Brilio.net - Pencarian pesawat Lion Air dengan nomor registrasi PK-LQP rute Jakarta-Pangkal Pinang yang jatuh di perairan Karawang mulai menemui titik temu. Salah satu kapal yang dikerahkan oleh tim SAR gabungan, yakni Kapal Riset Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), menangkap indikasi sinyal yang diduga berasal dari black box atau kotak hitam pesawat Lion Air JT 610.

Sinyal black boxyang terdeteksi tersebut dikonfirmasi oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kabasarnas Marsekal Madya TNI M.Keberadaan black box juga diperkuat dengan hasil pencarian menggunakan Remotly Operated Underwater Vehicle (ROV) yang menampilkan gambar-gambar visual kondisi bawah air. Ping Detector yang mendeteksi sinyal black box pesawat juga mengirimkan sinyal positif.

Dilansir brilio.net dari laman basarnas.go.id Kamis (1/11) lokasi sinyal black box ini berada di koordinat 05 derajat 46 menit 15 detik South - 107 derajat 07 menit 16 detik East dengan kedalaman 32 meter, tidak jauh dari posisi terakhir pesawat sebelum hilang kontak.

black box lion air  2018 twitter

foto: Twitter/@sar_nasional

"Jaraknya tidak jauh dari posisi kontak terakhir pesawat. Karena itu, operasi SAR malam ini dan esok hari kami fokuskan di area tersebut," ungkap Kabasarnas.

Area operasi pencarian tim SAR gabungan akan dipersempit menindaklanjuti temuan black box. Berikut pembagian sektor area pencarian tim SAR gabungan Kamis (1/11).

black box lion air  2018 twitter

foto: Twitter/@sar_nasional

Sementara itu, meski sinyal keberadaan black box berhasil terdeteksi, namun tim SAR menemui kendala cukup sulit di area tersebut. Pasalnya, arus bawah laut di tempat tersebut cukup deras, hingga ROV yang diluncurkan ke dalam air tidak stabil dan terbawa arus tersebut. Tidak hanya itu, di area tersebut terdapat peralon-peralon milik Pertamina yang membuat penurunan jangkar sangat riskan untuk dilakukan.

tim SAR mengalami kendala cukup sulit di area tersebut. Arus bawah laut cukup deras. Tidak hanya itu, di dasar perairan tersebut terdapat peralon-peralon milik Pertamina yang riskan untuk lego (menurunkan) jangkar.

Akibatnya, kapal-kapal tidak stabil dan terbawa arus, termasuk ROV yang diluncurkan di dalam air. Selain itu, tim penyelam juga beresiko (tidak aman) untuk melanjutkan pencarian. Kabasarnas juga menegaskan, Basarnas telah koordinasi dengan Menteri ESDM untuk meminta ijin dan memastikan kawasan-kawasan yang bisa untuk lego jangkar.

"Saya melihat sendiri gambar-gambar dari ROV. Saya juga mendengar sendiri sinyal yang dipancarkan dari Ping Detector. Bahkan, tadi saya berharap dapat mengambil blackbox sebelum kembali ke Posko. Namun, arus bawah air memang sangat kencang sehingga kami belum bisa menemukannya," kata Panglima.

kabasarnas evakuasi lion air  2018 twitter

foto: Twitter/@sar_nasional

Jumlah personel yang terlibat dalam operasi SAR gabungan sebanyak 858 personel dari Basarnas, TNI-polri, KPLP, Bakamla, Perhubungan, Bea Cukai, PMI, serta tambahan dari Potensi SAR lainnya seperti masyarakat dan nelayan. Terkait alat utama (alut) yang dikerahkan meliputi 5 helikopter, 44 kapal, dan 15 unit ambulance.

Covered area pencarian masih terbagi dalam 2 sektor utama, dimana sektor 1 pencarian bawah air dengan mengerahkan kapal-kapal yang dilengkapi dengan alat pendeteksi bawah air seperti Multi Beem Echo Sounder (MBES), Side Scan Sonar, ROV, dan Ping Locator. Peralatan tersebut terpasang pada Kapal KRI Rigel, Rubber Boat (RB) 206 Kantor SAR Bandung, Kapal Baruna Jaya BPPT, dan Kapal Dominos Pertamina.

Operasi ini juga mengerahkan tim penyelam dari Basarnas Special Group (BSG), Kopaska, Taifib, Marinir, dan penyelam-penyelam lainnya. Hingga berita ini diturunkan, Kabasarnas masih memimpin rapat koordinasi dengan tim yang ada di Posko Terpadu serta melakukan komunikasi intensif dengan tim yang 'menginap' di laut (lokasi pencarian).

Seperti diketahui, pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 rute Cengkareng - Pangkal Pinang mengalami kecelakaan 13 menit setelah lepas landas dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Senin (29/10) pukul 06.20 WIB. Pesawat yang mengangkut 189 orang itu jatuh di kawasan Perairan Karawang.

Sejauh ini, baru satu korban yang teridentifikasi, yakni Jannatun Cintya Dewi. Identifikasi jenazah Jannatun dilakukan dengan metode pencocokan sidik jari dan didukung dengan data antemortem yang diberikan oleh pihak keluarga.

Jannatun merupakan penumpang Lion Air yang berasal dari Sidoarjo, Jawa Timur. Perempuan 24 tahun tersebut merupakan alumni Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya angkatan 2011.