Brilio.net - Musibah tsunami yang melanda perairan Selat Sunda, Sabtu (22/12) menjadi kenangan pahit bagi penggemar grup band Seventeen. Tiga dari empat personelnya dinyatakan meninggal dunia dalam peristiwa tersebut. Grup band yang digawangi Ifan (vokalis), Herman (gitaris), Bani (bassis) dan Andi (drummer) ini tengah manggung dalam acara gathering keluarga PLN di Pantai Tanjung Lesung, sebelum lokasi tersebut digulung ombak akibat erupsi Gunung Anak Krakatau. Akibat peristiwa tersebut, kini personel Seventeen hanya menyisakan Ifan seorang diri. Beberapa kru juga dinyatakan meninggal dunia, termasuk istri Ifan yakni Dylan Sahara.
Dua puluh tahun berkarier di industri musik Tanah Air, Seventeen sudah menelurkan lagu-lagu yang menjadi hits di kalangan masyarakat. Misalnya lagu Selalu Mengalah, Jaga Selalu Hatimu, Jalan Terbaik dan lain sebagainya. Kendati lama tak muncul di layar kaca, namun eksistensi Seventeen di industri musik tiada hentinya. Band ini masih kerap tampil off air di berbagai festival maupun pentas dari panggung ke panggung.
Musibah yang merenggut nyawa tiga personel Seventeen ini menjadi pukulan besar bagi segenap keluarga besar Seventeen. Termasuk orang-orang terdekat yang menjadi saksi perjalanan karier Seventeen sejak rilis pertamanya, hingga berakhir akibat tsunami di Selat Sunda.
Sebagai band yang memulai segalanya dari nol, Seventeen tak lepas dari kisah jatuh bangun yang mengharukan. Perjalanan karier band asal Jogja inipun dibagikan mantan manajer sekaligus business manajer Seventeen Dendi Reynando. Melalui Instastories-nya pria yang kini menjabat CEO Mahakarya Inc, label yang menaungi Seventeen ini menceritakan pengalaman jatuh bangunnya bersama band yang satu ini.
Dihimpun brilio.net dari akun Instagram Dendi Reynando @dreynando Rabu (26/12), berikut jatuh bangun perjalanan karier Seventeen di Industri musik Tanah Air.
1. Dendi menceritakan kisah pertemuannya dengan Seventeen.
foto: Instagram/@dreynando
Pertemuan Dendi dengan Seventeen terjadi di sebuah distro tahun 2004 lalu. Saat itu sang manajer bertemu dengan Herman yang menjadi gitaris Seventeen. Herman dan grup band-nya sebelumnya merilis album pertama yang juga disaksikan oleh Dendi. Dari pertemuan itu, hubungan Dendi dan Seventeen semakin erat.
2. Kondisi Seventeen yang butuh investor hingga kendala gempa Jogja 2006.
foto: Instagram/@dreynando
Pertemuan dengan Herman itu berlanjut dengan hubungan persahabatan dan kekeluargaan dengan band Seventeen. Dendi kemudian diminta untuk bergabung mempersiapkan album kedua Seventeen. Pada saat itu, Seventeen butuh investor untuk meluncurkan album keduanya, terlebih label Seventeen sebelumnya menghentikan produksi untuk artis lokalnya. Dendi kemudian membuat bussines plan untuk album kedua Seventeen untuk dipresentasikan kepada investor. Sampai akhirnya mereka bergabung dalam sebuah label indie.
Perjalanan mereka setelah itu berlangsung tidak mudah. Pasalnya, Jogja saat itu dilanda gempa bumi yang meluluhlantakkan sebagian wilayahnya. Aktivitas promosi Seventeen pun terhenti pada saat itu.
3. Seventeen kehilangan vokalis pertamanya dan bergabungnya Ifan.
foto: Instagram/@dreynando
Personel Seventeen memutuskan untuk kembali ke Jogja dan melakukan evakuasi serta recovery keluarga mereka pascagempa. Selanjutnya, perjalanan Seventeen bertambah berat setelah sang vokalis Doni, memutuskan untuk tidak lagi bergabung dengan Seventeen. Saat itu, banyak suara-suara yang menyarankan Seventeen untuk bubar saja. Namun, saat itu para personel tetap bersemangat untuk melakukan audisi vokalis baru. Merekapun kemudian menemukan Ifan dengan suara dan personality yang luar biasa. Kehadiran Ifan ini bisa dibilang membangkitkan kembali semangat Seventeen untuk berkarya.
4. Intensitas manggung menurun dan menempati basecamp 4 x 10 meter.
foto: Instagram/@dreynando
Memulai perjalanan barunya, Seventeen harus melakukan demo lagu ke berbagai label. Hal inipun sempat membuat intensitas manggung semakin kecil dan perekonomian merekapun semakin menipis. Saat itu akhirnya Seventeen dan manajemennya terpaksa memindahkan basecamp mereka ke sebuah rumah kecil berukuran 4 x 10 meter. Kendati demikian, rasa kekeluargaan dan solidaritas di antara mereka membuat rumah kecil tersebut selalu ceria.
