Brilio.net - Saat ini kaum perempuan sangat mengandalkan transportasi online untuk beraktivitas. Bahkan 55% dari total perjalanan taksi dan ojek online di malam hari dilakukan pelanggan perempuan. Fakta inilah yang terungkap saat peluncuran kampanye Perempuan #AmanBersamaGojek, baru-baru ini di Jakarta. Kampanye ini diluncurkan sekaligus untuk memeringati Hari Perempuan Internasional.
Kondisi ini yang menjadi alasan bagi Gojek menggagas inisiatif #AmanBersamaGojek belum lama ini. Langkah ini dilakukan semata-mata untuk memberikan kenyamanan dan keamanan para pengguna transportasi online. Apalagi, cerita mengenai kasus pelecehan yang menimpa kaum perempuan masih kerap terjadi. Umumnya, peristiwa pelecehan terjadi di ruang publik, termasuk pada moda transportasi umum.
Bagi Gojek, keamanan dan keselamatan adalah prioritas utama, khususnya bagi perempuan. Prioritas tersebut kami tunjukkan dengan pemanfaatan teknologi terkini dan tercanggih. Kami bekerja ekstra keras melebihi standar industri guna memastikan keamanan bagi perempuan terutama di malam hari, ujar SVP Transport Marketing Gojek Monita Moerdanidi Jakarta, belum lama ini.
Dalam kampanye ini, aplikasi transportasi karya anak bangsa itu menghadirkan tiga pilar terkait keamanan pengguna yakni teknologi, proteksi, dan edukasi. Lantas, bagaimana implementasi ketiga pilar ini menjamin keamanan pengguna, khususnya kaum perempuan? Berikut tiga alasan mengapa perempuan perlu mendapat perhatian ketika menggunakan transportasi umum.
1. Mencegah pelecehan seksual lewat teknologi
Memanfaatkan teknologi, Gojek memastikan keamanan perempuan saat menggunakan aplikasi melalui serangkaian fitur yang diberi nama Gojek Shield. Memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan, serta dioperasikan tim keamanan digital kelas dunia, Gojek Shield berusaha memastikan keamanan dari sebelum memulai perjalanan, selama perjalanan dan pada saat darurat.
Fitur Gojek Shield terdiri dari teknologi perlindungan yang menjaga seluruh pihak dalam ekosistem dari ancaman keamanan, termasuk diantaranya fitur penyamaran nomor telepon, intervensi chat, dan juga fitur tombol darurat yang terhubung dengan Unit Darurat Gojek yang siaga 24 jam selama 7 hari dalam memberikan pertolongan, termasuk mengadopsi perspektif korban.
Memanfaatkan machine learning, Gojek Shield mampu mencegah dan menindak setiap perilaku mencurigakan yang terjadi pada platform Gojek. Baru-baru ini, berkat deteksi dini yang dilakukan secara sistem, Gojek dapat memberikan bukti kepada pihak kepolisian di Jakarta, Semarang dan Malang untuk mengungkap sindikat kriminal pelaku order fiktif yang bekerja menggunakan aplikasi Fake GPS dan aplikasi modifikasi.
Selain itu, Gojek juga memberikan berbagai pelatihan kepada para mitra driver sehingga mereka dapat menjadi pelopor keselamatan. Pelatihan-pelatihan itu antara lain pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), pelatihan anti-kekerasan seksual, serta keselamatan berkendara.
2. Kurangnya ruang ramah perempuan
Selama ini tindakan pelecehan seksual yang dialami perempuan salah satunya disebabkan masih minimnya ruang ramah perempuan. Karena itu, bukan cuma mengandalkan teknologi dalam aplikasi, tetapi faktor keamanan juga bisa diwujudkan dengan memberikan proteksi.
Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan dihadirkannya Zona Aman Bersama Gojek. Ini merupakan ruang ramah perempuan yang memanfaatkan ratusan shelter atau titik jemput di berbagai lokasi. Keunggulan zona aman ini lokasinya strategis, dekat keramaian dan berada di titik transportasi publik. Tidak hanya itu, zona aman juga dilengkapi penerangan memadai, kursi tunggu, dan materi edukasi publik untuk menyosialisasikan ruang publik aman bagi perempuan.
Banyak insiden terkait keamanan yang terjadi pada perempuan di ruang publik karena kurangnya ruang publik yang ramah perempuan dan kesadaran publik akan kekerasan seksual. Kami menyediakan shelter sebagai ruang ramah perempuan untuk menciptakan budaya aman di ruang publik, ungkap Monita.
Selain itu program proteksi Gojek juga dilengkapi jaminan perlindungan asuransi, antara lain asuransi perjalanan di GoCar dan GoRide, asuransi kehilangan dan kerusakan barang untuk layanan logistik GoSend dan GoBox, serta asuransi layanan GoLife.
3. Masih minimnya edukasi
Masalah edukasi juga menjadi salah satu faktor mengapa masih banyak terjadi tindakan pelecehan seksual di ruang publik. Selain menyediakan ruang ramah perempuan yang juga sebagai bagian dari edukasi mencegah tindakan kekerasan seksual pada perempuan, Gojek juga menyiapkan mitra driver menjadi active bystander, saksi yang turut membantu korban saat ada kejadian pelecehan atau terjadi kejahatan di tempat umum.
Hal ini telah dilakukan Gojek dengan menggandeng Hollaback! Jakarta, sebuah lembaga swadaya masyarakat di bidang kesetaraan gender untuk mempelopori pelatihan active bystander lewat Bengkel Belajar Mitra untuk para mitra GoRide dan GoCar sejak tahun 2019. Kerjasama juga dilakukan dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan LSM lainnya, untuk menghadirkan keamanan bagi perempuan, khususnya di luar aplikasi.
Sejak awal penandatanganan Nota Kesepahaman antara Gojek dan KPPPA di tahun 2019, kami mengapresiasi pendekatan Gojek yang lengkap dalam meningkatkan keamanan bagi perempuan, seperti menyediakan Zona Aman Bersama Gojek untuk perempuan menunggu serta menjadi mitra kami dalam mensosialisasikan pencegahan kekerasan seksual di ruang publik. Kami berharap langkah Gojek untuk terus berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan demi menciptakan budaya aman, dapat menginspirasi pelaku usaha lain, ujar Indra Gunawan, Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat KPPPA.
Yang jelas, langkah yang dilakukan Gojek untuk membantu masyarakat yang kadang ragu untuk menolong korban kekerasan seksual di ruang publik karena tidak mengerti cara untuk membantunya. Oleh karena itu, perlu disosialisasikan cakupan kekerasan seksual di ruang publik serta cara untuk memeranginya lewat materi edukasi yang terdapat di Zona Aman Bersama Gojek. Kami berharap dengan berbagai inisiatif ini ruang publik akan semakin ramah dan aman untuk perempuan, ujar Monita.