika Serikat. Komunitas-komunitas ini sering berkumpul dalam skena musik yang sama, saling mendukung band lokal, dan menciptakan ekosistem musik yang berkembang secara mandiri. Dari sinilah istilah skena mulai merambah ke berbagai subkultur lainnya, termasuk seni rupa, teater, dan bahkan mode .
Di Indonesia, istilah skena mulai banyak dikenal di kalangan anak muda sejak tahun 2000-an, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Kota-kota ini dikenal sebagai pusat perkembangan subkultur alternatif, di mana anak muda dengan minat yang sama berkumpul dan menciptakan skena mereka sendiri. Istilah ini kemudian meluas ke berbagai komunitas lain, baik dalam dunia musik, seni, maupun fashion, sehingga menjadi bagian dari kosakata sehari-hari anak muda urban .
Dengan demikian, skena bukan hanya tentang apa yang kamu kenakan atau musik apa yang kamu dengar. Lebih dari itu, skena adalah tentang bagaimana kamu terlibat dan berkontribusi dalam sebuah komunitas yang berbagi minat dan nilai yang sama. Ini adalah cerminan dari identitas dan loyalitas terhadap subkultur tertentu.
Skena dalam budaya populer: Musik dan seni sebagai pilar utama
foto: Instagram/@bak.wen
Ketika kamu berbicara tentang skena, musik adalah salah satu elemen paling dominan yang tidak bisa dilepaskan. Skena musik adalah salah satu bentuk skena yang paling dikenal, di mana orang-orang berkumpul berdasarkan genre musik yang mereka sukai. Misalnya, ada skena musik punk, skena musik indie, skena musik metal, dan banyak lagi. Dalam setiap skena musik ini, kamu akan menemukan band-band lokal yang aktif, gigs atau konser kecil-kecilan, serta penggemar setia yang saling mendukung satu sama lain.
Skena tidak hanya hadir dalam dunia musik. Dalam dunia seni rupa, istilah ini juga sering digunakan untuk menggambarkan komunitas seniman yang memiliki gaya atau aliran yang sama. Misalnya, di Yogyakarta, ada skena seni rupa yang cukup dikenal, di mana seniman-seniman lokal berkumpul dan saling menginspirasi. Mereka sering mengadakan pameran bersama, berkolaborasi dalam proyek seni, dan membentuk jaringan yang kuat di antara mereka.
Selain musik dan seni rupa, skena juga bisa ditemukan dalam budaya populer lainnya seperti teater, film indie, hingga streetwear. Di setiap skena ini, kamu akan menemukan komunitas yang solid, di mana setiap anggotanya memiliki peran penting dalam menjaga eksistensi dan perkembangan skena tersebut. Kamu bisa melihat bagaimana skena-skena ini tidak hanya sebagai tempat berkumpul tetapi juga sebagai ruang untuk mengekspresikan diri dan menumbuhkan kreativitas .
Fenomena anak skena dan pakaian khasnya
foto: Instagram/@cherrypopfest
Salah satu fenomena yang paling menarik dari anak skena adalah bagaimana mereka mengekspresikan diri melalui pakaian. Kamu pasti sering melihat anak skena yang memakai kaus band, tote bag, dan sepatu Doc Martens. Hal itu bukan sekadar fashion statement, tetapi juga simbol identitas dan loyalitas mereka terhadap skena yang mereka ikuti.
Kaos band adalah salah satu elemen paling ikonik dalam gaya berpakaian anak skena. Biasanya, kaus ini menampilkan logo atau artwork dari band favorit mereka, yang seringkali berasal dari genre musik yang menjadi bagian dari skena mereka. Kaos band ini tidak hanya menunjukkan kecintaan mereka terhadap musik tetapi juga sebagai bentuk dukungan terhadap band-band lokal yang mungkin belum terkenal secara mainstream.
Tote bag juga menjadi aksesori yang tak terpisahkan dari anak skena. Selain praktis, tote bag sering digunakan sebagai media untuk menampilkan artwork yang sesuai dengan identitas skena. Misalnya, banyak tote bag yang dicetak dengan desain-desain karya seniman lokal atau logo band indie, yang menunjukkan keterikatan anak skena dengan dunia seni dan musik yang mereka gemari.
Terakhir, sepatu Doc Martens adalah pilihan yang sering kali melengkapi gaya anak skena. Sepatu ini bukan hanya karena kenyamanannya tetapi juga karena sejarahnya yang panjang dalam berbagai skena, terutama di kalangan punk dan grunge. Sepatu ini menjadi simbol resistensi dan individualisme, yang sangat cocok dengan nilai-nilai yang dipegang oleh banyak anak skena .
Dalam kesimpulannya, skena bukan hanya tentang apa yang terlihat di permukaan. Ini adalah komunitas yang erat dengan nilai-nilai bersama, di mana setiap anggotanya berperan aktif dalam menjaga keberlangsungan budaya yang mereka cintai. Jadi, ketika kamu melihat atau mendengar tentang anak skena, ingatlah bahwa mereka adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar—sebuah gerakan budaya yang tumbuh dari minat, kreativitas, dan solidaritas.
Recommended By Editor
- 7 Ide menu makan siang ala rumahan, lezat, tidak bikin bosan dan mudah dibuat
- Mau dapetin rumah idaman tapi gaya hidup tetap terpenuhi? Cek tipsnya disini
- 9 Resep makanan tradisional Indonesia, enak, sederhana, dan mudah dibuat di rumah
- Penyakit kanker kini mengintai generasi X dan milenial, ini 7 penyebab dan cara untuk mencegahnya
- 10 Resep masakan Jepang yang enak dan mudah dibuat di rumah
- Kurang pengakuan bikin insecure, yuk hilangkan dengan temukan kepercayaan diri bareng SASA
- 11 Chat lucu anak dan orang tua ini bikin tepuk jidat, memang susah kalau udah beda generasi
- Membahas problem nyata anak muda, Festival MudaBerdaya ajak pemuda upgrade kualitas diri
- Kaya dulu sebelum tua, ini pentingnya financial planning bagi generasi muda capai stabilitas keuangan