Brilio.net - Generasi milenial di dunia kerja kerap dinilai sebagai kelompok “kutu loncat”. Pasalnya, ada kecenderungan pekerja milenial tidak pernah bertahan lama di suatu perusahaan. Apalagi jika perusahaan tersebut masih mempertahankan budaya kerja lama (konvensional). Selain itu, generasi yang dikenal sebagai kelompok digital savvy ini selalu beralasan ingin mencoba dunia baru. Karena itu mereka kerap berpindah-pindah tempat kerja.
Kondisi ini membuat perusahaan mesti mengikuti perkembangan zaman. Di era disrupsi seperti sekarang, digitalisasi menjadi sebuah keniscayaan. Karenanya perusahaan dituntut menyesuaikan dengan iklim kerja digital.
Strategi ini pula yang dilakukan Jasa Raharja, perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menjalankan program perlindungan dasar terhadap korban kecelakaan penumpang angkutan umum dan lalu lintas jalan.
Sebagai perusahaan yang memiliki tugas pokok menyerahkan santunan bagi korban kecelakaan alat angkutan umum darat, laut dan udara dan korban kecelakaan lalu lintas jalan, BUMN yang satu ini pun bertransformasi menjadi perusahaan yang serba digital.
Ya misalnya saja dalam hal absensi. Banyak dari generasi milenial yang menganggap absen menggunakan kartu absen sudah ketinggalan zaman. Dalam benak mereka, saat ini masalah absensi bisa dilakukan menggunakan gawai koq. Itu hanya satu contoh kecil saja.
Direktur SDM dan Umum Jasa Raharja, Dewi Aryani Suzana (kanan)
“Saat ini Jasa Raharja punya sistem absensi di mana 500 meter dari kantor pegawai sudah bisa absen melalui gadget mereka,” ujar Direktur SDM dan Umum Jasa Raharja, Dewi Aryani Suzana dalam acara Media Gathering di Jakarta, baru-baru ini.
Salah satu alasan Jasa Raharja melakukan digitaalisasi adalah untuk memenuhi kebutuhan pekerja milenial di samping untuk menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0. Saat ini dari total sekitar 2.000 orang pegawai Jasa Raharja yang tersebar di seluruh Indonesia, sekitar 75% didominasi kaum milenial.
Menurut Dewi, secara infrastruktur dan kebijakan Jasa Raharja sudah tertata cukup baik. Modal itulah yang mesti diejawantahkan untuk menjadikan Jasa Raharja sebagai perusahaan terpercaya dalam perlindungan risiko kecelakaan dengan pelayanan terbaik.
“Misinya kita menyediakan perlindungan dasar yang terintegrasi secara digital dengan didukung human capital yang unggul guna menguatkan stakeholders engagement. Ini yang kita garis bawahi,” papar Dewi.
Selain itu menurut Dewi, Revolusi Industri 4.0 menjadi sebuah peluang sekaligus tantangan bagi Jasa Raharja untuk lebih adaptif terhadap digitalisasi dalam berbagai aspek seperti pelayanan kepada masyarakat, transaksi keuangan serta pengelolaan human capital.
“Sejauh ini dalam menjawab tantangan tersebut, Jasa Raharja telah menyusun Human Capital Transformation Framework untuk mengoptimalkan peran Human Capital dalam mendukung tercapainya tujuan perusahaan,” papar Dewi.
Seperti apa Human Capital Transformation Framework yang diterapkan agar pekerja milenial di BUMN ini tidak menjadi “kutu loncat?” Berikut tujuh strateginya yang berhasil dirangkum Brilio.net.
1. Menciptakan budaya kerja yang sehat
Jasa Raharja melakukan penelitian Organization Culture Health Index (OCHI) untuk mengetahui kondisi budaya yang saat ini berkembang dalam kehidupan perusahaan dan memberikan gambaran aksi yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan budaya sebagai “intangible asset”. Dari hasil penelitian tersebut, perlu adanya rejuvenate terhadap budaya 3T dan menciptakan budaya baru sehingga dapat mendukung perusahaan dalam beradaptasi terhadap era digital.
2. Mekanisme rekruitmen kekinian
Rekruitmen yang dilakukan harus diubah dari pola lama. Cara ini dilakukan untuk menemukan calon pegawai yang lebih inovatif dan dapat diandalkan untuk menjadi pemimpin di masa depan.
“Pola rekrutmen kita sudah nggak menggunakan pola lama, di mana calon pekerja melamar sambil membawa surat lamaran. Sekarang sudah digital,” jelas Dewi.
3. Membuka kesempatan buat fresh graduate
Jasa Raharja juga memberikan kesempatan bagi lulusan D3 dan lulusan SMA untuk mengikuti program ‘Langkah Bakti’ untuk memberikan pengalaman bekerja di Jasa Raharja. Sementara untuk misi sosial, Jasa Raharja juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa dan lulusan SMA untuk mengikuti program magang bersertifikat yang merupakan Program Kementerian BUMN.
4. Menciptakan layanan mandiri
BUMN ini merapkan Human Capital Information System (HCIS). Pola ini melibatkan peran serta pegawai secara aktif melalui mekanisme Employee Self Service (ESS) dengan mengintegrasi sistem struktur organisasi SDM, payroll, benefit, leaving, learning and development, talent management, succession planning, performance management dan knowledge management.
5. Manjakan milenial dengan work life balance
Cara ini dilakukan kepada seluruh pegawai melalui program ‘JR Energizer’, yang terdiri dari body energizer, soul energizer, social energizer dan main energizer. Dalam hal ini perusahaan menyediakan berbagai macam fasilitas olahraga, musik, social activity, kegiatan kerohanian dan training untuk mendukung terlaksananya work life balance. Work life balance tidak hanya bertujuan untuk menjaga kesehatan pegawai, namun juga diharapkan mampu meningkatkan produktifitas dan efisiensi kinerja pegawai.
“Sekarang pegawai itu inginnya sehat. Ini tantangan bagaimana perusahaan memenej itu. Kita juga punya program khusus untuk pegawai yang overweight” tegas Dewi.
6. Membuat ruang kerja lebih nyaman
Jasa Raharja juga telah mendesain ruang kerja dengan konsep open working space & clean desk untuk menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan untuk setiap pegawai. Ruang kerja warnanya dibuat semenarik mungkin dan tanpa sekat.
“Demi memenuhi keinginan milenial kita melakukan tata ruang yang disesuaikan dengan milenial. Kantor kita buat seperti modern office,” jelas Dewi.
7. Ada wadah milenial nih
Dalam upaya untuk meningkatkan engagement pegawai yang didominasi generasi milenial, Jasa Raharja membentuk wadah milenial yang disebut Spirit of Millennials baik di Kantor Pusat maupun di seluruh Kantor Cabang. Melalui Spirit of Millenials diharapkan dapat meningkatkan dan memaksimalkan peran milenial sebagai agent of innovation. Tujuannya agar pegawai milenial diberikan ruang untuk lebih berinovasi serta berkontribusi dalam berbagai kegiatan baik di dalam maupun di luar perusahaan.