Brilio.net - Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Oktober memiliki makna yang mendalam bagi bangsa Indonesia. Tanggal ini dipilih sebagai penghormatan terhadap Pancasila, ideologi negara yang berhasil mempertahankan eksistensinya dari ancaman yang dapat mengguncang persatuan bangsa.

Pada dasarnya peringatan ini juga mengingatkan generasi muda tentang pentingnya menjaga nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara yang mempersatukan. Di mana sejarah Hari Kesaktian Pancasila tidak lepas dari peristiwa tragis Gerakan 30 September 1965, di mana terjadi upaya kudeta yang mengancam kedaulatan negara.

Berkat kekuatan ideologi Pancasila, bangsa Indonesia berhasil bangkit lalu mengatasi ancaman tersebut, membuktikan bahwa Pancasila menjadi dasar negara yang kokoh. Oleh karena itu, tanggal 1 Oktober menjadi momen penting untuk mengingat perjuangan dalam mempertahankan nilai-nilai luhur tersebut.

Melalui peringatan ini, masyarakat diharapkan dapat semakin memahami makna Pancasila dan sejarah panjang di baliknya. Tidak hanya sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga sebagai refleksi agar nilai-nilai Pancasila terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga persatuan serta kesatuan bangsa di tengah tantangan zaman yang terus berubah.

Lantas bagaimana sejarah dan makna 1 Oktober ini? Yuk simak selengkapnya di bawah ini, dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Selasa (1/10)

Makna dan sejarah 1 Oktober Hari Kesaktian Pancasila

1 Oktober diperingati Hari Kesaktian Pancasila  2024 freepik.com

foto: pa-jombang.go.id

Makna 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila

Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Oktober memiliki makna mendalam sebagai simbol kemenangan ideologi Pancasila atas ancaman yang mengancam keberlangsungan bangsa Indonesia. Makna "kesaktian" dalam konteks ini merujuk pada kemampuan Pancasila sebagai dasar negara yang kokoh serta tidak tergoyahkan oleh berbagai bentuk ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri.

Peristiwa yang melatarbelakangi peringatan ini yakni usaha kudeta oleh Gerakan 30 September 1965, yang lebih dikenal dengan G30S/PKI. Gerakan tersebut berusaha menggulingkan pemerintah lalu menggantikan ideologi Pancasila dengan komunisme.

Akibat peristiwa tersebut menumpahkan nyawa para Jenderal, alhasil membuat Soeharto, yang kala itu menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) menetapkan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila di lingkungan TNI AD.

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila bukan hanya sekadar penghormatan kepada mereka yang gugur dalam mempertahankan kedaulatan negara, tetapi juga sebuah pengingat bahwa ideologi Pancasila menjadi penopang utama persatuan dan keutuhan bangsa Indonesia.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, seperti kemanusiaan, persatuan, keadilan sosial, hingga kepercayaan kepada Tuhan, telah menjadi fondasi kehidupan berbangsa maupun bernegara yang plural. Oleh karena itu, Hari Kesaktian Pancasila diharapkan bisa menginspirasi seluruh masyarakat Indonesia untuk terus menjaga, mengamalkan, sekaligus melestarikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Makna lain dari Hari Kesaktian Pancasila adalah sebagai momentum untuk memperkokoh persatuan di tengah perbedaan yang ada. Bagaimana tidak, Indonesia merupakan negara dengan keragaman suku, agama, ras, dan budaya, namun melalui Pancasila, seluruh elemen masyarakat dapat bersatu. Oleh karena itu, tanggal 1 Oktober selalu menjadi momen refleksi agar masyarakat Indonesia tidak melupakan pentingnya menjaga kesatuan serta persatuan bangsa.

Sejarah Hari Kesaktian Pancasila

Sejarah peringatan Hari Kesaktian Pancasila bermula dari peristiwa kelam yang terjadi pada malam tanggal 30 September 1965. Pada malam itu, sekelompok militer yang tergabung dalam Gerakan 30 September (G30S/PKI) melakukan upaya kudeta yang menargetkan sejumlah perwira tinggi Angkatan Darat.

Gerakan tersebut dipimpin oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), yang bertujuan menggulingkan pemerintahan Soekarno dan menggantikan Pancasila dengan ideologi komunisme. Dalam upaya kudetanya, G30S/PKI menculik lalu membunuh enam jenderal Angkatan Darat serta satu perwira menengah, yang dikenal sebagai Pahlawan Revolusi.

Para korban tersebut ialah Jenderal Ahmad Yani, Letnan Jenderal Suprapto, Letnan Jenderal M.T. Haryono, Letnan Jenderal S. Parman, Mayor Jenderal D.I. Panjaitan, Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, dan Kapten Pierre Tendean. Peristiwa penculikan sekaligus pembunuhan tersebut dilakukan dengan kejam, di mana mayat mereka kemudian ditemukan di Lubang Buaya, Jakarta.

Namun, kudeta tersebut berhasil digagalkan oleh militer Indonesia di bawah komando Mayor Jenderal Soeharto. Pada tanggal 1 Oktober 1965, pasukan militer berhasil menguasai kembali situasi dan menumpas gerakan tersebut. Sebagai tanda keberhasilan menggagalkan upaya kudeta serta mempertahankan kedaulatan negara, pemerintah kemudian menetapkan tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Peringatan ini menjadi momen untuk mengenang jasa para Pahlawan Revolusi yang gugur dalam upaya mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara. Selain itu, peringatan ini juga dimaksudkan untuk menegaskan bahwa Pancasila, sebagai dasar negara, tetap kokoh dan tidak dapat digantikan oleh ideologi apapun, termasuk komunisme.

Relevansi Hari Kesaktian Pancasila di masa kini

Hingga saat ini, Hari Kesaktian Pancasila tetap relevan dalam konteks menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Tantangan terhadap ideologi Pancasila mungkin berbeda dari masa lalu, tetapi ancaman terhadap kesatuan bangsa masih tetap ada, seperti dalam bentuk radikalisme, intoleransi, hingga perpecahan sosial. Pancasila, dengan kelima silanya, terus menjadi benteng yang kuat dalam menghadapi tantangan ini.

Oleh karena itu, peringatan Hari Kesaktian Pancasila setiap tanggal 1 Oktober tidak hanya sekadar seremonial, tetapi menjadi refleksi bersama untuk mengingatkan seluruh elemen masyarakat bahwa persatuan dan kesatuan bangsa menjadi hal yang harus terus dijaga. Generasi muda perlu memahami bahwa Pancasila ialah warisan bangsa yang telah teruji oleh waktu maupun berbagai ujian, sehingga harus dijaga lalu diamalkan dengan baik.