Brilio.net - Belum lama ini, media sosial dihebohkan oleh sebuah video yang memperlihatkan seorang pria dewasa membentak seorang siswa SMA Kristen (SMAK) Gloria 2 Surabaya. Dalam video itu, pria berinisial IV terlihat memaksa siswa berinisial EN untuk bersujud dan menggonggong. Peristiwa ini dipicu oleh sebuah insiden ejekan yang terjadi saat pertandingan basket antara siswa SMAK Gloria 2 dan SMA Cita Hati Surabaya di sebuah mal.

Kejadian ini bermula saat EN, siswa SMAK Gloria 2, diduga mengejek AL saat bertanding basket. Hal ini membuat IV marah lalu datang ke sekolah bersama sekelompok orang untuk mencari EN. Dengan penuh emosi, IV memaksa EN bersujud bahkan menggonggong. Padahal EN telah meminta maaf dengan baik-baik. Bahkan guru, satpam, hingga Bhabinkamtibmas untuk meredakan situasi tak membuahkan hasil, sehingga pihak sekolah melaporkan peristiwa ini ke pihak kepolisian.

Kasus ini kini sedang diselidiki oleh polisi setelah pihak SMAK Gloria 2 melapor ke Polrestabes Surabaya pada Kamis, 28 Oktober 2024. IV dilaporkan atas dugaan perbuatan tidak menyenangkan dan pemaksaan kehendak sesuai dengan Pasal 335 KUHP. Selain itu, IV juga dilaporkan karena memasuki sekolah tanpa izin serta memperlakukan guru dengan kasar, bahkan mengambil ID card guru sekaligus menunjuk-nunjuk dengan penuh amarah.

Menilik kasus seperti ini tentu jadi bahan refleksi bagi orang tua maupun para wali anak-anak agar lebih bijak dalam menegur anak. Sebagai orang dewasa, sebaiknya pertimbangkan banyak hal dalam menegur anak. Setiap anak pasti melakukan kesalahan namun wajib memahami cara-cara bijak agar anak tidak trauma.

Lantas bagaimana cara yang lebih tepat dalam mendidik dan menegur anak tanpa harus menggunakan kekerasan atau pemaksaan? Yuk, simak ulasan lengkapnya, seperti disadur brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (14/11).

Cara menegur dan disiplinkan anak tanpa memarahi

Viral pria Surabaya paksa siswa sujud & menggonggong © 2024 freepik.com

foto: freepik.com/prostooleh

Menegur dan mendisiplinkan anak tanpa harus memarahi memang menjadi tantangan tersendiri bagi banyak orang tua. Banyak orang tua cenderung memarahi atau menghukum anak ketika berbuat salah, namun ternyata ada cara yang lebih membangun dalam mendidik anak tanpa harus melibatkan kemarahan. Adapun caranya sebagai berikut:

1. Berbicara dengan tenang dan penuh pengertian.

Salah satu cara terbaik untuk menegur anak ialah dengan berbicara tenang lalu hindari nada suara yang tinggi. Anak-anak cenderung lebih mudah menerima informasi dan memahami kesalahannya jika diberikan dengan cara yang lembut serta empatik. Menggunakan kalimat yang jelas sekaligus menjelaskan mengapa perilaku tersebut tidak baik akan membantu anak lebih mudah menyerap pesan yang disampaikan.

2. Beri penjelasan yang logis.

Alih-alih langsung mengkritik, penting untuk memberikan penjelasan yang masuk akal tentang alasan kenapa suatu perilaku tidak boleh dilakukan. Menurut penelitian psikologi perkembangan, anak-anak belajar dengan baik jika diberi penjelasan yang rasional sekaligus berhubungan dengan tindakan yang dilakukannya. Misalnya, jika anak membuang sampah sembarangan, kamu bisa menjelaskan betapa pentingnya menjaga kebersihan dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi lingkungan.

