Brilio.net - Nama komedian Indonesia, Qomar tersandung kasus hukum mengenai pemalsuan ijazah. Komedian yang sempat menjabat sebagai anggota DPR RI tersebut dilaporkan oleh pemilik Yayasan Universitas Mahudi Setiabudhi karena kedapatan menggunakan ijazah palsu untuk menjabat sebagai rektor.

Dilansir brilio.net dari liputan6.com, Senin (1/7) terkait masalah yang menimpa dirinya, Qomar tak mau tinggal diam. Ia akhirnya angkat suara dengan menjelaskan jenjang pendidikan yang sudah ia lewati.

"Kita urutkan ya biar runut, 2011 ketika saya masih di DPR RI Senayan, saya lulus program S2 Magister Manajemen di Universitas Krisna Dwipayana. Kemudian di 2013 saya masih di DPR daftar di Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta S3, doktoral," jelas Nurul Qomar di Universitas Asyafiah, Jatiwaringin Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat, yang dilansir dari liputan6.com.

"Saya mahasiswa aktif. Nomer registrasi mahasiswanya juga masih aktif di Kemenristek Dikti dan UNJ di Jakarta," sambung Nurul Qomar.

Ketika dirinya sedang menempuh pendidikan S3, Nurul Qomar sempat mendapat tawaran untuk menjadi guru besar. Namun sayangnya, ia terkendala jurusan pendidikannya tidak sesuai dengan tawaran sebagai guru besar. Sampai akhirnya ia kuliah S2 dan S3 dengan waktu bersamaan.

"Kemudian dia bilang 'tapi Pak Qomar tak bisa jadi guru besar karena S2 nya M.M. Guru besar itu harus linier S2 dan S3. Tapi S3 saya sudah jalan, oke saya daftar S2 di kampus yang sama. Jadi, dalam satu waktu saya kuliah dua, S3 jalan, S2 daftar dan jalan," ungkapnya.

Qomar juga menegaskan bahwa dirinya telah lulus studi S3 melalui seminar proposal dan penelitian dan sudah memiliki disertasi, begitu juga dengan S2-nya di Pendas UNJ. Ia hanya tinggal menyusun tesis dan uji kelayakan.

"S3 sudah lulus seminar proposal dan penelitian. Saya sudah punya disertasi tinggal menunggu uji kelayakan hasil. S2-nya juga menyusul sudah tatap mukanya, saya sudah menyusun tesis tinggal menunggu uji kelayakan hasil dua-duanya," tukasnya.

Pada saat ia dituduh memalsukan ijazah, Qomar sedang mengisi posisi rektor kampus swasta Universitas Muhadi Setiabudi, Brebes.

"Ketika itu 2017 saya ngajar, awal 2017 saya ditelepon oleh sesama dosen yang ngajar di Cirebon. 'Pak Qomar ada kesempatan jadi rektor.' Saya merasa belum selesai doktornya dia bilang 'sudah ke sana aja, ketemu dulu, karena di Universitas UMUS membutuhkan figure rektor yang kebetulan kosong' diangkutlah saya ke sana, diminta bukan melamar, dipinang," pungkasnya.