Brilio.net - Emirsyah Satar, mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk periode 2005 – 2014, ditetapkan menjadi tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Kamis (19/1) hari ini. Ia ditetapkan sebagai tersangka atas kasus dugaan suap di perusahaan maskapai penerbangan yang pernah dipimpinnya itu.
Emirsyah Satar disebut menerima suap atau hadiah atas pengadaan pesawat dan mesin pesawat dari Airbus S.A.S dan Rolls-Royce P.L.C pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk saat ia menjabar sebagai Direktur Utama maskapai penerbangan plat merah itu.
Kasus yang sedang ditangani KPK ini pun disebut kasus korupsi lintas negara atau transnasional sehingga dalam penanganan kasus ini KPK bekerja sama secara intensif dengan Serious Fraud Office (SFO) Inggris dan Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB) Singapura.
Siapa sih Emirsyah Satar? Berikut 5 fakta tentang Emirsyah Satar seperti dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (19/1).
1. Lulusan Universitas Indonesia.
Dilansir brilio.net dari situs alumni Universitas Indonesia, iluni-feb-ui.com, pria kelahiran Jakarta 28 Juni 1959 ini merupakan lulusan jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia tahun 1985.
2. Mengawali karier dengan jalan mulus.
Masih dari sumber yang sama, Emirsyah Satar memulai karir sebagai Auditor di PricewaterhouseCoopers, Jakarta 1983. Itu berarti ia sudah memulai meniti karier sebelum ia lulus dari Universitas Indonesia.
Dua tahun kemudian, ia bergabung dengan Citibank Jakarta sebagai Asisten Vice President of Corporate Banking Group. Setelah itu, tahun 1990-1994 ia menjabat General Manager Corporate Finance Division Jan Darmadi Group di Jakarta.
3. Karier cemerlang membuatnya dilirik Garuda Indonesia.
Pada Nopember 1994 - Januari 1996, ia dipercaya menduduki posisi Presiden Direktur PT Niaga Factoring Corporation, Jakarta. Setahun kemudian, ia menjadi Managing Director (CEO) Niaga Finance Co. Ltd, Hong Kong. Pada 2003 - 2005 ia menjadi Wakil Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
Langkahnya di perusahaan maskapai penerbangan plat merah itu dimulai tahun 2003 dengan ditunjuk sebagai Direktur Keuangan (CFO) di PT Garuda Indonesia. Pada 22 Maret 2005, ia ditunjuk sebagai Direktur Utama PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
4. Mundur dari jabatan Direktur Utama Garuda Indonesia sebelum masa jabatannya habis.
Di bawah kepemimpinannya, Garuda Indonesia melesat menjadi maskapai penerbangan kelas dunia. Garuda semakin menggapai status sebagai maskapai penerbangan bintang empat, dan berupaya menembus jajaran maskapai bintang lima. Tak hanya itu, di bawah kepemimpinannya, Garuda Indonesia kembali menerbangi langit Eropa. Sebelumnya selama 2007-2009, Uni Eropa menutup wilayah udara mereka dari pesawat-pesawat milik maskapai asal Indonesia karena alasan rendahnya tingkat keselamatan penerbangan.
Tapi Emirsyah Satar mundur tiga bulan sebelum masa kepemimpinannya pada periode kedua habis. Ia mengundurkan diri sebagai Direktur Utama pada 10 Desember 2014. Padahal pada jabatannya habis pada 22 Maret 2015. Dia menjelaskan alasannya meninggalkan kursi Dirut Garuda Indonesia ialah agar penggantinya dapat memiliki banyak waktu mempersiapkan rencana kerja untuk tahun depan. Dengan mundurnya Emirsyah, masa jabatan Direktur Utama yang baru tidak terpotong triwulan pertama.
5. Menjadi Chairman MatahariMall.com.
Pada Mei 2015, grup Lippo menunjuk Emirsyah Satar sebagai Chairman MatahariMall.com. Ia menjadi pondasi pembangun e-commerce itu bersama Hadi Wenas sebagai CEO dan Rudy Ramawy sebagai Vice Chairman.
Saat launching MatahariMall.com, disebutkan jika mereka bertiga mendapat kepercayaan untuk membawa MatahariMall.com sebagai e-commerce terbesar di Indonesia dalam waktu lima tahun sejak kelahirannya.
Recommended By Editor
- Pegawai Pajak ditangkap KPK, ini pesan tegas Menkeu Sri Mulyani
- 10 Alumni HMI ini sukses di dunia politik Indonesia, siapa saja ya?
- 8 Meme menohok sindir anggota DPRD ditangkap KPK sampai soal dukun!
- 5 Orang ini terpilih jadi nakhoda baru KPK, salah satunya wanita lho!
- Emirsyah Satar tersangka, Garuda Indonesia sebut sebagai kasus pribadi