3. Gunakan disiplin positif.

Viral pria Surabaya paksa siswa sujud & menggonggong © 2024 freepik.com

foto: freepik.com/karlyukav

Disiplin positif adalah pendekatan yang mendorong anak untuk memahami akibat dari tindakan tanpa melibatkan hukuman fisik maupun verbal. Pendekatan ini lebih fokus pada pengajaran dan pembelajaran daripada sekadar memberi hukuman. Penelitian dari American Psychological Association menunjukkan bahwa disiplin positif meningkatkan pemahaman anak tentang tindakan mereka serta meningkatkan kemampuan untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya.

4. Beri contoh yang baik.

Anak-anak sering kali meniru apa yang dilihat dari orang dewasa. Jika orang tua atau guru ingin anak-anak belajar perilaku yang baik, maka orang dewasa juga harus memberikan contoh yang positif. Sebagai contoh, jika ingin mengajarkan anak untuk berbicara dengan sopan, orang tua harus menunjukkan cara berbicara yang baik serta menghargai orang lain. Anak-anak cenderung lebih belajar dari contoh konkret daripada hanya mendengarkan nasihat.

5. Dengarkan lalu pahami perasaan anak.

Viral pria Surabaya paksa siswa sujud & menggonggong © 2024 freepik.com

foto: freepik.com/freepik

Sering kali anak-anak melakukan perilaku buruk karena merasa kesal, bingung, bahkan tidak didengarkan. Oleh karena itu, pentingnya untuk mendengarkan perasaan anak dengan empati. Bagaimana tidak, anak-anak yang merasa dihargai dan dipahami akan lebih terbuka sekaligus bisa mengontrol perilaku dengan lebih baik. Mengajak anak untuk berbicara tentang perasaan mereka bisa membantu mengurangi perilaku negatif.

6. Beri penghargaan atas perilaku baik.

Pemberian penghargaan maupun pujian yang tulus atas perilaku baik bisa menjadi cara yang sangat efektif untuk mendorong anak berperilaku positif. Penelitian dari Universitas Stanford menunjukkan bahwa anak-anak yang menerima pujian atas usaha dan perilaku baik lebih cenderung mengulanginya. Penghargaan bisa berupa kata-kata positif atau memberi kesempatan anak untuk melakukan aktivitas yang mereka suka setelah berperilaku baik.

7. Atur waktu yang tepat untuk berbicara.

Waktu adalah faktor penting dalam menegur anak. Menunggu sampai anak tenang lalu siap mendengarkan menjadi kunci dalam menghindari perdebatan yang tidak produktif. Pasalnya, anak yang sedang marah ataupun frustrasi tidak dapat menerima informasi dengan baik. Jadi, pastikan kamu menegur di waktu yang tepat, ketika lebih tenang dan bisa merenung dengan jernih.

8. Berikan alternatif perilaku.

Viral pria Surabaya paksa siswa sujud & menggonggong © 2024 freepik.com

foto: freepik.com/freepik

Daripada hanya melarang anak berperilaku buruk, berikan mereka alternatif perilaku yang lebih baik. Misalnya, jika anak sering bermain gadget terlalu lama, ajak untuk mencoba aktivitas lain yang menyenangkan dan bermanfaat. Memberikan alternatif berarti menyediakan anak kesempatan untuk memilih perilaku yang lebih baik tanpa merasa terkekang. Ini juga membantu untuk belajar membuat keputusan yang lebih baik di masa depan.

9. Bersikap konsisten dan sabar.

Konsistensi jadi kunci dalam mendisiplinkan anak. Bukan tanpa alasan, banyak pakar menilai anak-anak merasa lebih aman sekaligus tahu apa yang diharapkan dari mereka ketika orang tua maupun guru konsisten dalam aturan dan konsekuensinya. Oleh sebab itu, kesabaran juga sangat penting. Proses mendisiplinkan anak tidak akan terjadi dalam semalam. Dibutuhkan waktu serta usaha untuk membentuk perilaku yang baik.