Brilio.net - Belum lama ini, sebuah studi yang dilakukan The Center for Addiction and Mental Health (CAMH) mengungkapkan, pandemi Covid-19 berdampak buruk bagi kesehatan mental perempuan, khususnya yang memiliki anak. Penelitian itu juga menyebutkan perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibanding pria. Sementara orang tua yang memiliki anak di bawah 18 tahun tingkat depresinya lebih tinggi dibanding orang tua tanpa anak.
Hasil penelitian tersebut makin diperkuat laporan terbaru UN Women, Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Dalam laporan tentang dampak gender akibat pandemi disebutkan, tingkat kecemasan perempuan cukup tinggi akibat mereka lebih banyak bergantung pada usaha keluarga. Sementara, selama masa pandemi pendapatan keluarga menurun.
Yang jelas, pandemi Covid-19 memengaruhi kesehatan mental dan emosional perempuan. Banyak Kaum Hawa yang mengalami stres dan kecemasan dibanding laki-laki. Meningkatnya beban pekerjaan rumah tangga dan kerja pengasuhan karena anak belajar di rumah, termasuk kecemasan karena kehilangan pekerjaan dan pendapatan, serta efek pembatasan pergerakan menjadi faktor penyebab makin meningkatnya kecemasan perempuan yang bisa berujung pada depresi.
Nah seperti apa sih dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan mental perempuan? Berikut 6 faktanya yang berhasil dirangkum Brilio.net dari berbagai sumber.
1. Kehilangan pekerjaan
Berdasarkan sejumlah penelitian, banyak perempuan yang akhirnya harus kehilangan pekerjaan karena tempat kerja mereka tidak lagi bisa beroperasi akibat pandemi. Bahkan peningkatan pengangguran kaum perempuan disebutkan tidak proporsional dibandingkan laki-laki.
Proyeksi Organisasi Buruh Internasional (ILO) menyebutkan, sedikitnya 140 juta pekerja tetap kehilangan pekerjaan akibat Covid-19. Dari angka itu, pekerja perempuan 19 persen lebih berisiko dibanding laki-laki.
2. Industri yang banyak mempekerjakan perempuan paling terkena dampak
UN Women/Fahad Abdullah Kaizer
Industri yang lebih banyak mempekerjakan perempuan seperti restoran, ritel, dan hiburan adalah sektor paling terpukul akibat pandemi Covid-19. Berdasarkan catatan ILO, secara global banyak perempuan yang bekerja di sektor-sektor yang terdampak paling parah, terlebih di sektor informal.
Sebelum pandemi merebak, banyak pekerja di sektor informal yang sudah menderita akibat gaji rendah, kondisi kerja yang buruk dan kurangnya perlindungan sosial (pensiun, perawatan kesehatan, pesangon ketika di-PHK). Kini di masa pandemi, perempuan yang bekerja di sektor informal, secara global kehilangan rata-rata 60 persen pendapatan mereka.
3. Beban perempuan makin bertambah
news4jax.com/August de Richelieu/Pexels stock image
Ketika semua orang tinggal di rumah, itu artinya mereka makin membebani perempuan dalam mengurus rumah tangga. Padahal, ibu rumah tangga dikategorikan sebagai pekerja tak berbayar di rumah. Keberadaan seluruh anggota keluarga di rumah membuat intensitas pekerjaan rumah semakin tinggi.
Sebelum pandemi saja, perempuan menghabiskan rata-rata 4,1 jam per hari untuk melakukan pekerjaan tidak berbayar, sementara laki-laki menghabiskan 1,7 jam. Artinya, perempuan melakukan pekerjaan rumah tangga yang notabene tidak berbayar tiga kali lebih banyak daripada laki-laki. Ketika pandemi merebak, perempuan terus memikul sebagian besar pekerjaan tersebut.
