Brilio.net - Penyakit yang cukup mengerikan kembali menghebohkan jagat maya. Pasalnya penyakit yang disebabkan bakteri ini memakan daging di dalam tubuh. Tak tanggung-tanggung, bakteri langka tersebut dapat membunuh manusia dalam kurun waktu 48 jam.
Kasus ini kembali muncul di Jepang. Penyakit yang disebut dengan Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS), telah tercatat sebanyak 977 kasus. Kasus ini tercatat 2 Juni 2024 oleh National Institute of Infectious Diseases Japan. Penyakit STSS telah tercatat sejak 1999.
Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS) adalah komplikasi serius dari infeksi streptokokus yang timbul secara tiba-tiba, dan biasanya berkembang dengan cepat menjadi disfungsi multi-organ. Penyakit ini memiliki angka kematian yang tinggi. Melansir dari National Library of Medicine, angka kematian pada pasien STSS adalah 40 persen.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcal Toxic Shock Syndrome(STSS) sangat berbahaya bagi kesehatan. Maka dari itu, kamu wajib mengetahui apa saja gejala, penyebab, dan penanganan STSS yang telah dirangkum brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (20/6).
Gejala Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS)
foto: freepik.com
STSS termasuk penyakit yang langka dan jarang ditemukan. Penyakit ini sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan cepat. Adapun gejalanya sebagai berikut:
- Demam tinggi hingga 39 derajat Celcius.
- Gejala mirip flu seperti sakit kepala, meriang,
sakit tenggorokan, batuk.
- Otot terasa kaku.
- Diare.
- Tekanan darah rendah.
- Mual dan muntah.
- Mata, bibir, dan lidah memerah.
- Kejang-kejang.
- Sulit bernapas.
- Ruam di kulit yang menyebar seperti luka bakar.
Setelah gejala muncul, biasanya dalam kurun waktu 24-48 jam penyakit ini akan berkembang. Penyakit STTS akan dengan cepat menjadi lebih serius dan mengakibatkan gejala lebih serius sebagai berikut:
- Hipotensi (tekanan darah rendah).
- Kegagalan organ (tanda lain organ tidak berfungsi).
- Takikardia (detak jantung lebih cepat dari normal).
- Takipnea (pernapasan cepat).
Adapun organ yang dapat terinfeksi oleh penyakit STSS adalah sebagai berikut:
- Ginjal.
- Hati.
- Paru-paru.
Penyebab Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS)
foto: freepik.com
Penyakit Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS) disebabkan oleh Streptococcus Grup A (bakteri strep grup A) yang menyebabkan STSS. Penyakit STTS sangat jarang menularkan infeksinya ke orang lain. Namun, infeksi yang terjadi akibat radang grup A dapat berubah menjadi STSS dan bakteri ini menular. Orang dengan sistem kekebalan yang melemah atau kondisi kesehatan yang membuat mereka rentan terhadap infeksi bakteri (seperti luka bakar, diabetes, atau penyakit jantung) lebih mungkin mengembangkan STSS. Selain itu, luka operasi atau luka yang tidak terawat dengan baik juga dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi.
Penanganan Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS)
foto: freepik.com
Penanganan Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS) melibatkan serangkaian langkah medis yang penting untuk mengatasi infeksi bakteri Streptococcus. Adapun beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pemberian Antibiotik
Pengobatan segera dengan antibiotik yang tepat sangat penting dalam mengatasi infeksi bakteri Streptococcus. Antibiotik yang umumnya digunakan termasuk penisilin dan turunannya (seperti amoksisilin-klavulanat), yang efektif melawan Streptococcus pyogenes (grup A Streptococcus). Pemberian antibiotik harus dilakukan secepat mungkin setelah diagnosis STSS.
2. Perawatan intensif
Pasien dengan STSS sering memerlukan perawatan intensif di unit perawatan intensif (ICU). Ini termasuk pemantauan ketat terhadap fungsi organ vital seperti jantung, paru-paru, ginjal, dan hati. Pemberian cairan intravena dan terapi dukungan organ seperti ventilasi mekanis bisa diperlukan tergantung pada kondisi pasien.
3. Pengobatan Simptomatik
Gejala STSS seperti demam tinggi, tekanan darah rendah, dan gangguan pernapasan harus diperhatikan. Obat-obatan seperti antipiretik (penurun panas) dan vasopresor (untuk mendukung tekanan darah) dapat diberikan sesuai kebutuhan.
4. Pemantauan Infeksi dan Komplikasi
Penting untuk memantau respon pasien terhadap pengobatan antibiotik dan memantau kemungkinan komplikasi seperti gagal organ atau gangguan koagulasi darah. Tes laboratorium rutin seperti pemantauan kadar elektrolit, fungsi ginjal, dan fungsi hati harus dilakukan secara teratur.
5. Pencegahan Penyebaran Infeksi
Langkah-langkah pencegahan yang ketat harus dilakukan untuk mencegah penularan infeksi Streptococcus ke orang lain, terutama di lingkungan kesehatan. Ini termasuk isolasi pasien, penggunaan alat pelindung diri oleh petugas kesehatan, dan edukasi pasien dan keluarganya tentang tindakan pencegahan infeksi.
6. Evaluasi dan Perawatan Jangka Panjang
Setelah perawatan akut, penting untuk melakukan evaluasi jangka panjang terhadap pasien untuk memantau pemulihan dan mengidentifikasi kemungkinan komplikasi atau kekambuhan. Rehabilitasi fisik dan mental juga bisa diperlukan tergantung pada keparahan penyakit.
Recommended By Editor
- Apa itu virus West Nile? Kenali gejala, penyebab dan cara mengatasinya
- Penyakit radang otak jadi isu hangat, kenali penyebab, gejala, dan cara mengatasinya
- Jangan diabaikan, ini 7 ciri-ciri tubuh anak terjangkit cacingan, bisa ganggu tumbuh kembang
- Chikungunya vs demam berdarah, pahami perbedaan dan persamaannya, lengkap dengan cara penanganannya
- Waspada campak pada anak, kenali penyebab, gejala, dan cara pengobatannya
- Fakta medis vs mitos lama mengenai khasiat blau untuk gondongan