Brilio.net - Perkembangan teknologi memberikan kemudahan dalam kehidupan saat ini. Nggak bisa dipungkiri, dengan adanya teknologi kita bisa mempersingkat waktu dalam melakukan berbagai hal. Saat ini teknologi bahkan juga bisa memberikan banyak keuntungan, terutama untuk mencari uang.
YouTube adalah salah satu lahan yang menggiurkan saat ini. Pada awalnya YouTube hanya dikenal sebagai salah satu wadah untuk mempublikasikan video dari para kreator. Namun saat ini YouTube dimanfaatkan untuk beragam tujuan. Kegiatan berbisnis adalah salah satu yang ramai dilakukan melalui YouTube. Ya, sudah banyak orang terjun di YouTube dan mendapatkan keuntungan ekonomi.
Namun rupanya hal ini tidak menguntungkan bagi semua pihak. Pongki Barata, adalah salah satu orang yang merasa dirugikan dengan insiden yang terjadi di dunia maya. Mantan vokalis band Jikustik ini menceritakan kekesalannya ketika ada orang yang meg-cover lagu miliknya tanpa izin terlebih dahulu.
"Dulu saya tahun 2012 bersolo karier sampai tahun 2019, itu penontonnya di YouTube 1 juta viewes. Nah, ketika ada yang cover itu bisa sampai 26 juta viewers," ujar Pongki saat ditemui brilio.net saat seminar musik 'Diskusi YouTube Cover' di Kembang Seruni Yogyakarta, belum lama ini.
Kondisi ini rupanya membuat suami dari Sophie Navita itu cukup gemas. Tak ambil diam, Pongki bahkan juga sampai mendatangi para musisi cover untuk mencari jalan tengah. Bersama dengan timnya, Pongki dan musisi cover melakukan mediasi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Uniknya berbagai respons diterima Pongki saat pihaknya ingin mendiskusikan hal itu. Mulai dari respons kooperatif sampai respons yang tidak terduga.
"Ya macam-macam tanggapannya, ada yang meminta maaf terus memberikan tindakan langsung misal menurunkan konten, tapi ada juga yang malah galak sama saya," ujar Pongki sembari tertawa.
Menurut Pongki, artis-artis cover music di YouTube itu betul-betul merugikan para musisi asli atau pencipta lagu aslinya. Sebab sebagian artis cover belum memahami tentang hak cipta.
"Dalam sudut pandang bisnis saya sebagai pemilik lagu, ya jelas merasa dirugikan. Problemnya, actionnya apa?" tambahnya.
Pongki juga menambahkan bahwa dengan banyaknya musisi cover saat ini bisa membuat ekosistem musik menjadi rusak. Penyebabnya karena artis-artis cover itu jadi malas membuat karya sendiri dan hanya sibuk meng-cover lagu orang setiap hari.
"Ya betul, (kalau semakin banyak musisi cover) jadi jarang bikin karyanya sendiri. Kalau sampai ekosistemnya rusak, yang salah siapa? Ya yang ada di ekosistem itu," imbuh bassis The Dance Company tersebut.