Brilio.net - Meningkatnya aktivitas Gunung Anak Krakatau beberapa waktu belakangan ini membuat masyarakat Indonesia semakin bersiaga. Apalagi semenjak tragedi tsunami di Selat Sunda pada Sabtu (22/12) lalu, yang memakan hingga ratusan korban jiwa.
Kini setiap aktivitas yang terjadi pada Gunung Anak Krakatau tidak pernah luput dari perhatian publik. Salah satu gunung berapi aktif ini sendiri tercipta akibat letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 silam.
Letusan dahsyat Gunung Krakatau saat itu tidak hanya menghasilkan gunung baru, namun juga mempengaruhi iklim dunia. Hal ini lantaran ketika terjadi proses erupsi, terdapat zat karbon dioksida yang dikeluarkan ke atmosfer. Karbon dioksida ini juga memberi sumbangan terhadap perubahan iklim, yakni memicu pemanasan global. Namun efek pemanasan global tersebut tidak lebih besar dengan pendinginan global yang terjadi.
Selain itu, lokasi erupsi gunung juga menjadi pertimbangan tentang seberapa besar dampak erupsi pada iklim dunia. Jika gunung yang meletus semakin dekat dengan garis katulistiwa, pengaruhnya terhadap iklim global semakin besar.
Sebagai negara yang terletak di cincin api pasifik, ternyata sejumlah gunung berapi di Indonesia juga erupsinya mempengaruhi iklim dunia. Gunung apa sajakah itu? Berikut lima gunung di Indonesia yang mempengaruhi iklim dunia seperti dirangkum brilio.net dari berbagai sumber, Sabtu (29/12).
1. Gunung Tambora.
Gunung yang terletak di daerah Nusa Tenggara Barat ini merupakan salah satu letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah. Tak hanya Indonesia, dampak letusan gunung ini juga dirasakan hingga ke daratan Eropa dan merubah iklim dunia dalam beberapa tahun ke depan. Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index. Saking dahsyatnya letusan Gunung Tambora, tahun 1816 atau satu tahun setelah letusan sering disebut sebagai "tahun tanpa musim panas" karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini. Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19.
2. Gunung Krakatau.
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, gunung yang dulunya terletak di Selat Sunda ini juga mempengaruhi perubahan iklim dunia. Sejak meletus pada 26 Agustus 1883, Gunung Krakatau telah melenyapkan sebagian besar pulau di sekelilingnya dan memakan hingga 36 ribu lebih korban jiwa akibat letusan dan tsunami dahsyat yang dihasilkannya. Dampak salah satu letusan gunung api paling mematikan dan merusak dalam sejarah ini juga dirasakan di seluruh penjara dunia. Di mana satu tahun setelahnya, rata-rata suhu global turun 1,2 derajat celcius dan pola cuaca pun tetap tak beraturan selama bertahun-tahun. Selain itu, suhu udara dunia juga tidak pernah normal hingga tahun 1888.
3. Gunung Berapi Toba.
Jauh sebelum munculnya Danau Toba di Sumatera Utara, terdapat Gunung dengan nama yang sama. Gunung berapi yang meletus sekitar 74 ribu tahun lalu ini merupakan letusan gunung berapi paling dahsyat yang pernah diketahui di Bumi dan hampir memusnahkan umat manusia. Letusan supervolcano ini juga mempengaruhi perubahan iklim dunia. Begitu dashyatnya letusan yang terjadi, mengakibatkan gunung Toba runtuh dan melahirkan kaldera yang akhirnya dipenuhi dengan air dan menjadi danau Toba seperti sekarang ini. Bahkan beberapa peniliti menemukan debu riolit yang seusia dengan batuan Toba di Malaysia hingga sejauh 3.000 kilometer ke utara hingga India Tengah.
4. Gunung Samalas.
Sekitar tahun 1257 atau pada abad ke-13, letusan Gunung Samalas yang terletak di Lombok diperkirakan sebagai penyebab perubahan iklim mendadak di abad pertengahan di wilayah Eropa dan sekitarnya. Dampak dari letusan yang tercatat dalam jurnal Babad Lombok ini bahkan diduga memicu kelaparan dan kematian massal di Eropa setahun setelah letusan. Pasalnya saat itu suhu kala itu turun drastis dan banyak pertani yang mengalami gagal panen. Saking besarnya erupsi dan letusannya, Gunung Samalas sendiri akhirnya runtuh dan menciptakan sebuah kaldera yang sekarang diberi nama Segara Anak. Bahkan jejak abu dan beberapa serpihan kimianya, dapat ditemukan di Kutub Utara maupun di Kutub Selatan.
5. Gunung Agung.
Erupsi Gunung Agung pada tahun 1963 mempengaruhi perubahan iklim dunia. Gunung berapi yang berada di daerah Bali ini memengaruhi pendinginan di permukaan Bumi. Pasalnya letusan Gunung Agung pada saat itu mencapai ketinggian 26 kilometer di atas permukaan laut dan memakan sekitar 1.110 korban jiwa. Tidak mengherankan jika erupsi tersebut menjadi penyebab penurunan suhu Bumi, meski tak terlalu signifikan. Erupsi Gunung Agung pada 1963 menurunkan suhu global sebesar 0,2 derajat Celsius selama satu tahun. Gunung yang kembali terlihat aktivitasnya pada tahun 2017 kemarin juga diperkirakan oleh para peneliti jika erupsinya akan kembali mempengaruhi iklim global. Namun hal ini bergantung pada fenomena El Nino dan La Nina.