Brilio.net - Judi online (judol) kini menjadi ancaman serius di kalangan pelajar Indonesia. Berdasarkan laporan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) tahun 2024, sekitar 440.000 pelajar atau 11 persen siswa di Indonesia telah terpapar aktivitas judol. Angka ini menimbulkan kekhawatiran yang mendalam karena dampaknya tak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga mengancam kesehatan mental, hubungan sosial, hingga moralitas generasi muda.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menyampaikan bahwa fenomena ini menjadi tantangan besar bagi pembangunan karakter bangsa.

"Judi online ini tidak hanya merusak ekonomi, tetapi juga moralitas dan peradaban bangsa," ujar Mu’ti dalam keterangan yang diterima brilio.net, Selasa (3/11), mengutip pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang turut menyoroti masalah ini.

Dampak dari judol tak bisa diremehkan. Banyak pelajar terjebak utang, mengalami stres berat, hingga kehilangan kepercayaan diri akibat kerugian finansial yang ditimbulkan. Lebih jauh lagi, keterlibatan dalam judol kerap memicu tindak kriminal, seperti pencurian atau penipuan, demi memenuhi kebiasaan buruk ini.

program ini bakal jadi solusi © kemendikbud.go.id

foto: kemendikbud.go.id

Sebagai respons terhadap masalah ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah meluncurkan program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Program ini dirancang untuk membangun generasi muda yang tak hanya unggul secara akademis, tetapi juga kuat secara karakter.

Program ini menekankan tujuh kebiasaan utama, yakni:

1. Bangun pagi untuk membentuk pola hidup disiplin.
2. Beribadah untuk memperkuat iman dan moralitas.
3. Berolahraga untuk menjaga kesehatan fisik dan mental.
4. Makan sehat dan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan konsentrasi.
5. Gemar belajar agar waktu diisi dengan kegiatan positif.
6. Bermasyarakat untuk membangun hubungan sosial yang sehat.
7. Istirahat cepat untuk menjaga kualitas tidur yang memengaruhi produktivitas.

Menurut Mu’ti, kebiasaan ini bertujuan menciptakan anak-anak yang mampu berpikir kritis dan menjauhkan diri dari pengaruh buruk dunia maya, termasuk judol. "Perubahan besar bisa dimulai dari kebiasaan sederhana," tegasnya.

Meski memiliki visi yang menjanjikan, program ini juga menghadapi tantangan besar. Implementasi di wilayah terpencil, misalnya, membutuhkan infrastruktur yang memadai, baik dari sisi pendidikan maupun teknologi. Selain itu, butuh peran aktif orang tua dan guru untuk memastikan kebiasaan ini benar-benar diterapkan dalam keseharian anak.

Selain pemerintah, orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga anak dari paparan judi online. Pendampingan dalam penggunaan gawai, pengawasan aktivitas digital, dan pembiasaan kebiasaan positif di rumah dapat membantu memutus rantai paparan judol di kalangan pelajar.

Kolaborasi lintas sektor juga sangat diperlukan. Komunitas, sekolah, dan pihak swasta perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak Indonesia. Edukasi literasi digital harus menjadi bagian dari kurikulum di sekolah, sehingga anak-anak memiliki bekal untuk menghadapi pengaruh buruk dunia maya.