Brilio.net - Forum Studi dan Diskusi Ekonomi (FSDE) 2019 kembali digelar Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi, Universitas Gajah Mada pada 16 November 2019 lalu. Acara ini dilaksanakan di Eastparc Hotel, Yogyakarta. FSDE seminar adalah bagian dari beberapa rangkaian acara (sub-events) FSDE yang diadakan tahunan untuk menutup keseluruhan acara.
Tahun ini, FSDE mengangkat tema Breaking Through the Middle-Income Trap: Seeking New Paths to Growth. Tema ini diangkat mengingat Indonesia sedang kesulitan untuk berpindah dari posisinya sebagai negara yang berpendapatan menengah (middle-income state) ke negara berkembang (developing country).
Lebih dari 150 orang datang dalam seminar tersebut, di antaranya adalah mahasiswa dari berbagai universitas dan lapisan masyarakat lainnya.
Sesi pertama dari seminar ini mengangkat tema "The New Growth Driver to Break Through: Reinforcing Human Capital in the Era of 4.0", dengan moderator Gumilang Aryo Sahadewo (dosen FEB UGM) dan pembicara-pembicara terkemuka seperti John Nelmes (Kepala Perwakilan Senior IMF Indonesia), Solikin M Juhro (Kepala Institut Bank Indonesia), Hendri Saparini (Pendiri CORE Indonesia), dan Vivi Alatas (Mantan Pemimpin Ekonom World Bank Indonesia).
Sesi ini dimulai dengan pernyataan Gumilang Sahadewo mengenai pentingnya human capital sebagai kunci perkembangan yang menghubungkan semua teori ekonomi. John Nelmes juga menyimpulkan bahwa pokok pembahasan dari diskusi adalah untuk menilai bagaimana Indonesia bisa selamat dari era yang tak menentu.
Dia juga menuturkan bahwa banyak negara sedang mengalami pertumbuhan lambat pada tahun 2019, dengan proyeksi pemulihan yang tak tentu untuk tahun berikutnya. Namun, ekonomi Indonesia berjalan dengan baik meskipun sedang ada gejala tak menentu yang sedang dialami secara global dibandingkan dengan negara-negara lain. Di samping itu, Indonesia juga memiliki potensi tenaga kerja yang lebih baik jika kita melihat di mana tingkat Indonesia berada pada saat ini.
Kemudian, Juhro merespons dengan pernyataannya bahwa Indonesia sedang membutuhkan tenaga kerja dengan kemampuan yang tinggi untuk transit menuju negara yang maju dengan memproduksi barang-barang yang lebih kompleks. Potensi tenaga kerja berkemampuan tinggi ini ada di dalam Indonesia yang saat ini sedang mengalami bonus demografi.
Lebih lanjut, Alatas menyebutkan bahwa banyak kemampuan (skills) yang harus dikombinasi agar mampu menyeimbangkan profesionalitas dengan kemampuan-kemampuan mendasar lainnya seperti disiplin, yang kemudian akan menghasilkan tenaga kerja berkualitas tinggi.
Menyangkut produksi barang-barang kompleks, Saparini berpendapat bahwa ekspor Indonesia sebagian besar adalah komoditas primer. Hal ini, menurut dia, harus dikembangkan dengan cara memproduksi barang-barang yang lebih bagus dan hal ini kuat kaitannya dengan inovasi-inovasi baru dalam teknologi.
Kemudian, sesi kedua FSDE seminar yang berbentuk talk show mengangkat tema "Paving the Way for Technology-Driven Growth Through Greater FDI". Dengan moderator Sekar Utami Setiastuti (dosen FEB UGM), banyak juga pembicara terkemuka yaitu Sri Adiningsih (Ketua Dewan Pertimbangan Presiden), Hariyadi Sukamdani (Kepala Apindo), Bonifacius Prasetyo (konsultan PINA), dan Eri Budiono (Direktur Perbankan Global Maybank).
Recommended By Editor
- Ryan Ardiansyah, sosok di balik mobil listrik Arjuna UGM
- Viral arsip lawas Jokowi daftar Mapala, tanda tangannya jadi sorotan
- Bhagas Nakshatrasakti, mahasiswa termuda UGM yang baru 15 tahun
- 10 Pesona Leanna Leonardo, 'hakim' cantik yang fotonya viral
- Hasil temuan peneliti UGM terkait penyebab tewasnya petugas KPPS