Brilio.net - Wabah Corona (Covid-19) yang menyebar dengan sangat cepat membuat beberapa negara di dunia menerapkan kebijakan lockdown sebagai langkah antisipasi. Negara-negara seperti Italia, Spanyol, Prancis, Irlandia, El-Salvador, Belgia, Polandia, Argentina, Yordania, Belanda, Denmark, Malaysia, Filipina, dan Libanon telah menerapkan kebijakan ini agar wabah Covid-19 tak semakin menyebar.
Kendati demikian, pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak mengikuti langkah sejumlah negara untuk menerapkan lockdown. Melansir dari Antara, Jokowi mengungkapkan alasan mengapa ia tidak memilih untuk melakukan karantina wilayah atau lockdown guna atasi Covid-19.
"Kemudian kenapa ada yang bertanya kenapa kebijakan lockdown tidak kita lakukan, perlu saya sampaikan setiap negara memiliki karakter, budaya, kedisplinan yang berbeda-beda, oleh itu kita tidak memilih jalan itu," kata Jokowi di Istana Merdeka seperti dikutip brilio.net dari Antara.
Jokowi menyampaikan keputusan itu dalam rapat terbatas bertema 'Pengarahan Presiden kepada Para Gubernur Menghadapi Pandemik Covid-19' melalui konferensi video bersama dengan Wakil Presiden, Ma'ruf Amin, para menteri Kabinet Indonesia Maju dan 34 gubernur se-Indonesia. .
foto: Instagram/@jokowi
"Sudah saya pelajari, saya memiliki analisis-analisis seperti itu dari semua negara, saya memiliki semuanya, kebijakannya seperti apa semua dari Kementerian Luar Negeri, dari duta besar-duta besar yang ada terus kita pantau setiap hari," kata dia.
Menurut dia, apa yang cocok diterapkan di Indonesia adalah menjaga jarak fisik antar individu masyarakat alias physical distancing.
"Jadi yang paling pas di negara kita physical distancing menjaga jarak aman. Kalau hal itu bisa kita lakukan, saya yakin kita bisa mencegah penyebaran Covid-19 ini," ungkapnya.
Kendati demikian, Jokowi mengakui penerapan physical distancing ini memerlukan kedisiplinan dari masyarakat itu sendiri. Ia juga tak menampik masih adanya masyarakat yang belum mengindahkan imbauan ini.
"Tetapi membutuhkan sebuah kedisplinan yang kuat, ketegasan yang kuat, jangan sampai yang sudah diisolasi, saya baca sebuah berita, sudah diisolasi masih membantu tetangganya yang mau hajatan," ujar Jokowi.
"Ada yang sudah diisiolasi masih beli handphone dan belanja di pasar. Kedisplinan untuk mengisolasi yang penting, partial isolated, mengisolasi sebuah RW, mengisolasi sebuah kelurahan penting tapi betul-betul dengan kedisplinan yang kuat. Kalau ini bisa dilakukan saya yakini skenario yang kita pilih bisa menghasilkan hasil yang baik," lanjutnya.
Belakangan, aktivitas petugas membubarkan konsentrasi massa dengan berbagai keperluan, mulai dari keperluan sosial-rekreasional dan lain-lain, semakin digalakan. Imbauan-imbauan dikumandangkan petugas ke pemukiman dan pusat-pusat keramaian, hingga menunggui mereka seraya memastikan warga pulang ke rumahnya seturut imbauan itu.
foto: Instagram/@jokowi
Sementara itu, hingga Senin (23/3), di Indonesia terdapat 579 kasus positif Covid-19 dengan 500 orang dalam perawatan, 30 orang sembuh dan 49 orang meninggal.
Sebaran pasien itu adalah di DKI Jakarta (353 orang), Jawa Barat (59 orang), Banten (56 orang), Jawa Timur (41 orang), Jawa Tengah (15 orang), Kalimantan Timur (11 orang), Yogyakarta (lima orang), Kepulauan Riau (lima orang). Sedangkan Bali (enam orang), Sulawesi Tenggara (tiga orang), Sumatera Utara (dua orang), Kalimantan Barat (dua orang), Kalimantan Tengah (dua orang)
Sementara Sulawesi Selatan (dua orang), Papua (dua orang), Riau (satu orang), Jambi (satu orang) Lampung (satu orang), Kalimantan Selatan (satu orang), Sulawesi Utara (satu orang), Maluku (satu orang), Maluku Utara (satu orang).
Hingga Selasa (24/3) kasus terkonfirmasi terinfeksi virus Corona di dunia ada 381.462 orang, dengan 16.550 kematian; sedangkan sudah ada 102.423 orang yang dinyatakan sembuh. Saat ini sudah ada sekitar 189 negara yang mengonfirmasi kasus positif Covid-19 di negaranya.