Brilio.net - Jakarta kembali mengalami musibah banjir. Hujan sejak Senin (11/12) membuat beberapa wilayah direndam banjir setinggi lutut orang dewasa. Beberapa ruas jalan yang tergenang banjir yaitu Jalan Gatot Subroto, Jalan terusan HR Rasuna Said hingga Mampang Prapatan. Banjir ini membuat aktivitas jalan lumpuh, banyak kendaraan yang mogok karena terendam air.
Ada beberapa wilayah di Jakarta yang jarang terkena banjir namun kali ini merasakan kebanjiran. Yang pertama adalah Jalan HR Rasuna Said, Kuningan. Padahal jalan sepanjang 4,9 kilometer ini merupakan jalan utama dan merupakan pusat di Jakarta. Jalan Rasuna Said terkepung air sedalam 30-40 sentimeter yang membuat aktivitas lalu lintas dialihkan.
Bioskop XXI Hollywood yang ada di Jalan Gatot Subroto juga mengalami kebanjiran. Air masuk melalui celah bangunan dan juga atap bangunan yang jebol. Air merendam lobi bioskop tersebut.
Namun ternyata penyebab banjir tidak melulu karena hujan deras yang turun seharian. Termasuk banjir yang terjadi di Jakarta kali ini. Menurut data BMKG, hujan yang terjadi sejak Senin itu ternyata lebih kecil intensitasnya daripada hujan-hujan yang membuat Jakarta banjir sebelumnya.
Lalu fakta apalagi yang membuat Jakarta banjir selain hujan deras? Berikut faktanya yang brilio.net rangkum dari berbagai sumber.
1. Ternyata curah hujan kecil.
Curah hujan yang menyebabkan banjir pada (11/12) ternyata intensitasnya rendah yaitu sebesar 83 mm/hari. Sedangkan saat banjir tahun 1996 intensitas curah hujan mencapai 300 mm/hari, lalu banjir pada tahun 2007 di Ciledug mencapai 340 mm/hari.
Hujan deras yang menyebabkan banjir/genangan di Jakarta pada 11/12/2017 ternyata jauh lebih kecil dibandingkan hujan yang pernah menyebabkan Jakarta banjir besar. Hujan di Pasar Minggu pada 10/2/1996 = 300 mm/hari, di Ciledug 1/2/2007 = 340 mm/hari. Kemarin hanya 83 mm saja. pic.twitter.com/XNoHNtHXNt
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) December 11, 2017
2. Kapasitas tampung debit sungai kecil.
Kapasitas tampung yang kecil kemungkinan besar akan membuat sungai gampang meluap yang berakibat banjir. Contohnya adalah Sungai Kali Pulo di Jakarta Selatan ini yang lebar kalinya saja hanya selebar 'gang senggol'.
Kapasitas debit Kali Pulo di Jatipadang Jakarta Selatan sudah tidak akan mampu mengalirkan aliran permukaan saat hujan deras. Kali hanya selebar "gang senggol" akan mudah meluap. Tanggul akan mudah jebol. Harus ada solusi permanen. Jika tidak maka banjir akan berulang. #banjir pic.twitter.com/RMSsRVS26S
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) December 11, 2017
3. Jakarta daerah rawan banjir sejak zaman VOC.
Ternyata Jakarta merupakan daerah rawan banjir sejak zaman VOC hingga sekarang. Parahnya lagi lahan hijau di ibu kota kian tahun kian berkurang keberadaannya. Lahan hijau sering digusur dan dijadikan kawasan terbangun.
Jakarta rawan banjir sejak jaman VOC-sekarang. Ancaman banjir makin meningkat seiring landuse change di Jabodetabek. Lihat citra satelit 1972-2014, warna merah adalah kawasan terbangun, hijau pepohonan. Siapapun yang menjadi Gubernur DKI Jakarta akan sulit menuntaskan banjir. pic.twitter.com/aH8Cu2V35R
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) December 12, 2017
4. Pompa air rusak.
foto: Facebook.com/@viena.effendy
Banjir parah terjadi di jalur terowongan Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Tinggi air mencapai 50-100 sentimeter. Hal itu disebabkan dari lima pompa yang dioperasikan namun hanya dua yang beroperasi, tiga sisanya rusak.
5. Tali air terhambat proyek.
foto: Facebook.com/@viena.effendy
Selain tak berfungsinya pompa air, banjir yang terjadi di Jalan Gatot Subroto disebabkan oleh terhambatnya tali air. Sebagian tali air terhambat oleh proyek MRT, LRT maupun proyek lain sehingga aliran air terhambat.
Recommended By Editor
- Banjir Jakarta ini parah banget, Jalan Rasuna Said mirip sungai
- 8 Potret aksi petugas menangani banjir di DKI Jakarta
- Diguyur hujan lebat, begini 10 potret kondisi Jakarta saat kebanjiran
- Video aksi pasukan oranye masuk got bersihkan sampah, salut banget
- Kejebak banjir, yang dilakukan Anjasmara ini langsung viral