Brilio.net - Kak Seto seorang psikolog anak ternama di Indonesia, memberikan pandangan menarik seputar pola asuh anak. Dalam salah satu pernyataannya pada podcast @kasisolsui dia mengingatkan para orang tua agar tidak berharap memiliki anak yang "penurut".
Pesan yang disampaikan Kak Seto menuai perhatian luas, mengingat pola asuh tradisional seringkali menekankan pentingnya anak yang patuh tanpa mempertimbangkan dampak psikologisnya.
Kak Seto menyampaikan pandangan menarik tentang pola asuh anak di masa kini. Menurutnya, memiliki impian untuk memiliki anak yang penurut adalah pandangan yang kurang tepat di era sekarang.
"Zaman sekarang adalah salah kalau mimpi punya anak penurut," ujar Kak Seto.
Berdasarkan penjelasan Kak Seto, jika orang tua terlalu berharap anak menjadi penurut, hal itu justru dapat menimbulkan frustasi bagi kedua belah pihak. Anak-anak cenderung tumbuh menjadi pribadi yang lebih kritis dan mandiri, sehingga pola asuh yang terlalu mengekang dapat memicu perlawanan dari mereka.
"Kita akan frustasi, anak akan justru melawan. Anak akan lebih kritis dan sebagainya," jelas Kak Seto.
Kak Seto menyarankan agar orang tua lebih baik bercita-cita memiliki anak yang percaya diri dan mampu bekerja sama. Kepercayaan diri anak tumbuh dari proses belajar yang melibatkan berbagai sumber informasi, sementara kemampuan bekerja sama dibangun melalui interaksi yang positif dengan orang tua. Dalam proses ini, peran ayah dan ibu juga penting untuk memberikan contoh nyata tentang nilai-nilai kerja sama yang harmonis dalam keluarga.
"Nah, mimpilah punya anak yang bisa bekerja sama dan percaya diri. Percaya diri karena dia juga belajar. Artinya mendapatkan informasi dari berbagai sumber. Tapi juga mampu bekerja sama dengan ayah ibunya. Ayah ibu juga sama mendidik kerjasama," lanjut Kak Seto.
Kak Seto juga menekankan pentingnya komunikasi yang dialogis antara orang tua dan anak. Saat anak mempertanyakan aturan atau larangan, orang tua sebaiknya memberikan penjelasan yang logis dan sesuai dengan pemahaman anak.
Pola komunikasi yang melibatkan diskusi ini membantu anak memahami alasan di balik aturan tanpa merasa terpaksa. Dengan pendekatan yang ramah anak, mereka akan lebih mudah menerima nasihat dan merasa dihargai, berbeda dengan metode otoriter yang justru dapat membuat anak merasa tertekan atau tidak nyaman.
"Kalau misal kenapa nggak boleh begini. Mungkin anak sekarang udah tanya kenapa Ma? Apa alasannya? Nah, dengan cara berdiskusi berdialog maka akhirnya anak akan tercerahkan justru melalui cara-cara yang ramah anak. Tidak dengan cara paksaan atau otoriter kemudian anak merasa tertekan," jelas Kak Seto.
Recommended By Editor
- Seasyik anak muda rayakan ulang tahun ke-73, kue Kak Seto ini curi perhatian
- 54 Tahun mengabdi di dunia anak, Kak Seto ungkap pernah jadi gelandangan hingga tidur di tempat sampah
- "Happiness Journey to be #GenHappineZ" persembahan kolaborasi Sasa dan Naturally Speaking by Erha
- Pria plontos teman kuliah Megawati Soekarnoputri kini eksis jadi psikolog, intip 11 potret terbarunya
- Bocah bareng kak Seto pernah gagal audisi nyanyi, kini jadi komedian top punya rumah mewah tiga lantai
- Bocah foto bareng Kak Seto kini jadi pengusaha, intip 11 potret transformasinya yang kian menawan
- Bocah yang foto bareng Kak Seto ini sekarang jadi pelawak top, intip 11 potret terbarunya