Brilio.net - Belakangan ini, nama Najwa Shihab kembali ramai diperbincangkan. Videonya yang mewawancarai bangku kosong viral dan sempat menjadi trending topic di Twitter.
Kejadian ini bermula dari Najwa Shihab dan tim mengundang Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto untuk hadir di program Mata Najwa. Rencananya pertemuan tersebut akan membahas tentang perkembangan Covid-19 di Indonesia. Namun Terawan ternyata tidak hadir dalam program tersebut.
Alih-alih membatalkan acara, Najwa pun membuat konsep lain dengan menghadirkan kursi kosong. Aksi Najwa ini pun berujung pada pelaporan oleh Ketua Umum Relawan Jokowi Bersatu, Silvia Devi Soembarto.
"Kejadian wawancara kursi kosong Najwa Shihab melukai hati kami sebagai pembela presiden. Karena Menteri Terawan adalah representasi dari Presiden Joko Widodo dan saatnya kami relawan bersuara karena kami takutkan kejadian Najwa Shihab akan berulang," kata Silvia kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, seperti dikutip brilio.net dari Liputan6.com.
Silvia juga menyebut bahwa hal yang dilakukan Najwa bisa memberikan pandangan buruk kepada pemerintah saat ini.
Lewat akun Instagram, Najwa Shihab sempat memberikan klarifikasi singkat. Meski terasa asing, namun Najwa mengatakan bahwa mewawancarai bangku kosong termasuk lazim digunakan oleh negara lain sebagai bentuk demokrasi.
Lebih lanjut, berikut lima penjelasan wawancara kursi kosong Najwa Shihab, seperti dihimpun brilio.net dari berbagai sumber pada Rabu (7/10).
1. Bukan wawancara imajiner.
foto: Instagram/@najwashihab
Treatment wawancara kursi kosong ini bukanlah wawancara imajiner, melainkan hanya memperlihatkan apa saja pertanyaan yang akan diajukan oleh Najwa Shihab. Sehingga Menteri Terawan yang kala itu tidak hadir, bisa menjawab semua pertanyaan itu kapan saja dan di mana saja.
"Sebagai pengampu Mata Najwa, tentu saya berharap Ia bersedia hadir di program saya. Namun, sebagai bagian dari komunitas pers lebih luas dan juga seorang warga negara, saya sudah cukup senang jika Pak Menteri menjawab kegelisahan publik walau itu tidak dilakukan di #MataNajwa. Sebab kerja-kerja mengawasi proses politik dan pengambilan kebijakan adalah tugas bersama, dan saya percaya @Narasi.tv tidak sendirian melakukannya," kata Najwa.
2. Ruang untuk diskusi dan mengawasi kebijakan.
foto: Instagram/@najwashihab
Najwa Shihab pun menekankan bahwa apa yang ia lakukan ini adalah bentuk upaya menjalankan fungsi pers dalam mengawasi kebijakan yang dilakukan pemerintah saat ini.
"Tayangan kursi kosong diniatkan mengundang pejabat publik menjelaskan kebijakan-kebijakannya terkait penanganan pandemi. Penjelasan itu tidak harus di Mata Najwa, bisa di mana pun. Namun, kemunculan Menteri Kesehatan memang minim dari pers sejak pandemi kian meningkat, bukan hanya di Mata Najwa saja," ucap Najwa Shihab.
3. Pertama kali ada di Indonesia, namun lazim dilakukan oleh negara lain.
foto: Instagram/@najwashihab
Diakui Nana, sapaan akrabnya, wawancara dengan bangku kosong ini memang baru pertama kali di Indonesia. Namun hal ini lazim dilakukan oleh negara lain. Khususnya negara yang punya kemerdekaan pers.
"Tapi lazim di negara yang punya sejarah kemerdekaan pers cukup panjang. Di Amerika sudah dilakukan bahkan sejak tahun 2012, di antaranya oleh Piers Morgan di CNN dan Lawrence O’Donnell di MSNBC’s dalam program Last Word," jelas dia.
Najwa juga mencontohkan adanya aksi tersebut pada 2019 lalu di Inggris. Wartawan BBC, Andrew Neil, juga menghadirkan kursi kosong yang sedianya diisi Boris Johnson, calon Perdana Menteri Inggris yang kerap menolak undangan BBC.
"Hal serupa juga dilakukan Kay Burley di Sky News ketika Ketua Partai Konservatif James Cleverly tidak hadir dalam acara yang dipandunya," kata Najwa Shihab.
4. Sadar akan risiko.
foto: Instagram/@najwashihab
Sebelum dikabarkan menerima aduan, Najwa sudah sadar betul dengan risiko yang mungkin ia dapatkan. Ia pun sudah memperkirakan bahwa aksinya ini bisa dituduh sebagai bentuk persekusi atau bullying.
"Saya memikirkan dengan cukup masak saat menghadirkan bangku kosong ini, termasuk risiko dituduh melakukan persekusi atau bullying. Saya berkeyakinan, elite pejabat, apalagi eksekutif tertinggi setelah presiden, bukanlah pihak yang less power. Aspek penting yang menjadi prasyarat sebuah tindakan bisa disebut persekusi atau bullying. Sulit menganggap pejabat elite adalah pihak yang lemah," kata Najwa.
Najwa pun mengaku tidak cemas dan memilih untuk percaya pada sosok menteri yang mumpuni dan berpengalaman.
"Saya tidak cemas dengan Pak Terawan, karena seorang yang menjadi menteri pastilah sosok mumpuni dan berpengalaman. Yang kita cemaskan adalah perkembangan pandemi ini. Dan karena itulah Pak Terawan menjadi penting karena, betapapun banyaknya tim ad-hoc yang dibentuk, urusan kesehatan tetaplah pengampunya adalah Menteri Kesehatan," imbuh Najwa.
5. Bukan pelanggaran hukum.
foto: Instagram/@najwashihab
Menurut Najwa, media massa perlu memberikan ruang diskusi dan mengawasi kebijakan. Pertanyaan yang ia ajukan pun berasal dari publik. Baik para ahli atau lembaga yang concern dengan penanganan pandemi maupun warga biasa. Karena itulah, apa yang Najwa lakukan bukanlah sebuah pelanggaran hukum.
"Itu semua adalah usaha memerankan fungsi media sesuai UU Pers yaitu 'mengembangkan pendapat umum' dan 'melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum'," tutup anak Quraish Shihab ini.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus mengatakan pihaknya belum menerima laporan terhadap Najwa Shihab.
"Belum ada laporannya," kata Yusri seperti dikutip dari Liputan6.com. Ia juga akan memastikannya kembali esok hari.
"Besok saya cek," tutupnya.
[crosslink_1]