Brilio.net - Kerusuhan terjadi di Wamena, Papua, pada Senin (23/9) pagi. Dilansir dari liputan6.com, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo juga membenarkan adanya kerusuhan tersebut.
Akibatnya, dikabarkan jatuh korban jiwa dan tak sedikit yang menderita luka-luka, serta beberapa fasilitas umum dibakar massa. Massa yang kadung emosi membakar kantor bupati, kantor PLN Rayon Wamena, Papua, hingga beberapa ruko lainnya.
Hingga kini, diduga aksi demonstrasi di Ibukota Jayawijaya ini lantaran isu hoaks atau kabar yang tidak benar. Berikut brilio.net lansir dari liputan6.com, fakta-fakta mengenai kerusuhan yang terjadi di Wamena, Selasa (24/9).
1. Awal berunjuk rasa.
Kerusuhan terjadi di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019) pagi ini. Awalnya, massa hanya berunjuk rasa. Namun, mereka kemudian bertindak anarkistis dengan merusak dan membakar fasilitas umum. Polri bersama TNI masih berupaya mengendalikan massa hingga pukul 10.22 WIB.
"Masih dikendalikan aparat Polri dan TNI setempat untuk diredam agar tidak meluas," Brigjen Pol Dedi Prasetyo.
Menurut dia, massa membakar sejumlah fasilitas umum, salah satunya kantor dinas. Hanya saja, Dedi belum merinci bangunan terdampak pembakaran tersebut. Petugas masih berupaya mendinginkan aksi anarkis tersebut.
"Kantor dinas dan beberapa ruko dibakar," jelas dia soal kerusuhan di Wamena, Papua.
2. Dipicu hoaks.
Pihak kepolisian terus berupaya mengendalikan situasi ricuh yang terjadi di Wamena, Papua. Dugaan sementara, kerusuhan terjadi lantaran dipicu oleh berita bohong atau hoaks terkait isu rasisme.
"Hoaksnya masih tentang rasis tetap. Penyebar hoaksnya sedang didalami oleh Ditsiber Bareskrim," tutur Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo.
Menurut Dedi, massa melakukan pengerusakan bahkan pembakaran terhadap fasilitas publik. Sejauh ini, TNI Polri masih melakukan dialog dengan dibantu oleh tokoh masyarakat setempat.
"Ada beberapa ruko terbakar. Untuk kantor pemerintahan ada juga yang diserang namun belum terklarifikasi milik siapa," jelas dia.
Dedi mengimbau seluruh masyarakat Papua dapat menahan diri agar tidak mudah terpancing oleh isu negatif yang berkembang.
"Sampai hari ini situasi sudah dikendalikan dan kita imbau dengan pendekatan soft approuch, tokoh agama, tokoh adat yang di sana dan Pemda di sana untuk tidak terprovokasi dengan sebaran berita hoaks," Dedi menandaskan.
3. 6 Polisi kritis.
Pihak kepolisian masih berupaya meredakan kerusuhan di Wamena, Papua. Atas peristiwa itu, enam anggota Brimob Polri mengalami luka berat.
"Enam anggota Brimob kritis," tutur Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes AM Kamal.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, dugaan sementara kerusuhan terjadi lantaran dipicu oleh berita bohong atau hoaks terkait isu rasisme.
"Hoaksnya masih tentang rasis. Penyebar hoaksnya sedang didalami oleh Ditsiber Bareskrim," kata Dedi.
4. Kronologi kerusuhan.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes AM Kamal menjelaskan awal terjadinya kerusuhan di Wamena, Papua. Pagi hari sekitar pukul 07.25 WIT, ternyata sempat terjadi tawuran pelajar.
"Bertempat di Jalan Yos Sudarso, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, telah terjadi penyerangan ke Sekolah Yapis Wamena oleh anak sekolah SMA PGRI," tutur Kamal.
Menurut Kamal, pelajar SMA PGRI yang datang tergabung dengan masyarakat dengan jumlah massa sekitar 200 orang. Mereka berdemonstrasi di halaman sekolah sambil mengajak pihak sekolah Yayasan Yapis ikut serta.
"Namun sekolah Yapis tidak mau ikut demonstrasi sehingga anak sekolah yayasan Yapis melakukan perlawanan," ujarnya.
Aksi perkelahian tersebut, lanjut Kamal, langsung meluas dengan membuat terjadinya pembakaran beberapa fasilitas pemerintah, fasilitas umum dan pribadi di Jayawijaya. Aparat gabungan TNI dan Polri pun langsung berupaya menenangkan massa.
"Terkait dengan isu ucapan rasisme itu tidak benar. Kami juga sudah menanyakan kepada pihak sekolah dan guru dan kita pastikan tidak ada kata-kata rasis.
"Kami harap masyarakat di Wamena dan di tanah Papua tidak mudah untuk terprovokasi isu yang belum tentu kebenarannya," Kamal menandaskan.
5. Diduga ada intervensi asing.
Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menilai ada indikasi provokasi dari pihak asing terkait kerusuhan di Wamena, Papua pagi ini. Kata dia ada pihak yang ingin Indonesia sejarah tidak sengaja melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat.
"Setidak tidaknya ada provokasi dari dalam, tetapi provokasi asing juga ada indikasi ke sana. Keterlibatan asing ada indikasi," kata Moeldoko.
Menurutnya, Indonesia sengaja dipancing untuk melakukan hal tersebut. Sehingga penyelesaian kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Papua ditangani oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Ya harapannya. Kita kan dipancing melakukan pelanggaran HAM berat. Sehingga nanti di PBB agenda itu bisa dimasukkan. Kita tahu agendanya ke mana," ungkapnya.
Moeldoko menjelaskan, Presiden Jokowi juga sudah mengumpulkan para pihak terkait seperti Panglima TNI dan Kapolri untuk membahas kerusuhan di Wamena. Dalam rapat itu juga sempat disampaikan ada korban akibat kerusuhan.
"Tadi ada dari Kapolri, ada dari prajurit TNI yang meninggal karena kepalanya itu, terus dari kepolisian yang luka-luka," ucapnya.