Brilio.net - Iqbaal Ramadhan dan Marshall Sastra selama ini dikenal sebagai dua influencer berbakat. Selain penyanyi, Iqbaal juga dikenal sebagai aktor muda bertalenta. Sementara Marshall lebih banyak berkutat pada dunia presenter.
Tapi bagaimana jika kedua influencer ini berkolaborasi menciptakan karya instalasi seni? Hal inilah yang mereka lakukan saat digandeng TUMI, brand internasional yang bergerak di bidang travel, bisnis, dan aksesori lifestyle.
Keduanya membuat karya instalasi bertajuk TUMI Loft di Senayan City beberapa waktu lalu. Karya ini terinspirasi gaya loteng ala gudang di Kota New York. Instalasi ini sekaligus mengejawantakan visi brand TUMI yakni, inovasi desain, teknik, fungsionalitas, dan kinerja.
Karya bertema “ide di balik kreasi” ini juga sekaligus menjadi perayaan tahunan TUMI Indonesia. Melalui instalasi seni kolaborasi pertama mereka dengan TUMI Indonesia, Iqbaal menyoroti masalah kesehatan mental yang berkembang di generasi muda saat ini. Sementara Marshall fokus pada masalah lingkungan, khususnya polusi udara.
Dalam karya ini Iqbaal bekerjasama dengan tiga seniman yakni Jozz Felix yang menyampaikan pesan lewat foto. Sementara Farid Stevy menyampaikanya lewat tulisan dan Mejabundar Studio memvisualkannya lewat multimedia.
Instalasi seni ini sendiri berangkat dari kegundahan dan kecemasan pemeran Dilan (Dilan 1990 dan Dilan 1991) yang terkadang membuatnya merasa tak nyaman. Karya-karya foto Jozz Felix ditempatkan sebagai titik masuk ke instalasi ini.
Kolaborasi ini juga menampilkan koleksi TUMI untuk mewakili pesan pribadi Iqbaal. “Kecemasan dan hal-hal yang membuat saya merasa tidak nyaman dalam hidup saya,” ungkap Iqbaal.
Sementara di bagian dinding kiri ditampilkan rekaman pemetaan video besutan Mejabundar Studio yang terdiri dari elemen-elemen kehidupan sehari-hari Iqbaal yang membangkitkan protes, kemarahan, dan kekecewaan. Bagian instalasi ini juga menampilkan karya tulisan Farid Stevy.
Pada cermin di dinding tengah ditampilkan tulisan-tulisan ketidakamanan sebagai pemikiran Iqbaal dan Farid Stevy. Tembok ini juga menjadi hal pertama yang pengunjung lihat saat memasuki pameran.
Sementara pada bagian dinding kanan ditampilkan rekaman pemetaan video lain yang membuat penonton dalam ketegangan dengan akhir anti-klimaks. Tembok ini mewakili hal yang paling menjengkelkan Iqbaal, menunggu, terutama ketika yang ditunggu-tunggu tidak menghasilkan apa-apa.
“Setiap hari dalam hidup, saya menemukan hal-hal yang membuat protes, mengeluh, marah, kritik, dan benci. Sejak saat saya membuka mata sampai tidur di malam hari. Mereka sebagian besar terlintas di benak saya yang kerap membuat cemas. Namun entah bagaimana, melalui karya seni, saya berhasil menempatkan gejolak ini menjadi sesuatu yang menakjubkan,” ungkap Iqbaal.
Lain lagi dengan instalasi seni Marshall Sastra. Melalui karyanya Marshall ingin menyampaikan pesan betapa lingkungan yang bersih sangat dibutuhkan masyarakat. Ungkapan keresahan Marshall ini pun menyentak kesadaran pengunjung tentang kondisi udara Jakarta belakangan ini yang dipenuhi polusi.
Isu polusi udara menjadi inti dari instalasi seni Marshall. Ia percaya bahwa warga Jakarta layak mendapatkan udara berkualitas baik dan langit biru. Lewat karya ini, Marshal juga mengajak masyarakat secara kolektif berkontribusi pada perbaikan Jakarta.
Menurutnya, masing-masing masyarakat bisa memulai secara individu hanya dengan menanam satu pohon. Aksi ini dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Marshal juga menegaskan bahwa dengan jutaan jiwa penduduk Jakarta, jika aksi tanam pohon itu dilakukan dipastikan akan ada masa depan hijau dan sehat yang berkelanjutan untuk Jakarta.
“Sepanjang pengalaman saya bepergian dan menjelajahi berbagai tanah dan alam, saya menjadi menghargai pentingnya kualitas udara yang baik, air, termasuk lahan yang terpelihara baik. Melalui pameran seni khusus ini, saya mengundang kalian untuk mengalami apa yang saya anggap penting dan apa yang dapat kita lakukan sebagai umat manusia secara kolektif untuk Indonesia. Ingat, setiap orang penting. Bayangkan apa yang bisa kita raih jika kita bekerja bersama,” papar Marshall.
Ide setiap karya seni instalasi yang ditampilkan ini muncul dari pengalaman pribadi Iqbaal dan Marshall. Karena itu ketika diajak untuk berkolaborasi, baik Iqbaal maupun Marshall sangat bersemangat. Apalagi menurut mereka TUMI sebagai sebuah brand lifestyle dinilai mewakili gaya hidup dan kepribadian mereka.
TUMI Loft didesain secara terbuka dengan rangka besi dan lantai beton yang memberikan kesan industrial cosmopolitan seperti esensi yang mengakar di New York. Hasilnya TUMI Loft memberikan gambaran sebagai ruang konsep inspirasional yang penuh dengan karakter desain inovatif TUMI. Pengunjung pun dengan bebas mengeksplorasi karya seni ini.
“TUMI Loft adalah instalasi kreatif dan pengalaman terbaru kami yang menghadirkan esensi merek dan nilai-nilai TUMI untuk kehidupan. Di instalasi ini pengunjung dapat melacak evolusi merek melalui beberapa koleksi kami yang paling ikonik dengan inovasi,” kata Victor Sanz, TUMI Creative Director.
Saat memasuki TUMI Loft dan melihat dinding instalasi, pengunjung dengan cepat menemukan warisan desain brand TUMI dari koleksi pria ikonik yakni Alpha 3. Koleksi ini dipamerkan untuk menyentuh pelanggan yang lebih modern.
TUMI juga menghadirkan bagian Quality & Testing untulk memperlihatkan bagaimana brand ini selalu mengedepankan kualitas secara detail. Selain itu ada juga zona inovatif yang mengisahkan tentang peran material tekstil dan bahan yang dipatenkan TUMI dalam desain produk. Di zona ini pengunjung biisa menyaksikan koleksi Alpha 3 FX-Ballistic Nylon yang sangat tahan lama.