Brilio.net - Sudah menjadi tradisi, setiap peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia, Yayasan Achmad Bakrie selalu memberikan apresiasi kepada sejumlah tokoh yang dianggap punya dedikasi dan prestasi gemilang.
Nah, tahun ini dalam rangka memeringati HUT RI ke-72 sekaligus 75 tahun Kelompok Usaha Bakrie, Yayasan Achmad Bakrie bersama Freedom Institute & Viva Group kembali memberikan Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) ke-15 kepada empat sosok yang dinilai berjasa dalam kehidupan intelektual bagi bangsa Indonesia. Acara ini digelar di XXI Ballroom, Djakarta Theater, Selasa (22/8/2017).
Sejak pertama kali digelar, Penghargaan Achmad Bakrie telah diberikan kepada 68 penerima, terdiri dari 65 individu dan 3 lembaga. Para penerima penghargaan ini adalah insan-insan terbaik dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan, serta mereka yang telah membaktikan hidupnya di bidang kemanusiaan.
“Penghargaan ini juga diberikan kepada anak bangsa yang telah menuangkan pikirannya dalam menghasilkan sebuah karya inspiratif yang manfaatnya dapat dirasakan masyarakat,” ujar Ketua Panitia Penghargaan Achmad Bakrie ke-15, Rizal Malarangeng.
Awalnya, penghargaan ini hanya diberikan pada dua kategori, yakni pemikiran sosial dan kesusastraan. Namun seiring perkembangan waktu, jumlah kategori penerima penghargaan makin berkembang. Tak heran jika tahun ini ditambahkan dua kategori lain yakni kebudayaan popular serta teknologi dan kewirausahaan.
“Mereka membuktikan bahwa Indonesia tetap memiliki putra-putra terbaik. Anak-anak bangsa yang bekerja dengan tekun, kreatif, dan penuh dedikasi. Sehingga mereka sanggup berkarya yang membanggakan kita semua. Mereka memulai dari nol,” kata Pembina PAB Aburizal Bakrie.
Para penerima penghargaan ini dinilai telah memperkaya kebudayaan Indonesia modern. Inilah keempat sosok penerima Penghargaan Achmad Bakri 2017.
1. Saiful Mujani (Pemikiran Sosial)
Saiful Mujani memperkenalkan metode empirik dalam tradisi ilmu politik Indonesia sejak 15 tahun lalu. Metode ini terbukti telah memperkaya diskusi dan cara pandang kita untuk memahami proses politik dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Tanpa survey pemilu dan penelitian tentang perilaku pemilih/voters behavior kita hanya bisa berspekulasi dan menebak-nebak. Kini, lewat sumbangannya, ilmu politik Indonesia berhasil maju selangkah dalam membaca realitas di negeri kita.
2. Terawan Agus Putranto (Kedokteran)
foto:astibercerita.blogspot.com
Penderita stroke di Indonesia, bahkan dunia kini memiliki harapan baru dengan tingkat kemungkinan yang besar untuk bisa sembuh lebih cepat. Terawan melakukan terobosan dengan tindakan Intra Artenial Heparin Flushing (IAHF) yang merupakan modifikasi teknik pencitraan Digital Substraction Angiography (DSA), dan kemudian dilanjutkan dengan Flushing Heparin dengan panduan kateter. Cairan Heparin yang digunakan berfungsi sebagai terapi pada otak. Hanya berselang empat hingga lima jam penderita stroke bisa merasakan hasilnya. Temuan jenderal bintang dua dengan metode cuci otak ini dibuktikan secara ilmiah melalui riset dan disertasi doctor berjudul Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor Evoked Potentitials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis yang dipertahankannya pada 4 Agustus 2016.
3. Ebiet G Ade (Kebudayaan Popular Alternatif)
foto : ebietgade.com
Karya-karyanya hadir pada saat ranah music pop Indonesia tengah dilanda arus mediokritas dan bahasa seragam. Keberaniannya membaur harmonisasi lirik dan nada, tak canggung memilih diksi khas saat berekspresi, pemakaian gaya tutur yang tak lazim, di sana kekuatan itu muncul, inspiratif! Sejumput kata yang ditulisnya puluhan tahun silam, Coba tanyakan pada rumput yang bergoyang selalu mengiang hingga kini dan bahkan telah melahirkan makna baru. Artinya sosok yang kerap menegaskan dirinya penyair ketimbang penyanyi ini telah berkontribusi ide bahasa atau ungkapan baru bagi khalayak negeri ini. Syairnya dinikmati kaum terpelajar maupun rakyat biasa. Ia telah menginisiasi suatu budaya populer alternatif.
4. Nadiem Makarim (Teknologi dan Kewirausahaan)
Di era teknologi saat ini, terdapat tiga kata kunci yang perlu diperhatikan dalam konteks penyediaan lapangan kerja mandiri, yakni teknologi, kewirausahaan dan pemberdayaan masyarakat. Tiga hal itu jarang sekali berada dalam satu sosok sekaligus. Nadiem dengan Go-Jek nya telah dengan efektif memanfaatkan teknologi tatkala merintis usahanya, kemudian memunculkan fakta terjadinya proses pemberdayaan masyarakat yang mendorong terciptanya lapangan kerja bagi ratusan ribu tukang ojek, sekaligus mengangkat derajat mereka menjadi wirausahawan baru berbasis teknologi. Berbekal semangat kewirausahaan dan keberaniannya menyandang resiko, dipadu pemahaman dan keyakinannya akan pemanfaatan teknologi, telah menjadikan Nadiem sebagai pelopor pemberdaya masyarakat di bidang aplikasi teknologi untuk berwirausaha.