Brilio.net - Rambut gondrong bagi pria dan tato bagi generasi milenial adalah salah satu gaya hidup. Bagi anak muda, gaya rambut dan tato mewakili kepribadian mereka. Tak hanya itu, model fashion dari artis terkenal juga menjadi kiblat lifestyle terbaru bagi milenial. Tapi untuk anak muda yang hidup di orde baru, ekspresi diri tak semudah masa sekarang.
foto: Twitter/@danny_siregar, Merdeka
Pada zaman pemerintahan presiden Soeharto, anak muda yang bertato dan memiliki rambut gondrong dicap sebagai preman atau penjahat. Tak hanya cap sosial, stigma ini mengakar hingga ke universitas dan kehidupan sehari-hari.
Brita L Miklouhu-Makial dalam bukunya Menguak Luka Masyarakat: Beberapa Aspek Seni Rupa Indonesia Sejak Tahun 1966 melihat bahwa tato identik dengan preman. Tak hanya itu, zaman Soeharto ini memiliki 'petrus' atau penembak misterius pada tahun 1980an yang sangat ditakuti. Petrus ini akan menembak orang yang terlihat seperti preman dan membuangnya di sembarang tempat.
Dalam buku tersebut, operasi petrus tahun 1983-1984 membuat citra tato dari ekspresif menjadi sesuatu yang jelek di mata masyarakat. Pemerintah Soeharto melihat operasi tersebut sebagai 'shock therapy' agar tingkat kejahatan semakin berkurang. Walhasil, tato semakin lengket dengan stigma negatif.
foto: bolehmerokok.com
Tak hanya tato, rambut gondrong juga mendapat stigma negatif dari masyarakat orde baru. Aria Wiratma Yudhistira dalam bukunya "Dilarang Gondrong! Praktik Kekuasaan Orde Baru Terhadap Anak Muda Awal 1970-an" menulis tentang stigma rambut gondrong saat era orde baru. Puncaknya adalah terbunuhnya mahasiswa ITB bernama Rene Louis Conrad pada tahun 1970. Mahasiswa ini tewas ditembak anggota Brimob saat kerusuhan yang melibatkan kepolisian dan mahasiswa. Polisi kemudian melakukan razia besar-besaran dan menangkapi mahasiswa yang berambut panjang.
Stigma jelek rambut gondrong juga merasuk di kehidupan kampus mahasiswa zaman sekarang. Aria melihat stigma ini tak hanya berada di norma kesantuan saja tapi juga menjadi peraturan kampus.
Aria melihat keputusan rektor IPB bernomor IPB No. 09/13/KM/2010 sebagai langkah nyata pemberantasan rambut gondrong di kalangan mahasiswa. Poin 9 dalam keputusan itu tertulis jelas bagaimana mahasiswa pria menata rambutnya. Mahasiswa pria tidak boleh mempunyai rambut yang melewati batas alis mata, telingga samping, atau menyentuh kerah baju.
foto: Instagram/@riodewanto, Instagram/@t_orasudi_ro, Instagram.com/marcello_tahitoe
Generasi milenial sekarang lebih terbuka terhadap rambut gondrong dan tato. Banyak artis tanah air yang secara terbuka menato tubuhnya dan menjadikannya sebuah gaya hidup. Sebut saja Rio Dewanto, Ello, dan Tora Sudiro. Ketiga artis cowok tersebut tak malu dengan tato di tubuhnya.
foto: Kaskus
Bahkan tahun 90-an, banyak juga artis Tanah Air yang berambut panjang. Artis seperti Ari Wibowo, Anang Hermansyah, dan Andre Taulany memanjangkan rambutnya sebagai gaya hits saat itu. Banyak anak muda yang mengikuti tren rambut panjang ini. Lama-kelamaan, rambut panjang bagi cowok tidak dianggap sebagai hal yang tabu.
Tato dan rambut gondrong memiliki sejarah tersendiri di Indonesia. Mulai dari stigma negatif hingga jadi tren generasi milenial, kedua gaya ini mengalami perubahan yang sangat drastis.
Recommended By Editor
- Kenapa orang lebih suka tidur saat mendengarkan pidato?
- Soewandi, sosok penting di dunia bahasa Indonesia sebelum EYD
- Bagaimana medsos mengubah fiksi jadi kenyataan? Begini penjelasannya
- Pasang surut hubungan militer AS-Indonesia, mesra di era Soeharto
- Kenapa hantu yang sering ada di film Indonesia kebanyakan wanita?