Brilio.net - Pandemi Covid-19 di Indonesia hingga saat ini masih berlangsung, dan belum ditemukan vaksin yang bisa menyembuhkan virus yang mematikan ini. Di tengah pencarian vaksin untuk Covid-19, muncul informasi dari pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bahwa virus Covid-19 yang ada di Indonesia ini memiliki sedikit perbedaan dengan yang ada di Wuhan, China.
Dilansir brilio.net dari siaran langsung Instagram @bnpb_indonesia pada Kamis (18/6). Pakar Virologi dari Universitas Udayana, Prof. Ngurah Mahardika, menyampaikan virus tipe SARS-Cov-2 atau Covid-19 yang melanda Indonesia memiliki sedikit perbedaan dengan virus Covid-19 yang melanda Wuhan, China beberapa bulan lalu.
Prof. Ngurah Mahardika menjelaskan bahwa perbedaan antara virus yang ada di Indonesia dan Wuhan, China bukan terletak di receptor binding site.
"Virus Indonesia mengalami perbedaan dengan Wuhan tidak pada receptor binding site. Jadi kalau berubah pada binding site, bisa jadi virus ini ganas kemudian antibodi tidak berperan dan sebagainya. Vaksin juga mungkin kehilangan khasiatnya kalau dipakai di Indonesia," ujar Prof. Mahardika seperti dikutip brilio.net dari siaran langsung Instagram BNPB, Kamis (18/6).
Prof. Mahardika juga menyampaikan penelitian dari virus SARS dan MERS, menjadi ganasnya suatu virus bisa ditunjukkan dari struktural atau protein non-struktural.
"Kita belum tahu SARS CoV 2 ini, tapi pelajaran dari MERS, SARS 2003 bahwa untuk menjadi ganas ditunjukkan oleh struktural dan juga protein non-struktural. Jadi ada protein yang berperan dalam virus," ucap Prof. Mahardika
Prof. Mahardika juga menjelaskan ada beberapa karakter yang sama dari virus yang ada di Indonesia dan di Wuhan, China. Hal ini berdasarkan perbandingan empat protein yang sama.
"Kita lihat bahwa ada beberapa virus yang persis dengan Wuhan yang saya blok hijau, memang ada yang berbeda tapi tidak banyak. Sehingga, apa artinya dan saya tidak mengidentifikasi keturunan virus Indonesia. Ini artinya, ada multiple introduction dan datanya masih sedikit sehingga keturunan yang berubah di Indonesia belum kita punya," ujar Pr. Mahardika
Awalnya Prof. Mahardika juga menjelaskan bahwa dia mengira virus Covid-19 akan berubah dengan cepat, namun ternayata perubahan dari virus ini nggak secepat perubahan virus influenza.
"Angka kasus masih naik tapi kemudian agak aneh secara virologi, saya kira varian virus ini akan berubah cepat sekali ternyata tidak. Ini harus kita syukuri, virus ini tidak memiliki daya mutasi yang tinggi," tutur Prof. Mahardika.
Recommended By Editor
- WHO akui dexamethasone obat Covid-19, ini penjelasan farmakolog
- Hati-hati virus corona bisa menempel dan bertahan 5 hari di handphone
- Muncul gelombang dua corona di pasar, China terapkan lockdown lagi
- Penelitian terbaru ungkap Covid-19 tak sekadar penyakit pernapasan
- Dampak Covid-19, penyakit metabolik mengintai masyarakat