Brilio.net - Di balik sosoknya yang periang, tak banyak yang tahu, Rahmawati Kekeyi ternyata menyimpan kesedihan dalam dirinya. Sejak dahulu, Kekeyi sering menjadi bahan bullying dari lingkungannya. Lantaran hal tersebut, ia bahkan berpikir untuk mengakhir hidupnya.
Dilansir dari kanal YouTube Deddy Corbuzier, keinginannya bunuh diri bukan tanpa sebab. Pasalnya, Kekeyi kerap mendapat komentar kurang menyenangkan dari teman-temannya karena dirinya yang tidak mempunyai ayah.
foto: YouTube/Deddy Corbuzier
"Ayah meninggalkan (cerai) waktu aku kecil banget. Aku dibully katanya aku nggak punya ayah, (dibilang) aku anak haram," ujarnya seperti dikutip dari YouTube Deddy Corbuzier, Rabu (11/12).
Diakuinya, saat masih kecil kedua orangtuanya memutuskan berpisah. Kekeyi yang ditinggal ayahnya kemudian ikut dengan ibunya. Namun karena tidak memiliki sosok ayah, Kekeyi dituding merupakan anak haram yang membuatnya sedih dan kecewa.
Kepada Deddy Corbuzier, kekasih Rio Ramadhan ini mengungkapkan tak tahan dengan bullying tersebut. Gadis kelahiran 1995 ini nyaris mengakhiri hidupnya dengan cara mengiris nadi pada pergelangan tangan layaknya dalam sebuah adegan di film.
foto: YouTube/Deddy Corbuzier
"Dulu aku pengen banget iris tangan aku, liat di film-film, kalau ngiris tangan, berdarah. Darahnya banyak terus mati," tutur Kekeyi.
Namun semua niatnya akhirnya diurungkan, hal ini Kekeyi yang takut akan darah. Salah satu upaya yang dilakukannya untuk meredam permasalahannya, yakni dengan mencari orang yang bisa memberinya perhatian. Baginya, kehadiran kekasih dalam hidupnya mempunyai peran yang sangat penting.
"Kalau aku punya pacar, itu kayak penyemangat. Ada yang perhatiin aku, yang sayang aku," ungkapnya.
Recommended By Editor
- Hubungan 7 pasangan seleb ini dituduh settingan, terbaru Kekeyi
- 8 Momen kedekatan Kekeyi & ibunya, sempat terpisah 18 tahun
- Kesal dan tak tahan dinyinyiri haters, Kekeyi ancam lapor polisi
- Pacarnya ultah, pesan cinta Kekeyi ke Rio Ramadhan ini kocak
- 7 Potret kemiripan Rio Ramadhan pacar Kekeyi dan Edho Zell