Brilio.net - Baru-baru ini, media sosial diramaikan oleh aksi seorang guru yang protes terhadap orang tua murid. Guru tersebut membentangkan spanduk dengan tulisan "Tak Mau Ditegur Guru di Sekolah, Didik Sendiri," sebagai bentuk kekecewaan terhadap beberapa murid yang enggan ditegur. Aksi ini memancing perhatian warganet, yang kemudian membahas lebih jauh hubungan antara guru dan siswa di sekolah.

Protes tersebut hampir bebarengan dengan beberapa kasus yang berhubungan dengan guru dan murid. Di antaranya, guru SMPN 1 Kembangbahu menampar siswanya karena tidak memanggilnya dengan kata panggilan 'bu'. Meski murid tidak sopan, apapun alasannya, kekerasan tak bisa dibenarkan.

Ada pula yang terbaru kasus kekerasan guru kepada siswa yang terjadi di Blitar, Jawa Timur. Di mana seorang siswa Madrasah Tsanawiyah tewas akibat dilempar kayu berpaku oleh ustaz atau gurunya. Pelemparan tersebut terjadi karena muridnya tak segera melaksanakan salat dhuha.

Kasus-kasus seperti ini mengingatkan akan pentingnya pendekatan yang tepat dalam mendidik dan menegur siswa di sekolah. Bagaimana sebaiknya guru menegur siswa yang bandel tanpa harus menggunakan kekerasan?

Mengelola kelas memang bukan tugas mudah, tetapi ada cara efektif yang bisa dilakukan tanpa harus bermain kasar. Pendidikan yang tepat membutuhkan kesabaran, strategi, dan komunikasi yang baik antara guru, siswa, dan orang tua. Berikut brilio.net himpun dari berbagai sumber, Senin (30/9), cara menegur siswa bandel tanpa bermain kasar.

1. Pendekatan emosional dan psikologis.

Viral guru suruh orang tua didik anak sendiri © 2024 brilio.net

foto: freepik.com

Sebelum mengambil tindakan tegas, guru perlu memahami kondisi emosional dan psikologis siswa. Setiap anak memiliki latar belakang berbeda yang memengaruhi perilakunya di sekolah. Pendekatan dengan cara berbicara secara personal atau mendekati siswa dengan nada lembut sering kali lebih efektif daripada langsung memberikan hukuman. Melibatkan emosi positif akan membuat siswa merasa didengarkan dan dihargai, bukan hanya dipaksa untuk menurut.

2. Gunakan bahasa yang positif.

Ketika menghadapi siswa yang sulit diatur, hindari penggunaan kata-kata kasar atau bernada tinggi. Sebaliknya, gunakan bahasa yang positif dan mendidik. Misalnya, daripada berkata "Kamu selalu mengganggu di kelas!", cobalah berkata, "Saya tahu kamu bisa lebih fokus dan memberikan yang terbaik dalam belajar." Dengan begitu, siswa merasa diajak bekerja sama, bukan dihukum atau dipojokkan.

3. Berikan pilihan atau alternatif.

Viral guru suruh orang tua didik anak sendiri © 2024 brilio.net

foto: freepik.com

Menegur siswa tidak selalu harus dengan paksaan. Berikan pilihan kepada siswa ketika mereka melanggar aturan. Misalnya, "Kamu bisa duduk di tempat ini atau membantu membersihkan kelas, mana yang kamu pilih?" Dengan memberi pilihan, siswa merasa memiliki kendali atas situasi dan lebih mungkin mengikuti arahan tanpa merasa terpaksa.

4. Pendekatan sosial dan kelompok.

Jika ada siswa yang sering berulah, cobalah melibatkan kelompok atau teman-teman sekelas dalam penanganan. Misalnya, berikan tugas kelompok di mana siswa tersebut harus bekerja sama dengan teman-temannya. Rasa tanggung jawab dalam kelompok akan membantu siswa memahami pentingnya disiplin tanpa merasa ditekan secara individu.

5. Memberi pujian yang tepat.

Viral guru suruh orang tua didik anak sendiri © 2024 brilio.net

foto: freepik.com/pressfoto

Pujian sering kali menjadi motivasi yang efektif bagi siswa. Namun, penting untuk memberikan pujian yang tulus dan relevan. Ketika siswa yang biasanya bandel berhasil melakukan hal positif, berikan apresiasi yang sesuai. Pujian yang tepat akan mendorong siswa untuk terus berperilaku baik dan lebih menghargai dirinya sendiri.

6. Gunakan sistem penghargaan dan konsekuensi.

Guru bisa menerapkan sistem penghargaan bagi siswa yang berperilaku baik dan memberikan konsekuensi yang jelas bagi mereka yang melanggar aturan. Ini bukan berarti menghukum, melainkan memberikan pengertian bahwa setiap tindakan memiliki akibat. Misalnya, siswa yang patuh bisa mendapatkan tambahan poin untuk kegiatan ekstrakurikuler, sementara yang melanggar aturan harus mengganti waktu bermainnya dengan tugas tambahan.

7. Jalin komunikasi dengan orang tua.

Viral guru suruh orang tua didik anak sendiri © 2024 brilio.net

foto: freepik.com/@stockgiu

Guru dan orang tua harus memiliki hubungan yang baik dalam mendidik siswa. Ketika siswa berperilaku buruk di sekolah, alangkah baiknya jika guru segera berkomunikasi dengan orang tua untuk mencari solusi bersama. Melibatkan orang tua dalam proses ini akan membuat siswa merasa lebih diawasi dan bertanggung jawab atas perilakunya di sekolah.

8. Terapkan disiplin yang konsisten dan adil.

Disiplin yang konsisten sangat penting agar siswa memahami batasan-batasan yang berlaku di sekolah. Guru harus memastikan bahwa aturan yang dibuat diterapkan dengan adil tanpa ada diskriminasi atau perlakuan khusus. Konsistensi ini akan membantu siswa memahami bahwa aturan berlaku untuk semua orang, tanpa terkecuali.

9. Ajak siswa untuk refleksi diri.

Viral guru suruh orang tua didik anak sendiri © 2024 brilio.net

foto: freepik/jcomp

Ketika siswa melakukan kesalahan, ajak mereka untuk merenung dan memahami dampak dari perilaku mereka. Guru bisa bertanya, "Bagaimana perasaanmu setelah melakukan hal tersebut? Apakah itu membuat teman-temanmu senang?" Refleksi ini membantu siswa memahami konsekuensi dari tindakannya tanpa merasa disalahkan secara langsung.

10. Berikan contoh yang baik.

Guru adalah panutan bagi siswa. Cara terbaik untuk mengajarkan perilaku yang baik adalah dengan memberikan contoh. Jika guru mampu menunjukkan sikap sabar, tenang, dan penuh pengertian, siswa pun akan lebih mudah meniru perilaku positif tersebut. Guru yang selalu menunjukkan perilaku baik akan menjadi inspirasi bagi siswa dalam menghadapi berbagai situasi di sekolah.

Dalam mendidik siswa, guru perlu ingat bahwa setiap anak memiliki potensi dan keunikannya masing-masing. Tugas guru adalah membimbing mereka, bukan hanya mengarahkan dengan hukuman. Dengan cara-cara yang tepat, siswa akan belajar untuk lebih disiplin dan menghargai aturan tanpa harus melalui pendekatan yang kasar.