Brilio.net - Ada yang menarik saat acara International Conference on Indonesia Development (ICID) 2019 yang digelar di Rotterdam, Belanda pada 19-21 September 2019 lalu. Kehadiran Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute Agus Harimurti Yudhoyono yang menjadi salah satu pusat perhatian dalam acara yang diinisiasi Perhimpunan Pelajar Indonesia di Belanda (PPI Belanda) ini.
Dalam acara ini, putra sulung pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Ani Yudhoyono (alm) itu menjadi pembicara yang mengusung tema Menuju Indonesia 2045: Peluang dan Tantangan. Dalam paparannya, pria yang biasa disapa AHY itu menjelaskan untuk memeringati 100 tahun Kemerdekaan Indonesia masih ada waktu 26 tahun lagi dari sekarang.
Artinya, itu bukan waktu yang singkat untuk memenuhi harapan para pendiri bangsa agar Idonesia menjadi negara maju. Tak heran jika AHY menganalogikan perjalanan menuju satu abad kemerdekaan merupakan perjalanan jangka panjang. Ibarat olahraga lari, kategorinya marathon, bukan sprint. Dibutuhkan daya tahan dan mental yang kuat untuk mentransformasikan impian para pendiri bangsa.
Apalagi sejumlah penelitian di antaranya PricewaterhouseCoopers (PwC) dan McKenzie menyebutkan potensi pertumbuhan Indonesia diproyeksikan pada tahun 2050 dapat menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia. Tentu saja proyeksi ini harus bisa diwujudkan.
Bagaimana Indonesia akan membuat proyeksi ini menjadi kenyataan? Para pemimpin Indonesia bisa berkontribusi pada pembangunan bangsa meskipun mereka fokus pada pengembangan khusus dan memiliki gaya kepemimpinan dan pengaruh yang berbeda terhadap negara. Kita harus tahu apa yang telah diraih untuk melanjutkan perjalanan mencapai tujuan masa depan kita, papar AHY.
Namun perjalanan menuju hal tersebut tidak semudah membalik telapak tangan. Sebab di era digital seperti sekarang berbagai lansekap kehidupan berbangsa mengalami perubahan drastis. Dari sisi lansekap politik misalnya, makin banyak bermunculan informasi palsu (hoax), distorsi informasi, termasuk keterlibatan warga melalui media sosial dengan bantuan demokrasi egaliter.
Begitu juga dengan lansekap ekonomi yang mengalami perubahan begitu cepat. Boleh jadi era digital yang berkembang sekarang, mengganggu bisnis model lama. Namun di balik itu, digitalisasi juga sekaligus menjadi peluang misalnya dengan munculnya berbagai startup digital yang dapat bersaing di pasar global.
AHY juga menyoroti bahwa perkembangan teknologi saat ini setidaknya memengaruhi pola pikir banyak orang khususnya anak muda yang maunya serba instan. Kondisi ini tanpa disadari membunuh kesabaran dan mental kerja keras di kalangan anak muda Indonesia. Seharusnya tidak menerima hal-hal (pengetahuan, kecepatan) begitu saja, ungkap AHY.
Justru yang harus dilakukan anak muda saat ini adalah memperluas kapasitas intelektual, termasuk berpikir menciptakan inovasi. Mereka juga mesti menanamkan pemikiran belajar seumur hidup, memupuk rasa ingin tahu yang tinggi.
Mentalitasnya harus pantang menyerah. Coba lagi sampai berhasil, bertanggung jawab, mendukung dan menghargai apa yang telah dilakukan orang lain. Ambil kesempatan dan berjuang, tegas AHY.
Dalam kesempatan ini AHY juga berbagi tips agar anak muda Indonesia menjadi patriot abad 21. Anak muda harus berjuang dalam setiap disiplin dan pekerjaan yang dimiliki di mana pun berada.
Tidak ada yang berharga dalam hidup kecuali berani mengambil risiko. Hubungkan titik-titik jalan hidup kalian. Konsistensi dan ketekunan adalah kuncinya.Ambil setiap kesempatan. Anda bertanggung jawab atas hidup Anda sendiri. Jangan pernah berkecil hati. Dan jangan pernah lupa bahwa Anda adalah orang Indonesia, pesan AHY khususnya bagi para pelajar dan mahasiswa Indonesia yang sedang menimba ilmu di negeri orang.
Recommended By Editor
- Acara ini mengajak anak muda Indonesia siap hadapi industri 4.0
- Diajang ini Bayu Skak berbagi tips dan trik menjadi vlogger kreatif
- FLS 2019 ajak anak muda berkontrobusi atasi karhutla
- 7 Cara mudah anak muda jadi jutawan dalam waktu 5 tahun
- NyalakanIndonesia, bukti semangat harumkan nama Indonesia di dunia