Brilio.net - Pasca terjadinya tsunami di Banten, masyarakat Cianjur, Jawa Barat dikejutkan dengan suara dentuman yang cukup keras. Mereka mengaku suara dentuman tersebut keras seperti meriam. Merasa resah karena tidak ada imbauan resmi, warganet kemudian menanyakan hal tersebut ke akun Twitter BMKG.
Seperti diungkapkan Buldan Mubarok pada akunnya @Buldanmubarokz, ia meminta penjelasan dari BMKG sebab masyarakat Cidaun digegerkan dengan suara-suara keras sejak Senin (24/12).
"@infoBMKG mohon penjelasannya dari pihak bmkg bahwa di cidaun, cianjur selatan kab. Cianjur warga di gegerkan dengan suara suara dentuman keras dari semalam sampai saat ini, dan warga belum mendapat penjelasan dari mana asal suara tersebut...!!" tanya akun tersebut.
foto: Twitter/@Buldanmubarokz
Ternyata suara dentuman tersebut tak hanya didengar oleh masyarakat Cianjur. Feri M Romzi lewat akun Twitter @ihsanfe juga mengaku suara dentuman keras seperti bom meledak terdengar OKU Timur, Ogan Ilir bahkan Palembang.
Sementara akun @jajanchiki mengunggah foto tulisan pernyataan warga Lampung yang juga mendengar suara dentuman keras. Ketiga akun ini kemudian meminta penjelasan dari badan terkait yaitu BMKG.
foto: Twitter/@ihsanfe & @jajanchiki
Lalu darimana sumber suara dentuman misterius tersebut? Berikut ini deretan faktanya seperti brilio.net lansir dari berbagai sumber pada Kamis (27/12).
1. BMKG sebut bukan berasal dari gempa.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengatakan, pihaknya juga mendengar terkait kabar tersebut. Namun dia memastikan sensor BMKG tidak mendeteksi fenomena yang didengar warganet tersebut.
"Saya juga dengar informasi di Cianjur sama Sumatera Selatan. Kalau dari lokasi begitu itu mendengar semua. Pasti sensor kami mencatat semua. Tapi sensor kami nggak mendetek" kata Rahmat, seperti brilio.net kutip dari laman liputan6.
Dia memastikan itu bukanlah gempa. Rahmat menyebut, penyebaran kabar yang meresahkan seperti ini seringkali terjadi setelah bencana terjadi. Ia pun menyampaikan kalau ada kabar suara dentuman itu berasal dari gempa, itu sudah pasti hoax.
2. Diduga berasal dari Anak Krakatau.
Kasubdit Mitigasi Bencana Geologi wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM, Kristianto mengatakan, Anak Gunung Krakatau kembali meletus berdasarkan pengamatan dari pukul 00.00-06.00 WIB, Rabu (26/12). Letusan yang mengeluarkan suara yang sangat keras ini terdengar sampai ke telinga masyarakat yang berada di wilayah Anyer dan sekitarnya.
"Suara dentuman terdengar hingga Pos PGA," kata Kristianto dalam keterangan.
Selain itu cuaca di sekitar Anak Krakatau pada Rabu kemarin cenderung mendung. Hujan serta kabut membuat petugas PVMBG merasa kesulitan untuk melakukan pengamatan asap vulkanis dari kawah gunung.
3. Suara dentuman masih terus terdengar.
Petugas pengamat/Kepala Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Hargopancuran, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan, Andi Suardi, menyatakan suara dentuman itu hingga Rabu masih terdengar. Namun menurut laporan, suara tersebut tidak sampai ke telinga masyarakat di beberapa wilayah. Seperti di Kalianda misalnya, suara itu justru tidak terdengar.
Beberapa warga di kawasan pesisir Selat Sunda di Lampung Selatan mengaku hingga Rabu kemarin masih mendengar suara dentuman yang diduga berasal dari aktivitas Gunung Anak Krakatau.
4. Aktivitas Anak Krakatau masih terus dipantau.
Hingga kini, BMKG bersama dengan PVMBG Kementerian ESDM terus memantau aktivitas tremor Gunung Anak Krakatau dan kondisi cuaca serta gelombang tinggi. Sebab kondisi ini bisa sewaktu-waktu dapat kembali menyebabkan longsor tebing kawah Anak Krakatau ke laut dan berpotensi memicu gelombang tinggi atau tsunami.
5. BMKG tidak mendeteksi adanya awan Cumulonimbus.
BMKG mendeteksi awan Cumulonimbus hanya ada di wilayah Gunung Anak Krakatau tapi tidak di wilayah lain. Ketinggiannya mencapai lebih dari 10 km terlihat dengan jelas adanya kilat dari arah kantor BMKG Lampung di Bandara Radin Inten II Branti, Lampung Selatan.
Namun untuk suara dentuman misterius, BMKG tidak mendengarnya sama sekali. Mengingat jarak dengan Anak Krakatau kurang lebih 100 kilometer.