Brilio.net - Seorang siswi sekolah dasar di Cianjur, Jawa Barat, mengalami perlakuan yang tak diduga dari gurunya hingga membuat hati keluarganya terluka. Siswi tersebut dipaksa untuk dicukur rambutnya hingga botak dengan alasan karena kepalanya dipenuhi kutu. Kejadian ini sontak menimbulkan kontroversi dan perasaan sakit hati dari pihak keluarga yang merasa tidak diberi kesempatan untuk dilibatkan atau diberi izin atas tindakan tersebut.

Peristiwa ini menjadi perbincangan hangat setelah videonya beredar luas di media sosial. Dilansir dari liputan6 SCTV, Jumat (8/11), dalam rekaman tersebut, terlihat sang siswi menangis setelah rambutnya dipangkas habis oleh gurunya.

siswi digunduli gurunya Berbagai sumber

foto: Facebook/Liputan6

Sang ayah yang mengetahui hal ini langsung merekam perasaan sakit hatinya dan mempertanyakan perlakuan sang guru kepada anaknya. Menurut ayah siswi tersebut, tindakan guru yang mencukur rambut anaknya tanpa seizin orang tua telah menimbulkan luka emosional yang cukup dalam bagi sang anak, yang kini bahkan menolak untuk kembali ke sekolah.

Ayah siswi itu pun mengungkapkan kekecewaannya. Ia merasa perlakuan tersebut seharusnya dapat dicegah atau dilakukan dengan cara lain tanpa harus membuat anaknya botak. Dalam video itu, sang ayah mempertanyakan. Baginya, tindakan tersebut sangat menyakitkan, terlebih sang anak kini tak ingin kembali bersekolah setelah insiden itu.

"Apa tidak ada cara lain selain mencukur habis rambut anak saya?" kata sang ayah.

Menanggapi peristiwa yang telah viral tersebut, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Cianjur segera merespons. Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan, Aripin, membenarkan insiden tersebut dan menjelaskan bahwa kejadian ini memang terjadi di SDN Babakan, Desa Mekarwangi, Kecamatan Cikadu.

siswi digunduli gurunya Berbagai sumber

foto: Facebook/Liputan6

Menurutnya, pihak dinas telah meminta penjelasan tertulis dari pihak sekolah mengenai kronologi insiden ini. Aripin juga menyampaikan bahwa selain laporan tertulis, pihaknya akan berupaya mendapatkan laporan hasil pertemuan pihak sekolah dengan keluarga siswa yang terlibat.

Aripin mengungkapkan bahwa pihaknya belum bisa memberikan informasi yang lebih detail kepada media sebelum laporan lengkap diterima.

“Kami menunggu laporan tertulis dari pihak sekolah dan akan segera menginformasikan perkembangan selanjutnya setelah semua data kami terima,” jelasnya.

Tindakan ini menunjukkan bahwa Dinas Pendidikan ingin memastikan adanya penanganan dan solusi tepat untuk kedua belah pihak, baik untuk keluarga siswa maupun pihak sekolah.

Tidak hanya berdampak pada sang anak yang kini enggan ke sekolah, peristiwa ini juga membuat keluarganya, khususnya sang ayah, merasa sangat terluka. Tindakan yang dianggap kurang mempertimbangkan kondisi psikologis anak membuat sang ayah mempertanyakan tanggung jawab moral pihak sekolah dalam mendidik.

Ayahnya merasa, sebagai institusi yang diharapkan melindungi dan mendidik, tindakan guru yang mencukur rambut anaknya secara paksa telah melampaui batas dan membuat hati orang tua sakit.

Sang ayah mengungkapkan bahwa kini anaknya tidak ingin kembali ke sekolah dan takut berinteraksi dengan lingkungan sekolah. Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan mengingat dampak psikologis yang mungkin ditimbulkan pada siswi tersebut.

Anak usia sekolah dasar yang seharusnya merasa nyaman dan aman di lingkungan sekolah, kini justru merasa tidak diinginkan karena perlakuan yang dianggap melampaui batas.