Brilio.net - Pemerintah pusat telah menentukan kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di sekolah. Kebijakan tersebut berlaku di satuan pendidikan dalam wilayah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 1-3. Tentunya, protokol kesehatan harus selalu ditaati.
Direktur Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Sri Wahyuningsih menegaskan bahwa keselamatan menjadi prioritas utama dalam PTM terbatas. Adaptasi siswa dalam penerapan kebiasaan baru di sekolah juga menjadi perhatian utama.
"Tentunya, izin dari orang tua murid juga sangat mempengaruhi kelancaran PTM terbatas ini," ujar Sri dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN, Selasa (26/10).
Selain itu, menurut Sri yang juga perlu diperhatikan adalah mencakup penerapan prokes bagi setiap insan pendidikan, kesiapan satuan pendidikan mengikuti aturan sesuai SKB 4 Menteri, dukungan dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) setempat dalam pelaksanaan testing, juga pengawasan dari Satgas Covid-19, baik di level sekolah hingga kabupaten/kota.
Sri menambahkan upaya sosialisasi dan edukasi juga perlu terus digencarkan. Baik secara berjenjang maupun melalui media daring dengan menyampaikan contoh-contoh baik dari satuan pendidikan yang telah melaksanakan PTM terbatas.
Orang tua tak perlu khawatir, apabila di satuan pendidikan ditemukan kasus, maka sekolah perlu berkoordinasi dengan fasyankes terdekat untuk tindak lanjut secara medis sesuai standar yang ditentukan.
Jika ditemukan kasus terkonfirmasi di lingkungan sekolah lebih dari 5 persen, maka kegiatan PTM terbatas harus dihentikan sampai proses 3T (testing, tracing, treatment) selesai dilakukan. Proses belajar mengajar akan dilaksanakan secara jarak jauh. PTM dapat dibuka kembali setelah tindak lanjut medis tuntas.
"Terpenting adalah bagaimana membangun komitmen bersama untuk menyiapkan sekolah menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi anak. PTM terbatas hanya 2-3 jam di sekolah. Di luar jam tersebut, anak juga masih perlu contoh baik agar dapat beradaptasi. Tidak mudah karena kita harus melakukan kebiasaan baru untuk tetap waspada dari paparan Covid-19. Perilaku hidup bersih sehat harus ditanamkan dari hal-hal kecil," pungkas Sri.
Terkait pelaksanaan PTM terbatas di Jawa Barat, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Dedi Supandi menjelaskan, di wilayahnya PTM terbatas telah dibuka secara bertahap dan makin maksimal.
Ia menekankan, seluruh anak Indonesia harus selalu mendapatkan hak belajarnya dengan aman dan sehat. Dalam hal ini, bukan hanya keselamatan dan kesehatan siswa selama di sekolah saja yang harus diperhatikan, melainkan juga ketika mereka dalam perjalanan.
Karena itu, pihaknya menerapkan pengawasan serta sosialisasi melalui berbagai jejaring. Pengaturan menjaga jarak, hari dan jam PTM, perilaku wajib seperti prokes, memastikan anak yang berangkat sekolah dalam kondisi sehat, juga menghindari potensi kerumunan selalu ditaati.
"Saat anak mulai PTM, harus dibekali pengetahuan tentang Covid-19. Juga kami sediakan konseling psikologis, karena anak sudah lama tidak PTM jelas ada dampaknya," tutur Dedi.
Sedangkan untuk PTM terbatas di wilayah Semarang, Sekretaris Daerah Kota Semarang Iswar Aminuddin mengatakan, kegiatan PTM terbatas telah berjalan kondusif mengacu pada SKB 4 Menteri. Hingga kini tidak terdapat konfirmasi kasus klaster sekolah dan pihak orang tua juga mengizinkan anak mengikuti PTM terbatas di satuan pendidikan masing-masing.
"Semarang kota berada pada PPKM Level 1, ini makin meyakinkan kami untuk melanjutkan PTM terbatas sesuai aturan PPKM Level 1," ujarnya.
Di samping disiplin prokes, kata Iswar, vaksinasi insan pendidikan juga harus dimaksimalkan sebagai upaya perlindungan kesehatan. Ia menjelaskan, vaksinasi untuk tenaga pendidikan di wilayahnya sudah nyaris mencapai 100%.
Sedangkan vaksinasi kepada anak didik diupayakan melalui pendampingan dan edukasi yang melibatkan perwakilan pemuda dari universitas setempat, OSIS, dan karang taruna. Tujuannya, agar remaja target vaksinasi dan orang tuanya merasa lebih yakin dan aman dalam vaksinasi.
Sementara itu, menurut Psikolog dan Pemerhati Anak Seto Mulyadi, semua pihak perlu memastikan kesiapan anak menjalankan adaptasi kebiasaan baru selama PTM terbatas.
"Siap sarana sekolah harus diiringi dengan siap anak," ujar pria yang akrab dipanggil Kak Seto ini.
Menurutnya hal itu dapat dilakukan pihak sekolah melalui pemberian simulasi daring untuk pelatihan interaksi anak termasuk dalam menjaga prokes. Dengan begitu, ketika anak datang ke sekolah untuk PTM terbatas, mereka tidak banyak melakukan kesalahan.
Fasilitas daring juga dapat dimanfaatkan untuk mendorong anak memelihara komunikasi dan bersosialisasi dengan kawan sebaya.
“Manfaatkan daring tidak hanya untuk akademis, tapi juga misalnya untuk tatap muka antar siswa agar anak terus tertarik berkomunikasi dengan teman,” tutur Kak Seto.
Dalam kesempatan itu, Kak Seto juga mendorong orang tua untuk aktif mengembangkan diskusi keluarga, saling menjaga, dan menguatkan setiap anggota keluarga.
"Dengan demikian, daya resiliensi dan adaptasi terhadap pandemi yang berkepanjangan ini makin kuat,” tegasnya.
Dengan kerja sama dan komitmen seluruh elemen, baik tenaga pendidikan, orang tua, masyarakat, serta para pemangku kebijakan, diharapkan anak lebih siap beradaptasi dengan kebiasaan baru yang harus diterapkan di sekolah saat melaksanakan PTM terbatas. Adaptasi ini diperlukan untuk memastikan keamanan, keselamatan, juga kenyamanan anak dalam mendapatkan pendidikan secara tatap muka di sekolah masing-masing.
Recommended By Editor
- Ini arti level PPKM turun, bukan alasan protokol kesehatan jadi kendor
- Umrah kembali dibuka, pemerintah upayakan penuhi syarat Arab Saudi
- Vaksinasi di Indonesia tembus 175 juta dosis, warga diminta tak lengah
- Mayoritas UMKM terdampak pandemi, pemerintah bantu pemulihan ekonomi
- 6 Strategi pemerintah antisipasi kemungkinan gelombang ketiga Covid-19