Pandemi memunculkan kerja tambahan selama berbulan-bulan bagi perempuan. Untuk ibu yang bekerja, ia harus menyeimbangkan antara pekerjaan di kantor dengan tanggung jawab pekerjaan rumah tangga, termasuk mengasuh anak dan belajar daring. Nahmerawat anggota keluarga yang sakit dan lanjut usia seringkali juga menjadi tanggung jawab perempuan.
4. Perempuan paling khawatir Covid-19
Sebuah survei yang dilakukan Lotte Choco Pie Indonesia bekerja sama dengan LSI Denny JA belum lama ini juga mengungkapkan, perempuan sudah sangat begitu khawatir terhadap virus Covid-19. Mereka tahu bahwa virus ini membahayakan bagi kesehatan (82,5 persen). Selain itu dampak Covid-19 ini membuat kondisi ekonomi rumah tangga memburuk (56,1 persen). Di sisi lain, mayoritas responden yang disurvei menilai, sekolah daring tidak efektif jika terus menerus dilakukan (70 persen).
Survei yang dilakukan sejak 24 September8 Oktober 2020 dengan jumlah 440 responden yang terdiri dari para ibu yang memiliki anak berumur 312 tahun di area Jakarta ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kekhawatiran para ibu di tengah pandemi, khususnya mengenai kondisi dan perkembangan anak-anak yang hingga kini masih melakukan semua kegiatan dari rumah.
5. Dampak belajar daring terhadap perilaku anak
Dari survei ini terungkap dampak dari sekolah daring terhadap perilaku anak-anak. Sekitar 65,7 persen menunjukkan kurang kemauan dan ketidakpatuhan alias sulit diatur. Sementara 68,4 persen memperlihatkan penurunan antusiasme atau minat proses belajar. Sedangkan 63,4 persen berdampak pada pola waktu istirahat atau tidur yang tidak teratur.
Program ini dilakukan karena peran ibu begitu krusial di tengah keluarga dan masyarakat. Jika kita tidak meningkatkan awareness untuk menjaga kesehatan mental mereka di tengah krisis, anak-anak akan menjadi stres dan dampaknya akan begitu mengkhawatirkan, ujar Ingen Ate, Manajer Marketing Lotte Choco Pie Indonesia.
6. Pentingnya kesehatan mental perempuan
Di masa pandemi ini, sangat penting memerhatikan kesehatan mental kaum perempuan. Komitmen inilah yang diperlihatkan Lotte Choco Pie sedari awal untuk memberikan yang terbaik bagi para ibu dan juga mendukung momen kebersamaan ibu dan anak serta keluarga.
Karena itu secara konsisten Lotte Choco Pie terus berbagi dan menginspirasi para Ibu dalam kondisi dan situasi apapun dan terus mengingatkan pentingnya mewujudkan premium bonding moment setiap hari melalui pengalaman-pengalaman yang positif, serta komunikasi berkualitas antara ibu dan anak.
Hal ini diharapkan dapat meningkatkan nilai kebersamaan dan menyempurnakan hubungan keluarga. Karena untuk mewujudkan anak-anak yang bahagia, diperlukan juga ibu yang bahagia dengan jiwa yang sehat dan kuat.
Lotte Choco Pie mengakhiri program survei dan kunjungan ini dengan mengadakan Webinar gratis bertajuk Pentingnya Kesehatan Mental Bagi Para Ibu di Tengah Pandemi. Acara ini diisi psikolog anak, Kak Seto dan Brand Ambassador Lotte Choco Pie, Carissa Puteri.
Recommended By Editor
- Kisah dibalik kesuksesan 4 perempuan berbalut Turtleneck, inspiratif
- Keistimewaan perempuan dalam pandangan Islam beserta haditsnya
- 3 Alasan Gojek hadirkan transportasi yang bikin perempuan makin aman
- 4 Tantangan jadi perempuan andalan Indonesia
- Fimela Fest 2018 ajak perempuan Indonesia tampil lebih kreatif