5. Tidak ada satupun label yang tertarik pada Seventeen.
foto: Instagram/@dreynando
Kendati sudah melakukan demo ke berbagai label, Seventeen harus mengeyam pahitnya penolakan. Bahkan personelnya saat itu mulai mencari pekerjaan lain untuk menghasilkan uang, dan sebagian lainnya merampungkan perkuliahan. Namun, energi dan semangat yang ada pada diri Ifan membuat personel Seventeen lainnya masih tetap teguh untuk berkarya. Merekapun kemudian membuat demo baru dan akhirnya mendapatkan persetujuan dari sebuah label baru. Saat itu, single Selalu Mengalah dirilis dan kepopulerannya mampu mengantarkan Seventeen ke puncak kesuksesannya.
6. Seventeen di puncak kariernya.
foto: Instagram/@dreynando
Sejak rilisnya single Selalu Mengalah, kehidupan para personelnya juga memasuki babak baru. Mereka mulai mendapatkan fasilitas-fasilitas yang layak dan yang pasti jadwal manggung mereka semakin padat. Setelah itu, para personel memutuskan untuk melepas masa lajangnya. Tur ke berbagai daerah juga menjadi agenda rutin Seventeen pada saat itu. Para kru juga semakin sibuk dengan agenda manggung Seventeen. Termasuk Oki Wijaya dan Ujang yang turut menjadi korban meninggal dunia akibat tsunami di perairan Selat Sunda.
7. Perkembangan yang terjadi pada Seventeen dan keputusan merambah industri entertainment.
foto: Instagram/@dreynando
Sebagai salah satu orang terdekat Seventeen, Dendi mengakui bahwa pengalamannya menjadi manajer Seventeen merupakan salah satu pijakan yang membawanya melangkah hingga ke arah yang lebih baik. Pada saat itu, perusahaannya memproduksi film yang juga menunjuk Seventeen sebagai pengisi soundtrack-nya.
8. Seventeen dan manajemen membicarakan konser ulang tahun ke-20 pada 17 Januari 2019.
foto: Instagram/@dreynando
Sebelum terjadi musibah tsunami di Tanjung Lesung, Seventeen dan manajemennya sempat melakukan pertemuan pada 13 Desember lalu untuk membahas persiapan konser ulang tahun ke-20 pada 17 Januari 2019 mendatang. Mereka bahkan sudah berniat untuk merilis dokumenter perjalanan Seventeen hingga saat ini. Sayangnya, rencana tersebut urung terlaksana. Seventeen menjadi salah satu korban dari dahsyatnya tsunami yang menggulung wilayah Banten dan Lampung, Minggu (22/12) lalu.
9. Seventeen kehilangan tiga personel dan kru-nya.
foto: Instagram/@dreynando
Tsunami yang melanda perairan Selat Sunda membuat Seventeen kehilangan tiga personelnya dan dua kru yang kerap mengurus kegiatan manggungnya. Istri Ifan Seventeen, Dylan Sahara pun menjadi salah satu korban meninggal dunia. Menurut cerita Dendi, Dylan merupakan sosok wanita yang membuat Ifan menjadi versi terbaik dirinya.
10. Lagu Kemarin ciptaan Herman yang awalnya sepi peminat, dan soal liriknya yang seolah menjadi firasat.
foto: Instagram/@dreynando
Dendi pernah berbincang dengan Herman, pencipta lagu Kemarin, yang saat ini tengah banyak diperbincangkan karena liriknya yang pas menggambarkan kondisi Seventeen. Saat itu, Herman menceritakan bahwa lagu Kemarin merupakan lagu tentang kematian. Dendi bercerita bahwa entah dari mana Herman tiba-tiba terpikir untuk membuat lagu tentang kematian tersebut. Lagu itu dirilis pada 21 Desember 2016 lalu dan mendapatkan respon yang kurang bagus di pasaran. Namun, kini, bertepatan dengan 2 tahun setelah lagu tersebut di rilis, saat duka melanda Seventeen, lagu ini memiliki tempatnya di hati masyarakat. Dendi melanjutkan dalam unggahannya, bahwa mungkin lagu tersebut memang untuk melepas kepergian para personel Seventeen yang gugur akibat tsunami di Tanjung Lesung.
11. Dendi mengakhiri kisahnya dan menyebut Seventeen sebagai inspirasinya.
foto: Instagram/@dreynando
Semasa masih berkarya, Seventeen telah mengajarkan berbagai hal, terlebih soal perjuangan menghadapi jatuh bangun di industri musik Tanah Air.