Brilio.net - Tak bisa dipungkiri pendidikan jadi hal penting yang perlu diperkenalkan kepada anak. Nggak hanya pendidikan moral, sosial, tetapi akademik pun perlu diajarkan kepada anak sejak dini. Termasuk kemampuan literasi dan numerasi anak sejak dini. Kemampuan ini menjadi dasar yang harus diupayakan dalam meningkatkan mutu pendidikan serta kecerdasan anak.

Sayangnya, tingkat numerasi pelajar Indonesia masih terbilang belum memenuhi harapan. Menyadur dari Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kemendikbud Ristek, Praptono, menjelaskan bahwa masih banyak yang perlu dituntaskan pemerintah dalam upaya meningkatkan literasi maupun numerasi anak bangsa.

Selain itu, melansir dari hasil asesmen nasional Kementerian Pendidikan pada 2023, menemukan bahwa tingkat literasi anak Indonesia naik 53% pada 2021 menjadi 67%. Hal ini baru mencapai kompetensi minimum, sedangkan tingkat numerasi anak dari 33% menjadi 67% pada 2023.

Melihat data tersebut memang jadi angin segar, tetapi perlu upaya ekstra lagi untuk meningkatkan literasi dan numerasi anak. Bila ditelisik, ada banyak program untuk meningkatkan kemampuan numerasi anak sejak dini, termasuk pelatihan bagi pendidik dan materi pembelajaran yang lebih interaktif.

Nggak cuma itu, ada beberapa upaya lainnya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan numerasi anak sejak dini. Supaya lebih memahaminya, yuk simak ulasan lengkap di bawah ini, brilio.net sadur dari berbagai sumber pada Rabu (4/9).

Upaya tingkatkan kemampuan numerasi anak sejak dini.

Upaya tingkatkan kemampuan numerasi anak sejak dini © 2024 freepik.com

foto: freepik.com

1. Gunakan metode pembelajaran interaktif.

Metode pembelajaran interaktif, seperti permainan matematika dan aktivitas berbasis manipulatif dapat membantu anak-anak memahami konsep numerasi dengan cara yang menyenangkan. Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas yang melibatkan permainan dapat meningkatkan keterampilan matematika anak-anak secara signifikan (Clements & Sarama, 2007). Contohnya, menggunakan benda nyata seperti batu kecil atau blok bangunan untuk mengajarkan konsep angka maupun operasi dasar.

2. Peran orang tua untuk menciptakan kebiasaan belajar.

Umumnya stimulasi pertama anak yakni berasal dari orang tua. Sebagai orang tua sebaiknya berlatih untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan untuk anak-anak. Misalnya perkenalkan angka-angka kepada anak, dan sebagainya.

Program pelatihan yang fokus pada strategi pengajaran matematika awal dapat meningkatkan kemampuan si kecil dalam mengajarkan konsep numerasi kepada anak-anak. Pelatihan ini sering mencakup cara-cara untuk membuat pelajaran matematika lebih menarik dan mudah dipahami oleh anak-anak.

3. Integrasi numerasi dalam kegiatan sehari-hari.

Libatkan numerasi dalam kegiatan sehari-hari, seperti saat berbelanja atau memasak, membantu anak-anak melihat penerapan matematika dalam konteks nyata. Misalnya, meminta anak menghitung jumlah bahan yang diperlukan saat memasak atau menentukan total harga barang saat berbelanja. Selain itu, bisa juga hitung hal-hal sederhana seperti gelas yang tempat cucian dan sejenisnya. Hal bisa membantu bahwa kegiatan praktis ini dapat meningkatkan pemahaman matematika anak-anak.

4. Penerapan strategi pembelajaran yang berbasis penelitian,

Strategi pembelajaran berbasis penelitian, seperti model pembelajaran eksploratori dan berbasis masalah, di mana anak diminta memecahkan persoalan sederhana. Misalnya penjumlahan, pengurangan, dan sejenisnya. Alhasil, dapat meningkatkan pemahaman anak-anak terhadap konsep numerasi.

Melansir dari National Research Council, pendekatan ini mengutamakan pemecahan masalah sekaligus eksplorasi aktif, yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan matematika. Pada dasarnya model seperti ini mendorong anak untuk berpikir kritis serta menyelidiki konsep matematika lebih dalam.

5. Menciptakan lingkungan belajar yang positif.

Lingkungan belajar yang positif dapat membantu anak merasa lebih nyaman dalam belajar matematika. Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan yang mendukung, termasuk penguatan positif dan penyediaan sumber daya yang memadai, dapat meningkatkan keterampilan numerasi anak. Contohnya, menyediakan ruang belajar yang tenang hingga alat bantu visual yang menarik dapat membuat pelajaran matematika lebih menarik.

6. Melibatkan komunitas dalam pendidikan matematika.

Melibatkan komunitas, termasuk kegiatan ekstrakurikuler yang bisa diikuti oleh anak supaya memperluas kesempatan belajar matematika di luar lingkungan sekolah. Melalui les di luar sekolah cukup membantu anak untuk lebih cerdas dalam aspek numerasi. Namun, perlu diingat apabila anak tidak tertarik sebaiknya tidak dipaksakan tetapi bantulah si kecil dalam mengenali potensi diri lainnya.

7. Lingkungan belajar yang kaya numerasi.

Nah, lingkungan yang kaya numerasi tidak hanya diterapkan di sekolah. Tetapi di lingkungan rumah pun perlu diterapkan. Pasalnya, lingkungan yang kaya numerasi memberikan banyak sumber daya yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan numerasi si anak. Contohnya, anak-anak berinteraksi dengan berbagai bahan numerasi, termasuk tanda-tanda, poster, lambang, bahkan berbagai gambar numerasi lainnya.

Contoh lain yang bisa dilakukan, di antaranya:

a. Barang-barang di sekitar anak tertata sesuai klasifikasi seperti warna, bentuk, ukuran, hingga fungsinya.

b. Poster, gambar, lambang yang didisplay di dinding sebagai rujukan untuk pembelajaran anak dalam memfasilitasi anak mengembangkan keterampilan numerasi.

c. Anak-anak diberikan kesempatan untuk memasang hasil karnya yang bermuatan numerasi di lingkungan rumah maupun sekolah.

d. Perkenalkan berbagai jenis alat ukur misalnya timbangan badan, alat ukur tinggi badan, meteran baju, gelas ukur, sendok takar, atau bahkan penunjuk waktu seperti jam digital, analog, dan sebagainya.

e. Selain itu, bisa juga berikan bahan baca yang mendukung pengembangan kemampuan numerasi anak. Jangan lupa, orang tua maupun guru selalu mendampingi serta tidak dimarahi apabila salah. Terus bimbing si buah hati hingga ia mahir.